Vous êtes sur la page 1sur 52

ASUHAN

KEPERAWATAN ANAK
DENGAN MEP

Masalah Gizi di Indonesia

Malnutrisi Energi Protein (MEP)


Anemia defisiensi besi
Gangguan Akibat Kurang Iodium
(GAKI)
Defisiensi Zn
Defisiensi vitamin A
Obesitas
2

Malnutrisi Energi Protein


1. Penyakit akibat kekurangan energi dan
protein,
2. Umumnya disertai defisiensi nutrien
lain.
3. Primer :
- masukan makanan <<
- kualitas / kwantitas <<
4. Sekunder :
- kebutuhan / keluaran >>
3

5. Sering mengakibatkan kematian


khususnya MEP berat.
Kematian sering terjadi karena :
o Penyakit infeksi (TBC, radang paru,
infeksi saluran cerna), terjadi o/k gg
mekanisme pertahanan tubuh.
o Gangguan jantung yang mendadak
disebabkan gg otot jantung, tampilan
klinis yg tampak adalah atrofi ringan
pada otot jantung (pd rongen
didapatkan gambaran jantung yang
mengecil)
4

Perkembangan Mental & Kecerdasan


Penelitian:
1. Stuart : kekurangan zat gizi mempengaruhi
metabolisme di otak sehingga mengganggu
pembentukan DNA yg berakibat terganggunya
pertumbuhan sel-sel otak terutama usia < 3
tahun.
2. Walter (2003) penelitian terhadap 825 anak
dengan malnutrisi berat mempunyai kemampuan
intelektual lebih rendah dibandingkan anak yang
mempunyai gizi baik.
Gizi kurang pada usia < 2 tahun akan
menyebabkan sel otak berkurang 15-20%,
sehingga di kemudian hari anak akan
menjadi
5
manusia dengan kualitas otak sekitar 80-85%.

Kekurangan vitamin, mineral dan elektrolit dengan


gejala dan tanda klinis pada penderita MEP
NO NAMA PENYAKIT KEKURANGAN/
DEFISIENSI

1
2

Buta senja
(xeroftalmia)
Beri-beri

Vitamin B1

Badan bengkak, tampak rewel,


gelisah, pembesaran jantung kanan

Ariboflavinosis

Vitamin B2

Defisiensi B6

Vitamin B6

Retak pada sudut mulut, lidah merah


jambu dan licin
Cengeng, mudah kaget, kejang,
anemia, luka di mulut

5 Defisiensi Niasin

Vitamin A

GEJALA DAN TANDA KLINIS

Niasin

Mata kabur atau buta

Gejala 3 D (dermatitis, diare,


dementia), nafsu makan menurun,
sakit di lidah dan mulut, insomnia,
diare, bingung.
6

6 Defisiensi Asam Asam folat Anemia, diare


folat
7 Defisiensi B12 Vitamin B12 Anemia, lidah halus dan mengkilap,
rasa mual, muntah, diare, konstipasi.
8

Defisiensi C

Rakitis dan
Osteomalasia

Vitamin D Pembekakan persendian, deformitas


tulang, pertumbuhan gigi melambat,
hipotoni, anemia

10

Defisiensi K

Vitamin K Perdarahan, berak darah, perdarahan


hidung
Zat besi pucat, lemah, rewel

11

Anemia
Defisiensi Besi
12 Defisiensi Seng

Vitamin C Cengeng, mudah marah, nyeri tungkai


bawah, pseudoparalisis (lemah)
tungkai bawah, perdarahan kulit

Seng

Mudah terserang penyakit,


pertumbuhan lambat, nafsu makan
berkurang, dermatitis 7

13

Defisiensi
tembaga

tembaga

14

Hipokalemi

kalium

15

Defisiensi klor

klor

16

Defisiensi Fluor

Fluor

Resiko karies dentis

17

Defisiensi krom

krom

Pertumbuhan kurang, sindroma like


diabetes melitus

18 Hipomagnesemia

Pertumbuhan otak terganggu,


rambut jarang dan mudah patah,
kerusakan pembuluh darah nadi,
kelainan tulang
Lemah otot, gangguan jantung
Rasa lemah, cengeng

magnesium Defisiensi hormon paratiroid

19

Defisiensi Fosfor

Fosfor

Nafsu makan menurun, lemas

20

Defisiensi Iodium

Iodium

Pembesaran kelenjar gondok,


gangguan fungsI mental,
perkembangan fisik8

PENGERTIAN

Malnutisi energi
protein (MEP) adalah
keadaan kurang gizi
yang disebabkan
oleh karena tubuh
kekurangan zat
protein dan kalori
dalam makanan
sehari-hari
(Ngastiyah, 1997,
9

