Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Berdasarkan Konvensi Hak Anak Internasional, ada 4 kelompok hak anak yang sangat mendasar :
d. Hak untuk berpartisipasi dalam berbagai keputusan yang sangat mempengaruhi hidup dan
nasibnya
Anak juga butuh kesejahteraan psikologis, berupa :
Faktor Penawaran
a. Jaringan kerja prostitusi, yaitu : mucikari, pencari calon PSK perempuan
(WPS), penghubung konsumen dengan WPS
b. Pihak yang memanfaatkan prostitusi sebagai arena bisnis yang
menguntungkan, semisal birokrat, politisi, pengusaha dan preman
c. Keluarga. Tak jarang sebagian keluarga WPS yang berasal dari tingkat
ekonomi menengah kebawah, menawarkan anak-anak gadisnya kepada
mucikari, pencari calon WPS dan penghubung konsumen dengan WPS
Faktor Permintaan
a. Kepercayaan terkait bahwasannya berhubungan seks dengan anak-anak
bisa membuat orang awet muda
b. Meningkatnya jumlah petualang seks yang selalu mencari obyek
petualangan seks baru dan sensasi berhungan seks baru yang mereka kira
lebih aman dari resiko terinfeksi penyakit menular seksual (termasuk HIV), dll
ASPEK-ASPEK SISTEM KEPRIBADIAN PENENTU
DALAM PERILAKU PROSTITUSI
Menurut Farid (1999), PSK Anak atau Anak Yang Dilacurkan merupakan
terjemahan dari prostituted children, pengganti dari istilah pelacur anak (child
prostitutes). Istilah “anak yang dilacurkan” merujuk pada subyek, yakni anak-
anak yang terlibat dalam prostitusi, dimana mereka tidak punya kemampuan
untuk memilih atau menolak prostitusi sebagai profesi
Konvensi Hak-hak Anak, menggunakan istilah eksploitasi seksual (kekerasan
seksual), yaitu penggunaan seksualitas anak secara tidak sah
Menurut Kevin Ireland, eksploitasi seksual terhadap anak, adalah penggunaan
seksualitas anak secara tidak sah yang melibatkan pelaku dan korban dengan
rentang/jarak umur yang terpaut jauh
Prostitusi Anak menurut buku : Anak-anak yang dilacurkan MASA DEPAN
YANG TERCAMPAKKAN, adalah : Tindakan mendapatkan atau menawarkan
jasa sekssual dari seorang anak oleh seseorang atau kepada orang lainnya
dengan mendapatkan imbalan uang atau imbalan lainnya
PERBEDAAN PERILAKU TAK BERMORAL DENGAN PERILAKU
AMORAL
6. Kekerasan Seksual dan Pengalaman Seks Usia Dini. Suatu studi WHO,
menemukan bahwa sekitar 60 persen dari pekerja seks jalanan (umur tak
dilaporkan) menyatakan pernah mengalami kekerasan seksual pada
waktu kecil
7. Meningkatnya Permintaan Akan Pelacuran Anak. Meningkatnya
permintaan ini, dipacu juga oleh ketakutan terhadap HIV/AIDS dari para
petualang seks. Sehingga mereka mencari obyek petualangan seksual
baru, yang menurut mereka lebih aman, yaitu anak-anak. Permintaan ini
juga dipacu oleh jaringan kriminal pemasok pelacuran anak yang
beroperasi hingga ke berbagai pelosok desa dan juga permintaan dari
kaum pedofil internasional akan pelacuran anak yang mulai bergeser ke
Indonesia, dikarenakan lemahnya sistem hukum dan ketiadaan
masyarakat sipil yang kuat di Indonesia dalam memberikan tekanan
kepada pemerintah untuk mengambil tindakan tegas terhadap pelaku
kejahatan seksual anak dan jaringannya
SKEMA DINAMIKA ANAK YANG DILACURKAN
Anak Yang
Dilacurkan
(AYLA)
Pribadi :
• Perasaan Permasalahan
tidak berharga
• Bingung
masa depan Lingkungan
• Khawatir Keluarga
• Kesulitan
“cap” jelek • Masalah melepaskan
• Khawatir ekonomi diri dari ayah
kena AIDS • Perilaku asuh/germo
• Germo orangtua • Razia aparat
(neglect)
PENGETAHUAN PSK ANAK TENTANG KESEHATAN
REPRODUKSI
Pengetahuan PSK Anak terkait dengan pengetahuan mengenai kesehatan reproduksi, tidak
menjamin mereka akan benar-benar menerapkan pengetahuan tersebut
Sebagian anak yang dilacurkan memang selalu menggunakan kondom saat melakukan hubungan
seksual
Sebagian anak yang dilacurkan tau kondom dapat mencegah kehamilan dan penularan infeksi
menular seksual
Sebagian anak yang dilacurkan lainnya, tidak menggunakan kondom saat melakukan hubungan
seksual dan memilih cara-cara tradisional/cara-cara yang berbahaya agar tak hamil, seperti
