Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Dosen Pengampuh:
Dr. Luluk Widarti S.Kep,Ns. M.Kes
Nama Kelompok :
Lilik Miftachul
(P27820414036)
M. Sihabumillah Firdaus
(P27820414037)
Marylla Widyasmin S.
(P27820414038)
Mezayu Alicia Y.
(P27820414039)
Nabilla Vironica
(P27820414040)
DEFINISI
Miastenia
gravis
merupakan
bagian
dari
penyakit
ETIOLOGI
1. Autoimun : direct mediated antibody
2. Virus
3. Pembedahan
4. Stres
5. Alkohol
6. Tumor mediastinum
7. Antibiotik
(Aminoglycosides,
ampicillin, erythromycin)
ciprofloxacin,
PATOFISIOLOGI
Saraf besar bermielin yang berasal dari sel kornu anterior medulla spinalis
dan batang otak mempersarafi otot rangka atau otot lurik. Saraf-saraf ini
mengirimkan aksonnya dalam bentuk saraf-saraf spinal dan cranial menuju
ke perifer. Masing-masing saraf bercabang banyak sekali dan mampu
merangsang sekitar 2000 serabut otot rangka. Gabungan antara
saraf motorik dan serabut-serabut otot yang dipersarafi dinamakan unit
mototrik. Meskipun setiap neuron mototrik mempersarafi banyak serabut
otot, tetapi setiap serabut otot dipersarafi oleh hanya satu neuron motorik.
Daerah khusus yang merupakan tempat pertemuan antara saraf motorik
dan serabut otot disebut sinaps neuromuskular atau hubungan
neuromuscular. Hubungan neuromuskular merupakan suatu sinaps kimia
antara saraf dan otot yang terdiri dari tiga komponen dasar: unsur
presinaps, elemen postsinaps, dan celah sinaps yang mempunyai lebar
sekitar 200. Unsur presinaps terdiri dari akson terminal dengan vesikel
sinaps yang berisi asetilkolin yang merupakan neurotransmitter.
Potensial
ini
memicu
serangkaian
reaksi
yang
mengakibatkan kontraksi serabut otot. Sesudah transmisi
melewati hubungan neuromuskular terjadi, asetilkolin akan
dihancurkan oleh enzim asetilkolinesterase. Pada orang
normal jumlah asetilkolin yang dilepaskan sudah lebih dari
cukup untuk menghasilkan potensial aksi. Pada Miastenia
gravis, konduksi neuromuskular terganggu. Jumlah reseptor
asetilkolin berkurang yang mungkin dikarenakan cedera
autoimun. Pada klien dengan Miastenia gravis, secara
makroskopis otot-ototnya tampak normal. Jika ada atrofi,
maka itu disebabkan karena otot tidak digunakan. Secara
mikroskopis beberapa kasus dapat ditemukan infiltrasi
limfosit dalam otot dan organ-organ lain, tetapi pada otot
rangka tidak dapat ditemukan kelainan yang konsisten.
MANIFESTASI KLINIS
1) Kelemahan otot mata dan wajah (hampir selalu
ditemukan)
Ptosis
Diplobia
Otot mimik
2) Kelemahan otot bulbar
Otot-otot lidah
Suara nasal, regurgitasi nasal
Kesulitan dalam mengunyah
Kelemahan rahang yang berat dapat
menyebabkan rahang terbuka
Kesulitan menelan dan aspirasi dapat terjadi
dengan cairan batuk dan tercekik saat minum
Otot-otot leher
KLASIFIKASI
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1)
Laboratorium
Anti-striated muscle
Interleukin-2 receptor
Meningkat pada MG
2)
Imaging
X-ray thoraks
Foto
polos
posisi
mengidentifikasi
AP
dan
timoma
Lateral
sebagai
dapat
massa
mediatinum anterior
CT scan thoraks
Identifikasi timoma
Menyingkirkan
penyebab
lain
defisit
Nn.
3)
Pemeriksaan klinis
Menatap tanpa kedip pada suatu benda yang terletak diatas bidang
kedua mata selama 30 dettk, akan terjadi ptosis
Melirik ke samping terus menerus akan terjadi diplopia
Menghitung atau membaca keras2 selama 3 menit akan terjadi
kelemahan pita suara apabila suara hilang
Tes untuk otot leher dengan mengangkat kepala selama 1 menit dalam
posisi berbaring
Tes exercise untuk otot ekstremitas, dengn mempertahankan posisi
saat mengangkat kaki dengan sudut 45 pada posisi tidur telentang 3
menit, atau duduk-berdiri 20-30 kali. Jalan diatas tumit atau jari 30
langkah, tes tidur-bangkit 5-10 kali
PENANGANAN
Periode istirahat yang sering selama siang hari menghemat kekuatan.