PENYEBAB
Beberapa faktor bisa berdiri sendiri atau
terjadi bersama-sama.
Faktor tersebut adalah :
ekonomi
sosial
budaya
pendidikan
gangguan metabolisme
penyakit
jantung
bawaan
atau
penyakit
bawaan lainnya.
10

KLASIFIKASI
Klasifikasi MEP ditetapkan dg patokan
perbandingan BB terhadap umur anak sbb
(WHO-NCHS) :

Berat badan 60-80% standar, tanpa


edema:
gizi kurang (MEP ringan)
Berat badan 60-80% standar, dengan
edema: kwashiorkor (MEP berat)
Berat badan < 60% standar, tanpa
edema: marasmus (MEP berat)
Berat badan < 60% standar, dengan
edema: marasmik kwashiorkor (MEP
11

GEJALA KLINIS

Gejala klinis MEP bervariasi tergantung :


derajat dan lamanya MEP
umur penderita & adanya gejala
kekurangan vitamin dan mineral
lainnya.

12

MEP ringan
Sering dijumpai pada anak usia 9 bulan - 2
tahun
Pertumbuhan yg terganggu dapat dilihat
dari:
o kenaikkan BB berhenti/menurun
o ukuran lengan atas menurun
o pertumbuhan tulang (maturasi)
terlambat
o perbandingan BB terhadap TB menurun.
Gejala dan tanda klinis yang tampak
adalah:
13

PATOFISIOLOGI

MEP akan terjadi saat tubuh membutuhkan


kalori, protein, atau keduanya tidak tercukupi
oleh diet.
Dalam keadaan kekurangan makanan, tubuh
selalu berusaha untuk mempertahankan hidup
dengan memenuhi kebutuhan pokok atau
energi.
Karbohidrat (glukosa) dapat dipakai oleh seluruh
jaringan tubuh sebagai bahan bakar, tetapi
kemampuan tubuh untuk menyimpan
karbohidrat sangat sedikit, setelah 25 jam sudah
dapat terjadi kekurangan.
14

Katabolisme protein terjadi setelah beberapa


jam dengan menghasilkan asam amino yang
diubah menjadi karbohidrat di hepar dan
ginjal.
Selama puasa jaringan lemak dipecah menjadi
asam lemak, gliserol dan keton body. Otot
dapat mempergunakan asam lemak dan keton
body sebagai sumber energi kalau kekurangan
makanan berjalan menahun.
Tubuh akan mempertahankan diri jangan
sampai memecah protein lagi setelah kira-kira
kehilangan separuh dari tubuh. (Nuhchsan
15
Lubis an Arlina Mursada, 2002:11).

TANDA & GEJALA KLINIS


ANAK GIZI BURUK

16

1. Marasmus
wajah seperti orang tua
kulit terlihat longgar
tulang rusuk terlihat jelas
kulit paha berkeriput
terlihat tulang belakang
lebih menonjol dan kulit
di pantat berkeriput
( pakai celana longgar baggy pant )
Perut umumnya cekung
Iga gambang

17

MARASMUS

18

19

20

2. KWASHIORKOR
Wajah membulat &
sembab
Pandangan mata
sayu
Rambut tipis
kemerahan seperti
rambut jagung,
mudah dicabut tanpa
sakit, rontok
Apatis & rewel
21

Lanjutan kwashiorkor

Edema
Minimal pada kedua punggung kaki,
bersifat pitting edema
Derajat edema:
+
pada tangan & kaki
++
tungkai & lengan
+++
seluruh tubuh (wajah &
perut)
22

Lanjutan

Pembesaran hati
Otot mengecil (hipotrofi)
Kelainan kulit berupa bercak merah
muda yg meluas & berubah warna
menjadi coklat kehitaman dan terkelupas
(crazy pavement dermatosis)
Sering disertai: peny. infeksi (umumnya
akut), anemia, dan diare
23

Edema

24

25

26

27

3. MARASMIK KWASHIORKOR
Gambaran klinik merupakan
campuran dari beberapa gejala
klinik Kwashiorkor dan Marasmus
dengan BB/TB <-3 SD disertai
edema yang tidak mencolok