jongkok sehabis melakukan hubungan seksual, agar sperma yang masuk keluar lagi, minum-
minuman bersoda setelah melakukan hubungan seksual, meminum obat-obatan/jamu untuk
peluruh (dugunakan untuk memperlancar haids) sehabis melakuakan hubungan seksual, atau
menyiramkan ramuan pembersih/pembunuh kuman sehabis hubungan seksual, dengan harapan
sperma yang masuk bisa mati
Sebagian anak yang dilacurkan dan tidak menggunakan kondom saat berhubungan seksual,
ketika mengetahui mereka hamil, akhirnya memilih menggugurkan kandungan mereka dengan
cara-cara yang membahayakan kesehatan (keselamatan jiwa)/tradisional
Sebagian anak yang dilacurkan dan tidak menggunakan kondom saat berhubungan seksual,
ketika mengalami infeksi menular seksual, biasanya mereka menyadarinya saat kondisi penyakit
mereka sudah kronis (parah)
MENGETAHUI PANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP
PELACUR/PELACURAN ANAK
2. Kelompok Guru
a. Pelajaran budi pekerti perlu dimasukkan dalam kurikulum
b. Larangan beredarnya gambar/film blue, bacaan porno dan lain sebagainya
c. Komunikasi yang harmonis dalam keluarga dan kontrol orangtua terhadap anak
(bukan dengan cara-cara kekerasan)
d. Sebagai tindakan preventif, pendidikan seks atau yang sekarang lebih dikenal dengan
pendidikan kesehatan reproduksi, harus terintegrasi dalam sekolah
e. Pendidikan moral terus-menerus di sekolah (mulai SD dan seterusnya)
f. Pembentukan undang-undang tentang seks dibawah umur dan peraturan-peraturan
pelaksana lainnya di tingkat pemerintahan daerah
g. Dibentuknya organisasi yang mengatasi kesulitan biaya sekolah, seperti GNOTA
h. Bimbingan dan konseling
i. Orangtua harus bisa menjadi model yang baik bagi anak
j. Kerjasama dengan institusi kepolisian untuk menangani masalah anak bolos sekolah
k. Penyuluhan terhadap ibu-ibu yang memiliki anak (18 tahun kebawah), tentang
bahayanya pergaulan bebas, seks bebas dan pentingnya pendidikan hak kesehatan
seksual atau reproduksi sejak dini
PANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP
PELACUR/PELACURAN ANAK
3. Kelompok Aparat
a. Menanamkan pengertian dan pengetahuan seks
sejak dini
b. Pendidikan moral dalam keluarga dan sekolah
c. Menciptakan dan mensosialisasikan UU
Perlindungan Anak
d. Mengadakan program pendampingan
e. Mengajak semua pihak ikut menanggulangi
masalah pendidikan anak, mulai dari kurikulum, biaya
pendidikan bagi anak dari keluarga tak mampu, dll
PANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP
PELACUR/PELACURAN ANAK
4. Kelompok Polisi
a. Menghilangkan tempat-tempat yang dimungkinkan untuk prostitusi
b. Mengusulkan adanya UU yang menjerat pelaku
c. Pembinaan terhadap PSK (WPS dan PSK Laki-laki) oleh pemerintah,
LSM, tokoh agama, dan masyarakat umum
d. Mengekspose setiap kasus di media massa (cetak maupun
elektronik)
e. Penegakkan hukum, norma-norma agama dan kesusilaan
f. Sebagai tindakan preventif, perlu ada pembinaan pelajar disekolah-
sekolah
g. Mengadakan razia
h. Pemberian pendidikan seks dan moral
i. Dimasukkan dalam wadah/lembaga yang mengurusi masalah tersebut
PANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP
PELACUR/PELACURAN ANAK
5. Kelompok DPRD
a. Penanganan komprehensif, lewat
pengembangan program
b. Peningkatan pendidikan agama
c. Memperjuangkan hak anak
d. Pembinaan norma oleh dinas terkait
e. Mengagendakan pembahasan di dewan
f. Pemberian kegiatan/keterampilan
g. Membentuk wadah/forum untuk pembinaan
PANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP
PELACUR/PELACURAN ANAK
6. Kelompok Tetangga
a. Ada pendidikan
b. Pendidikan seks sebelum menginjak dewasa
c. Pendirian pusat pemulihan
d. Adanya produk perundangan dengan sanksi yang tegas
7. Kelompok Konsumen dan lain-lain
a. Bersedia menyalurkan ke pekerjaan yang lebih layak
b. Buatkan tempat penampungan
c. Memberi apa yang bisa dibantu
d. Membantu memberi informasi
e. Memberi pelatihan dan semacamnya
f. Sekolah ke kejuruan agar cepat kerja
g. Kalau bisa dientaskan
KEGIATAN-KEGIATAN PEMULIHAN ANAK YANG
DILACURKAN DAN KELUARGANYA