Vous êtes sur la page 1sur 35

Tutorial klinik

Pemeriksaan Sensorik

Pemimbing :
Dr. Ashwim, SpS
SMF SARAF
RSUP PERSAHABATAN
JAKARTA

Pendahuluan
Adanya gangguan pada otak,
medulla spinalis dan saraf tepi dapat
menimbulkan gangguan sensorik
Gangguan sensorik dapat
menimbulkan :
Perasaan
kesemutan /
baal
(parestesi)

Kebas atau
mati rasa

Kurang
sensitif
(Hipestesi)

Sangat
sensitif
(hiperestesi)

Hal-hal yang harus diperhatikan..


Kesadaran penderita harus penuh dan
tajam. Penderita tidak boleh dalam
keadaan lelah, kelelahan akan
mengakibatkan gangguan perhatian
serta memperlambat waktu reaksi.
Memerlukan kerja sama yang sebaikbaiknya antara pemeriksa dan
penderita.

Yang dinilai bukan hanya ada atau


tidak adanya sensasi tetapi juga
meliputi perbedaan-perbedaan sensasi
yang ringan.

Azas simetris : pemeriksaan bagian kiri


harus selalu dibandingkan dengan
bagian kanan

Reseptor
Organ
merekam

sensorik

khusus

perubahan

fisik

yang
dan

kimiawi di lingkungan eksternal dan


internal
mengubahnya

organisme
menjadi

elektrik yang di proses di SSP.

dan
impuls

Macam Macam Reseptor


Eksteroresept
or
propriorespto
r
Viseroresepto
r

Reseptor Kulit
Sebagian besar reseptor dikulit
adalah eksteroreseptor. Reseptor ini
terbagi menjadi dua kelas yaitu :

Ujung saraf bebas


Ujung organ Berkapsul

Reseptor di bagian tubuh yang lebih


dalam
Kelompok organ reseptor yang kedua
terletak di dalam kulit, di otot,
tendon, fascia dan sendi.
Di otot spindel otot yang
berespons terhadap regangan
muskulatur.

Jenis-Jenis pemeriksaan sensorik yang sering


digunakan :
Sensibilitas eksteroseptif atau protopatik. Terdiri dari :
Rasa nyeri.
Rasa suhu
Rasa raba.

Sensibilitas proprioseptif.
Rasa sikap
Posisi dan gerak

Sensibilitas diskriminatif
daya untuk mengenal bentuk/ukuran.
daya untuk mengenal /mengetahui berat sesuatu benda dsb.

Tujuan pemeriksaan sensorik


Menetapkan adanya gangguan
sensorik.
Mengetahui modalitasnya.
Menetapkan polanya.
Menyimpulkan jenis dan lokasi lesi
yang mendasari gangguan sensorik
yang akhirnya dinilai bersama sama
dengan pemeriksaan motorik ,
kesadaran dll.

PEMERIKSAAN SENSORIK

Pemeriksaan eksteroseptif
1. Pemeriksaan Sensasi Nyeri Superfisial
. Mata pasien ditutup
. Pemeriksa terlebih dahulu mencoba jarum pada
dirinya sendiri
. Tekanan terhadap kulit penderita seminimal
mungkin jangan sampai menimbulkan perlukaan.
. Rangsangan terhadap kulit dilakukan dengan
ujung runcing.
. Kemudian bandingkan daerah yang abnormal
dengan daerah yang normal yang kontralateral
tetapi sama.
. Penderita juga diminta menyatakan apakah
terdapat
perbedaan
intensitas
ketajaman
rangsang di daerah yang berlainan

Test untuk rasa nyeri superficial.


Alat pemeriksa : jarum bundel
Cara pemeriksaan :
jarum diletakkan tegak lurus dan
sentuhkan pada lokasi yang akan
diperiksa.

Rasa Nyeri.
Hilangnya rasa nyeri : ANALGESIA.
Berkurangnya rasa nyeri :
HIPALGESIA.
Berlebihnya rasa nyeri :
HIPERGESIA.

2. Pemeriksaan sensasi taktil atau raba


Alat yang digunakan adalah kapas, tissue, bulu,
kuas halus dan lain-lain.
Mata pasien ditutup
Pemeriksa terlebih dahulu mencoba alat
tersebut pada dirinya
Stimulasi harus seringan mungkin, jangan
sampai memberikan tekanan pada jaringan
subkutis
Mulailah dari daerah yang dicurigai abnormal
menuju daerah yang normal. Kemudian di
bandingkan kanan dan kiri
Penderita diminta mengatakan iya atau tidak
apabila merasakan adanya rangsang dan
sekaligus juga di minta menyatakan bagian
tubuh mana yang dirangsang.

Yang perlu diingat:


Daerah lateral kurang peka dari
medial.

Rasa eksteroseptif.
Hilangnya rasa raba : ANESTESIA.
Berkurangnya rasa raba :
HIPESTESIA.
Berlebihnya rasa raba : HIPERTESIA.

3. pemeriksaan sensasi suhu


Alat yang dipakai adalah tabung berisi air
bersuhu 5-10 derajat C untuk sensasi
dingin dan air 40-45 derajat C untuk
sensai panas
Mata penderita di tutup
Tabung panas/dingin terlebih dahulu
dicoba pada pemeriksa
Tabung di tempelkan pada kulit
penderita dan penderita diminta
mengatakan panas atau dingin.