28

29

PATOFISIOLOGI

Pada kwashiokor, gangguan metabolik


menyebabkan edema dan perlemakan hati.
Kekurangan protein dalam diet akan
menimbulkan kekurangan berbagai asam amino
esensial yang dibutuhkan untuk sintesis,
Berkurangnya asam amino dalam serum
merupakan penyebab kurangnya pembentukan
albumin oleh hepar sehingga timbul edema.
Perlemakan hati terjadi karena gangguan
pembentukan lipoprotein beta sehingga
transport lemak dari hati ke depot lemak juga
terganggu dan terjadi akumulasi lemak
dalam
30
hepar.

PENATALAKSANAAN
1.
2.
3.
4.

Diit tinggi kalori, protein, mineral dan


vitamin.
Pemberian terapi cairan dan elektrolit.
Penatalaksanaan segera setiap
masalah akut seperti diare berat.
Pengkajian riwayat status sosial
ekonomi, kaji riwayat pola makan,
pengkajian antropometri, kaji
manifestasi klinis, monitor hasil
laboratorium, timbang berat badan,
kaji tanda-tanda vital.
31

Penanganan MEP berat


Penanganan MEP berat dikelompokkan menjadi
pengobatan awal dan rehabilitasi. Pengobatan
awal ditujukan untuk mengatasi keadaan yang
mengancam jiwa, rehabilitasi diarahkan untuk
memulihkan keadaan gizi.
Upaya pengobatan, meliputi :
1) Pengobatan/pencegahan terhadap
hipoglikemi, hipotermi, dehidrasi
2) Pencegahan jika ada ancaman
perkembangan renjatan septik
3) Pengobatan infeksi
4) Pemberian makanan
5) Pengidentifikasian dan pengobatan masalah
lain, seperti kekurangan vitamin, anemia
berat dan payah jantung.
32

Menurut Nuchsan Lubis penatalaksanaan


penderita marasmus yang dirawat di RS dibagi
dalam tahap :

1. Tahap awal :
24-48 jam pertama merupakan masa kritis,
tindakan untuk menyelamatkan jiwa, antara
lain mengoreksi keadaan dehidrasi atau
asidosis dengan pemberian cairan iv
Cairan yang diberikan adalah larutan
Darrow- Glukosa atau Ringer Laktat
Dextrose 5%
Mula-mula diberikan 60 ml/kg BB pada 4-8
jam pertama.
Kemudian 140 ml sisanya diberikan
33
6-20
jam berikutnya.

2. Tahap penyesuaian terhadap


pemberian makanan

Pada hari pertama jumlah kalori yg


diberikan 30-60 kalori/ kg BB/ hr
atau
50 kalori/ kg BB/hr, dg protein 1-1,5
gr/ kg BB/hr.
Kemudian dinaikkan bertahap 1-2
hari hingga mencapai 150-175 kal/
kg BB/ hr, dengan protein 3-5 gr/ kg
BB/ hari.
Waktu yang diperlukan untuk
mencapai diet TKTP ini lebih kurang
34

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan Fisik
a. Mengukur TB dan BB
b. Mengukur tebal lipatan kulit (lipatan trisep)
dangan menggunakan jangka lengkung
(kaliper).
Lipatan lemak normal sekitar 1,25
cm pada laki- laki dan sekitar 2,5 cm pada
wanita.
c. Status gizi juga dapat diperoleh dengan
mengukur LLA untuk memperkirakan jumlah
otot rangka dalam tubuh (lean body massa,
massa tubuh yang tidak berlemak).
2. Pemeriksaan laboratorium : albumin, kreatinin,
35
nitrogen, elektrolit, Hb, Ht, transferin.

Konsep Asuhan
Keperawatan MarasmikKwashiorkor

36

A. Pengkajian
Umumnya anak masuk RS dg keluhan gg
pertumbuhan (BB semakin lama semakin turun),
bengkak pada tungkai, sering diare & keluhan lain
yg menunjukkan terjadinya gangguan
kekurangan gizi.