Obat antikolinesterase diberikan untuk memperpanjang waktu paruh asetilkolin di
taut neuro moskular. Obat harus diberikan sesuai jadwal seetiap hari untuk mencegah
keletihan dan kolaps otot.
Obat anti inflamasi digunakan untuk membatasi serangan autoimun.
Krisis miastenik dapat diatasi dengan obat tambahan,dan bantuan pernapasan jika
perlu.
Krisis kolinergik diatasi dengan atropin (penyekat asetilkolin) dan bantuan
pernapasan,sampai gejala hilang. Terapi antikolinesisterase ditunda sampaikadar
toksik obatb diatasi.
Krisis miastenia dan krisis kolinergik terjadi dengan cara yang sama,namun diatasi
secara berbeda. Pemberian tensilon dilakukan untuk membedakan dua gangguan
tersebut.
KOMPLIKASI
1.
Gagal nafas
2.
Disfagia
3.
Krisis miastenik
4.
Krisis cholinergic
5.
PROGNOSIS
Pada anak, prognosis sangat bervariasi tetapi relatif lebih baik
dari pada orang dewasa. Dalam perjalanan penyakit, semua otot
serat lintang dapat diserang, terutama otot-otot tubuh bagian
atas, 10% Miastenia gravis tetap terbatas pada otot-otot mata,
20% mengalami insufisiensi pernapasan yang dapat fatal,
10%,cepat atau lambat akan mengalami atrofi otot. Progresi
penyakit lambat, mencapai puncak sesudah 3-5 tahun, kemudian
berangsur-angsur baik dalam 15-20 tahun dan 20% antaranya
mengalami remisi. Remisi spontan pada awal penyakit terjadi
pada 10% Miastenia gravis.
KONSEP ASUHAN
KEPERAWATAN
PENGKAJIAN
1.
4. Pemeriksaan fisik:
B4(bladder)
DIAGNOSIS KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan pola nafas yang berhubungan
dengan kelemahan otot pernafasan
2. Gangguan persepsi sensori bd ptosis, dipoblia
3. Resiko
tinggi
cedera
bd
fungsi
indra
INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan pola nafas yang berhubungan
dengan kelemahan otot pernafasan
Tujuan: Dalam waktu 1 x 24 jam setelah
diberikan intervensi pola pernapasan klien
kembali efektif
Kriteria hasil:
Irama, frekuensi dan kedalaman
pernapasan dalam batas normal
Bunyi nafas terdengar jelas
Respirator terpasang dengan optimal
menurunkan
faktor
resiko
dan
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Implementasi
keperawatan
keperawatan
merupakan
atau
tindakan
tindakan
yang
yang
Pelaksanaan
sudah
dibuat
implementasi
sebelumnya.
dapat
berupa
EVALUASI KEPERAWATAN
Dalam waktu 1x24 jam setelah diberikan intervensi,pola pernafasan
klien kembali efektif .
Meningkatnya persepsi sensorik secara optimal.
Menunjukkan perubahan perilaku, pola hidup untuk menurunkan
faktor resiko dan melindungi diri dari cedera.
Klien dapat menunjukkan pengertian terhadap masalah komunikasi,
mampu
mengekspresikan
perasaannya,
mampu menggunakan
bahasa isyarat
Klien mampu menyatakan atau mengkomunikasikan dengan orang
terdekat tentang situasi dan perubahan yang sedang terjadi.
TERIMAKASIH
PERTANYAAN
1. NANDA YUDIP : apakah penderita MG harus
mengkonsumsi mastenion dan kortikosteroid?
2. FIRMAN : apakah penderita MG dapat sembuh total?
Apakah penanganan yang tepat?
3. EKKY : apakah pada peny. MG ada gejala awal yang
timbul?
4. RIA : apakah yang dimaksud dengan ptosis, diplobia,
dan otot mimik? Dan bagaimana bisa terjadi tsb?
JAWABAN PERTANYAAN
1. apakah penderita MG harus mengkonsumsi
mastenion dan kortikosteroid?
Harus, karena obat tersebut dapat memperbaiki
neuromuscular motoric dan dapat berhenti jika
sudah sembuh
kelemahan
pada
atau
mata
gangguannya.
pasien
sudah
Jika
parah,