Rasa suhu.
Hilangnya rasa suhu :
THERMOANESTHESIA.
Berkurangnya rasa suhu :
THERMOHIPESTHESIA.
Berlebihnya rasa suhu :
THERMOHIPERESTHESIA.

Pemeriksaan propioseptif
1. Pemeriksaan sensasi nyeri
tekan dalam
Pemeriksaan dilakukan dengan cara
menekan tendo achilles, fascia
antara jari tangan IV dan V atau
testis

2. Pemeriksaan sensasi gerak dan


posisi
mata pemeriksan di tutup
penderita di minta mengangkat
kedua lengan di depan, penderita
menghadap ke atas
penderita di minta mempertahankan
posisi tersebut

Test untuk rasa gerak/posisi sendi.


Alat pemeriksan : sendi sendi/jari jari tangan
kaki pasien
Cara pemeriksaan:
Pegang ujung jari jempol kaki pasien dengan jari
telunjuk dan jempol jari tangan pemeriksa dan
gerakkan keatas kebawah maupun kesamping
kanan dan kiri
Pasien diminta untuk menjawab posisi ibu jari
jempol nya berada
diatas atau dibawah atau disamping kanan /kiri.

Hasil : hilangnya rasa gerak dan


sikap mengidikasikan gejala tabes
dorsalis, multiple sclerosis, atau
defisiensi vit b 12 atau peripheral
neuropathy yang berhubungan
dengan diabetes

Tes lain untuk pemeriksaan rasa


gerak dan sikap
Tunjuk hidung
Tumit lutut
Tes romberg

Pemeriksaan sensasi getar/vibrasi


Alat yang digunakan adalah garpu tala
berfrekuensi 128 atau 256 Hz
Garpu tala digetarkan dengan memukulkan
pada benda padat atau keras.
Kemudian pangkal garpu tala diletakkan
pada daerah dengan tulang yang menonjol
seperti siku, lutut, dan lain-lainnya
Bandingkan antara kanan dan kiri
Catat intensitas dan lamanya vibrasi
Kemudian garpu tala dipindahkan pada
bagian tubuh yang sama pada pemeriksa.

Tahap Pemeriksaan Sensibilitas


Diskriminatif :
Test untuk membedakan bentuk dan berat
benda.
Alat pemeriksa : kunci, mata uang logam,
kancing , jarum bundel.
Cara pemeriksaan :
Rasa stereognosis.
Dengan mata tertutup pasien diminta untuk
mengenal benda benda yang disodorkan
kepadanya.

Rasa Gramestesia.
Untuk mengenal angka, aksara, bentuk
yang digoreskan diatas kulit pasien,
misalnya ditelapak tangan pasien.

Rasa Barognosia.
Untuk mengenal berat suatu benda.
Rasa topognosia.
Untuk mengenal tempat pada tubuhnya
yang disentuh pasien.

TERIMA KASIH

Nomenklatur untuk pemeriksaan sensorik.


Rasa eksteroseptif.
Hilangnya rasa raba : ANESTESIA.
Berkurangnya rasa raba : HIPESTESIA.
Berlebihnya rasa raba : HIPERTESIA.
Rasa Nyeri.
Hilangnya rasa nyeri : ANALGESIA.
Berkurangnya rasa nyeri : HIPALGESIA.
Berlebihnya rasa nyeri : HIPERGESIA.
Rasa suhu.
Hilangnya rasa suhu : THERMOANESTHESIA.
Berkurangnya rasa suhu : THERMOHIPESTHESIA.
Berlebihnya rasa suhu : THERMOHIPERESTHESIA.
Rasa abnormal dipermukaan tubuh.
kesemuten : PARESTHESIA.
nyeri panas dingin yang tidak keruan : DISESTHESIA

Rasa Propioseptif = Rasa Raba Dalam.


rasa gerak : KINESTHESIA.
rasa sikap : STATESTESIA.
rasa getar : PALESTHESIA.
rasa tekan : BARESTHESIA.
Rasa DISKRIMINATIF
Mengenal bentuk dan ukuran sesuatu dengan jalan perabaan.
STEREOGNOSIS.
Mengenal dan mengetahui berat sesuatu : BAROGNOSIS.
Mengenal tempat yang diraba : TOPESTESIA, TOPOGNOSIS.
Mengenal angka, aksara,bentuk yang digoreskan di atas kulit
GRAMESTESIA.
Mengenal diskriminasi 2 titik : DISKRIMINASI SPASIAL.
Mengenal setiap titik dan daerah tubuh sendiri : AUTOTOPOGNOSIS.

Tindakan dari Tinel


Untuk mengetahui tanda kesemutan
akibat lesi susunan saraf perifer.
Cara Pemeriksaan : Dengan melakukan
penekanan pada saraf perifer
Bila hasil ya: timbul rasa nyeri ini berarti
terjadi lesi irritatif.
Bila hasil nya timbul kesemuten ini berarti
adanya regenerasi saraf perifer.

Vous aimerez peut-être aussi