Riwayat Keperawatan Sekarang


Riwayat prenatal, natal dan post natal,
hospitalisasi & pembedahan yg pernah dialami,
alergi, pola kebiasaan, tumbuh-kembang,
imunisasi, status gizi, psikososial, psikoseksual,
interaksi dll. Data fokus yg perlu dikaji adalah
riwayat pemenuhan kebutuhan nutrisi37anak

Riwayat Kesehatan Keluarga


Komposisi keluarga, lingkungan rumah
dan komunitas, pendidikan dan
pekerjaan anggota keluarga, fungsi dan
hubungan angota keluarga, kultur dan
kepercayaan, perilaku yang dapat
mempengaruhi kesehatan, persepsi
keluarga tentang penyakit klien dan
lain-lain.
38

Pengkajian Fisik
Secara umum dilakukan dg metode
head to too yg meliputi: keadaan umum
dan status kesadaran, tanda-tanda vital,
area kepala dan wajah, dada, abdomen,
ekstremitas dan genito-urinaria.

39

Fokus pengkajian pada anak dengan MarasmikKwashiorkor adalah pengukuran antropometri (BB,
TB, LLA & LK). Tanda dan gejala yang mungkin
didapatkan adalah:
Penurunan ukuran antropometri :
Perubahan rambut (kusam, kering, halus, jarang
dan mudah dicabut)
Gambaran wajah seperti orang tua (kehilangan
lemak pipi), edema palpebra
Tanda-tanda gangguan sistem pernapasan (batuk,
sesak, ronchi, retraksi otot intercostal)
Perut tampak buncit, hati teraba membesar,
bising usus dapat meningkat bila terjadi diare.
Edema tungkai
Kulit kering, hiperpigmentasi, bersisik dan adanya
crazy pavement dermatosis terutama pada
40
bagian tubuh yang sering tertekan (bokong,
lulut,

Pemeriksaan Penunjang
Pada pemeriksaan laboratorium, anemia
selalu ditemukan terutama jenis normositik
normokrom
Adanya gangguan sistem eritropoesis akibat
hipoplasia kronis sumsum tulang, karena
asupan zat besi yang kurang dalam
makanan, kerusakan hati dan gangguan
absorbsi. Selain itu ditemukan kadar
albumin serum yang menurun.
Pemeriksaan radiologis juga perlu dilakukan
untuk menemukan adanya kelainan pada
paru.
41

B. Diagnosa Keperawatan
1)
2)
3)
4)
5)

6)
7)
8)

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d


asupan yang tidak adekuat, anoreksia dan diare.
Kekurangan volume cairan b/d penurunan asupan
peroral dan peningkatan kehilangan akibat diare.
Gangguan pertumbuhan dan perkembangan b/d
asupan kalori dan protein yang tidak adekuat.
Resiko aspirasi b/d pemberian makanan/minuman
personde dan peningkatan sekresi trakheobronkhial.
Bersihan jalan napas tak efektif b/d peningkatan
sekresi trakheobronkhial sekunder terhadap infeksi
saluran pernapasan
Gangguan integritas kulit b/d gangguan nutrisi/status
metabolik.
Resiko tinggi infeksi b/d kerusakan pertahanan tubuh
Kelebihan volume cairan b/d rendahnya masukan
protein (malnutrisi).
42

C. Rencana Keperawatan
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh b/d asupan yang tidak adekuat,
anoreksia dan diare.
a. Tujuan :klien akan menunjukkan
peningkatan status gizi.
b. Kriteria :
Keluarga klien dapat menjelaskan penyebab
gangguan nutrisi yang dialami klien,
kebutuhan nutrisi pemulihan, susunan
menu dan pengolahan makanan sehat
seimbang.
43
Keluarga klien dapat mendemonstrasikan

c. Intervensi :
1) Jelaskan kepada keluarga tentang penyebab
malnutrisi, kebutuhan nutrisi pemulihan,
susunan menu dan pengolahan makanan
sehat seimbang, tunjukkan contoh jenis
sumber makanan ekonomis sesuai status
sosial ekonomi klien.
2) Tunjukkan cara pemberian makanan
personde, beri kesempatan keluarga untuk
melakukannya sendiri.
3) Laksanakan pemberian roborans sesuai
program terapi.
4) Timbang berat badan, ukur lingkar lengan
atas dan tebal lipatan kulit setiap pagi.
44

2. Kekurangan volume cairan tubuh b/d


penurunan asupan peroral dan peningkatan
kehilangan akibat diare.
a. Tujuan : klien akan menunjukkan keadaan
hidrasi yang adekuat.
b. Kriteria : asupan cairan adekuat sesuai
kebutuhan, tidak ada tanda-2 dehidrasi.
c. Intervensi :
1) Lakukan/observasi pemberian cairan per
infus/sonde/oral sesuai program rehidrasi.
2) Jelaskan kepada keluarga tentang upaya
rehidrasi dan partisipasi yang diharapkan
dari keluarga dalam pemberian infus/selang
sonde.
3) Kaji perkembangan keadaan dehidarasi
klien.
45
4) Hitung balans cairan.

3. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan b/d asupan


kalori dan protein yang tidak adekuat.
a. Tujuan : klien akan mencapai pertumbuhan dan
perkembangan sesuai standar usia.
b. Kriteria : pertumbuhan fisik sesuai standar usia,
perkembangan motorik, bahasa/ kognitif dan
personal/sosial sesuai standar usia.
c. Intervensi :
1)
Ajarkan kepada orang tua tentang standar
pertumbuhan fisik dan tugas-tugas perkembangan
sesuai usia anak.
2)
Lakukan pemberian makanan/ minuman sesuai
program terapi diet pemulihan.
3)
Lakukan pengukuran antropo-metrik secara berkala.
4)
Lakukan stimulasi tingkat perkembangan sesuai
dengan
usia klien.
5)
Lakukan rujukan ke lembaga pendukung stimulasi
46
pertumbuhan dan perkembangan

4. Risiko aspirasi b/d pemberian


makanan/minuman personde dan peningkatan
sekresi trakheobronkhial.
a. Tujuan : klien tidak mengalami aspirasi.
b. Kriteria : pemberian makan/minuman per sonde
dapat dilakukan tanpa mengalami aspirasi,
bunyi napas normal, ronchi tidak ada.
c. Intervensi :
1) Periksa dan pastikan letak selang sonde pada
tempat yang semestinya secara berkala.
2) Periksa residu lambung setiap kali sebelum
pemberian makanan/minuman.
3) Tinggikan posisi kepala klien selama 1 jam
setelah pemberian makanan/ minuman
4) Ajarkan tatacara pelaksanaan pemberian
makanan/ minuman per sonde 47
5) Observasi tanda-tanda aspirasi.

5. Bersihan jalan napas tak efektif b/d


peningkatan sekresi trakheobronkhial sekunder
terhadap infeksi saluran pernapasan.
a. Tujuan : klien akan menunjukkan jalan napas
yang efektif.
b. Kriteria : jalan napas bersih dari sekret, sesak
napas tidak ada, pernapasan cuping hidung
tidak ada, bunyi napas bersih, ronchi tidak ada.
c. Intervensi :
1) Lakukan fisioterapi dada dan suction secara
berkala.
2) Lakukan pemberian obat sesuai program
terapi.
3) Observasi irama, kedalaman dan bunyi
48
napas.

6. Gangguan integritas kulit b.d. gangguan


nutrisi/status metabolik. (Doengoes, 2000).
a. Tujuan : tidak terjadi gangguan integritas kulit
b. Kriteria hasil : kulit tidak kering, tidak bersisik,
elastisitas normal
c. Intervesi :
1) Monitor kemerahan, pucat,eksoriasi
2) Dorong mandi 2xsehari dan gunakan lotion
setelah mandi
3) Massage kulit
4) Alih baring

49

7.

Resiko tinggi infeksi b.d. kerusakan pertahanan


tubuh

a. Tujuan : pasien tidak menunjukkan tanda-tanda


infeksi
b. Kriteria hasil: suhu tubuh normal 36,6C-37,7C,
lekosit dalam batas normal
c. Intervensi :
1) Mencuci tangan sebelum dan sesudah
melakukan tindakan
2) Pastikan semua alat yang kontak dengan
pasien bersih/steril
3) Instruksikan pekerja perawatan kesehatan
dan keluarga dalam prosedur kontrol infeksi
4) Beri antibiotik sesuai program
50

8. Kelebihan volume cairan b.d. rendahnya


masukan protein (malnutrisi). (Carpenio,
2001:143).
a. Tujuan : Kelebihan volume cairan tidak terjadi.
b. Kriteria hasil : Menyebutkan faktor-faktor
penyebab dan metode-metode pencegahan
edema, memperlihatkan penurunan edema
perifer dan sacral.
c. Intervensi :
1) Pantau kulit terhadap tanda luka tekan
2) Ubah posisi sedikitnya 2 jam
3) Kaji masukan diet dan kebiasaan yang dapat
menunjang retensi cairan.
51

Selesai

52

Vous aimerez peut-être aussi