Vous êtes sur la page 1sur 7

Metode fiksasi dan

komplikasi orthognatic
surgery

Bedah orthognatik didefinisikan sebagai seni dan ilmu


pengetahuan diagnosa, perencanaan perawatan dan
penentuan perawatan untuk memperbaiki deformitas
muskuloskeletal, dento-osseus, dan jaringan lunak pada
rahang serta struktur-struktur yang berkaitan dengannya

komplikasi
Nerve injuries
TMJ dysfunctions
Infection
Fracture
Others complications

Dental injuries
Pseudoartrosis
Vascular hemorrhage
Septum dislocation
Bone necrosis
Oronasal fistulae
Chronic sinusitis

indikasi
Ricketts (1982), mengajukan 4 keadaan spesifik yang merupakan
indikasi untuk dilakukan tindakan bedah yaitu apabila :
1) perbaikan posisi dental yang diharapkan sukar dicapai dengan
hanya perawatan ortodonti, karena malposisi yang sangat parah;
2) pola skeletal yang buruk untuk kemungkinan koreksi ortodonti
yang baik;
3) hanya dengan perawatan ortodonti saja kurang dapat
diperoleh estetika fasial yang serasi
4) hanya dengan perawatan ortodonsi atau restorasi yang lain
tidak dapat dicapai oklusi fungsional

Kontraindikasi bedah ortognatik


Semua kondisi kesehatan umum dimana semua
intervensi bedah dikontraindikasikan

Apapun metode fiksasi, prinsip bedah pertama adalah memposisikan


fragmen tulang secara tepat sehingga dapat sembuh dan diperbaiki
sesuai posisi yang telah direncanakan. Pada bedah orthognatik, rekaman
prediksi komputer simulasi, video imaging, dan model bedah digunakan
untuk merencanakan secara tepat lokasi rahang yang akan diposisikan
Penggunaan splint oklusal membuat kemungkinan peletakan gigi pada
posisi yang direncanakan saat bedah, terlepas apakah gigi interdigitasi
tanpa splint. Sebenarnya, posisi yang paling diinginkan untuk
penyelesaian orthodontik postbedah sering bukan satu-satunya dimana
oklusi akan paling stabil pada pengaturan model prabedah yang
diartikulasikan. Inilah alasan dimana splint sangat diinginkan kebanyakan
pasien yang menerima perawatan bedah dan orthodontik yang
terkordinasi

Splint dibuat pada model seperti yang telah direlasikan


pada bedah model. Setelah ini ditinjau oleh ahli bedah
dan ortodontis (penting untuk seorang ortodontis untuk
setuju dengan oklusi postbedah yang ditujukan), tahap
pertama pada konstruksi splint adalah menstabilisasi
model dengan plaster atau dental stone sehingga tidak
dapat berubah seperti splint yang dipabrikkan.
Kemudian articulator dibuka agar mendapat ketebalan
yang cukup dari bahan splint sehingga splint tidak retak
saat digunakan. Splint harus hanya dengan ketebalan
dan ukuran yang cukup untuk mencegah keretakan di
ruang operatif dan pada minggu pembedahan
berikutnya

Vous aimerez peut-être aussi