Vous êtes sur la page 1sur 10

Aplikasi Radioaktif bagi

PLTN
Oleh :
MEGA AYU PRATIWI
03121404038

TEKNIK ELEKTRO
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2013

Beberapa bahan yang ada di alam,


seperti uranium, apabila direaksikan
dengan neutron, akan mengalami reaksi
pembelahan dan menghasilkan energi
yang dapat digunakan untuk
memanaskan air hingga menjadi uap.
Selanjutnya uap tersebut dapat
digunakan untuk memutar turbin dan
menghasilkan listrik. Pembangkit Listrik
Tenaga Nuklir komersial yang pertama
adalah Reaktor Magnox, yang dibangun
pada tahun 1950-an di Inggris.

Sedangkan penggunaan radioisotop secara sengaja


untuk suatu tujuan tertentu dilakukan oleh George du
Hevesy pada tahun 1911. Pada saat itu, ia masih
berstatus seorang pelajar yang sedang meneliti bahan
radioaktif alam. Karena berasal dari luar kota dan dari
keluarga yang sederhana ia tinggal di suatu asrama
yang sekaligus menyajikan makanan pokok sehari-hari.
Pada suatu ketika, ia curiga bahwa makanan yang
disajikan dicampur dengan makanan sisa dari hari
sebelumnya, tetapi ia tidak bisa membuktikan
kecurigaannya itu. Untuk itu ia menaruh sejumlah kecil
bahan radioaktif kedalam makanan yang sengaja tidak
dihabiskannya. Keesokan harinya ketika makanan yang
jenisnya sama disajikan, ia melakukan pemeriksaan
makanan tersebut dengan menggunakan peralatan
deteksi radiasi yang sederhana, dan ternyata ia
mendeteksi adanya radioisotop dalam makanan yang
dicurigainya. Mulai saat itulah ia mengembangkan
penggunaan bahan radioaktif sebagai suatu perunut
(tracer) untuk berbagai macam keperluan.

Pembangkit Listrik Tenaga


Nuklir

Perbedaan antara Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir


dan Pembangkit Listrik Berbahan Bakar Fosil
Semua pembangkit tenaga listrik, termasuk PLTN,
mempunyai prinsip kerja yang relatif sama. Bahan bakar
(baik yang berupa batu bara, gas ataupun uranium)
digunakan untuk memanaskan air yang akan menjadi uap.
Uap memutar turbin dan selanjutnya turbin memutar suatu
generator yang akan menghasilkan listrik.
Perbedaan yang mencolok adalah bahwa PLTN tidak
membakar bahan bakar fosil, tetapi menggunakan bahan
bakar dapat belah (bahan fisil). Di dalam reaktor, bahan fisil
tersebut direaksikan dengan neutron sehingga terjadi reaksi
berantai yang menghasilkan panas. Panas yang dihasilkan
digunakan untuk menghasilkan uap air bertekanan tinggi,
kemudian uap tersebut digunakan untuk menggerakkan
turbin. Dengan digunakannya bahan fisil, berarti tidak
menghasilkan CO2, hujan asam, ataupun gas beracun
lainnya seperti jika menggunakan bahan bakar fosil.

Seberapa amankah PLTN?


Dibandingkan pembangkit listrik lainnya, PLTN mempunyai faktor keselamatan
yang lebih tinggi. Hal ini ditunjukkan oleh studi banding kecelakaan yang
pernah terjadi di semua pembangkit listrik. Secara statistik, kecelakaan pada
PLTN mempunyai persentase yang jauh lebih rendah dibandingkan yang
terjadi pada pembangkit listrik lain. Hal tersebut disebabkan karena dalam
desain PLTN, salah satu filosofi yang harus dipunyai adalah adanya
pertahanan berlapis (defence in-depth). Dengan kata lain, dalam PLTN
terdapat banyak pertahanan berlapis untuk menjamin keselamatan manusia
dan lingkungan. Jika suatu sistem operasi mengalami kegagalan, maka masih
ada sistem cadangan yang akan menggantikannya. Pada umumnya, sistem
cadangan berupa suatu sistem otomatis pasif. Disamping itu, setiap komponen
yang digunakan dalam instalasi PLTN telah didesain agar aman pada saat
mengalami kegagalan, sehingga walaupun komponen tersebut mengalami
kegagalan, maka kegagalan tersebut tidak akan mengakibatkan bahaya bagi
manusia dan lingkungannya.
Dari sisi sumber daya manusia, personil yang mengoperasikan PLTN harus
memenuhi persyaratan yang sangat ketat, dan wajib mempunyai sertifikat
sebagai operator reaktor yang dikeluarkan oleh Badan Pengawas Tenaga
Nuklir (BAPETEN). Untuk mendapatkan sertifikat tersebut, mereka harus
mengikuti dan lulus ujian pelatihan. Sertifikat tersebut berlaku untuk jangka
waktu tertentu dan setelah lewat masa berlakunya maka akan dilakukan
pengujian kembali.

Peranan PLTN dalam Kelistrikan Dunia


Pada Nopember 2005, di seluruh dunia
terdapat 441 buah pembangkit listrik tenaga
nuklir yang beroperasi di 31 negara,
menghasilkan tenaga listrik sebesar lebih dari
363 trilyun watt. Reaktor yang dalam tahap
pembangunan sebanyak 30 buah dan 24
negara (termasuk 6 negara yang belum
pernah mengoperasikan reaktor nuklir)
merencanakan untuk membangun 104 reaktor
nuklir baru. Saat ini energi listrik yang
dihasilkan PLTN menyumbang 16% dari
seluruh kelistrikan dunia, yang secara
kuantitatif jumlahnya lebih besar dari listrik
yang dihasilkan di seluruh dunia pada tahun
1960.

Negara-negara di Eropa merupakan negara yang


paling tinggi persentase ketergantungannya
pada energi nuklir. Perancis, Lithuania dan
Slovakia merupakan tiga negara yang memiliki
ketergantungan listrik pada energi nuklir yang
tinggi, yaitu masing-masing sebesar 78%, 72%
dan 55%.

Di masa mendatang, pemakaian energi


nuklir akan berkembang lebih maju
lagi, tidak hanya sekedar untuk
pembangkit listrik saja, tetapi juga
untuk keperluan energi selain
kelistrikan, seperti produksi hidrogen,
desalinasi air laut, dan pemanas
ruangan.

Vous aimerez peut-être aussi