Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Kalimantan Barat memiliki kondisi geografis dengan ratusan
sungai besar dan kecil sehingga dijuluki provinsi seribu sungai
dan pada umumnya sungai tersebut masih digunakan
sebagai jalur angkutan alternative utama.
Pelabuhan Pontianak yang terletak di pinggir sungai Kapuas
adalah salah satu pelabuhan internasional dan merupakan
pelabuhan utama di Provinsi Kalimantan Barat.
Keberadaan
Pelabuhan
Pontianak
diharapkan
dapat
melayani/membantu berputarnya roda perdagangan industri
regional,dan menyediakan fasilitas transit untuk daerah
belakangnya.
Kebijakan ekonomi nasional yang tertuang dalam MP3EI
(Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan
Ekonomi Indonesia) koridor Kalimantan Barat diarahkan untuk
perkembangan simpul perkayuan, kelapa sawit dan
Bauksit/aluminia dengan gerbang utama di Pelabuhan
Pontianak.
PERMASALAHAN
Daerah
bagi
model
HASIL PEKERJAAN
Keluaran yang akan dihasilkan dalam pekerjaan ini
antara lain adalah hasil model pengelolaan alur
pelayaran Sungai Kapuas yang paling optimal
dihubungkan dengan kelayakan investasi serta
dokumen rancangan peraturan daerah terhadap
rencana pengelolaan alur pada Sungai Kapuas
dimaksud .
PANDUAN HUKUM
Undang-Undang
Nomor
32
Tahun
2004
tentang
Pemerintahan Daerah
Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004, tentang
Perimbangan Keuangan antara Pusat dan Daerah
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran
Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional
Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang
Kepelabuhanan
Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM. 52 Tahun 2012
Tentang Alur Pelayaran Sungai Dan Danau
Keputusan Menhub No 15 Tahun 1997 Tentang SISTRANAS
KOTA PONTIANAK
Luas wilayah Kota
Pontianak mencapai
107,82km2, yang terdiri
dari 6 kecamatan dan 29
kelurahan
Jumlah penduduk Kota
Pontianak pada tahun 2012
sebanyak 575.843 jiwa
Laju pertumbuhan
penduduk di Kota Pontianak
pada periode 2000-2010
sebesar 1,8% pertahun
PELABUHAN PONTIANAK
Pelabuhan Pontianak terletak pada 0002 LU - 0005 LS dan 1090
16' - 109023' BT dengan jenis pelabuhan samudera.
Daerah lingkup kerja pelabuhan meliputi 9,25 Ha pada
perairan dan 128.644,00 m2 pada daratan.
Sedangkan lingkungan kepentingan pelabuhan meliputi
perairan seluas 380.000 m2.
Alur pelayaran di Pelabuhan Pontianak memiliki panjang 17 mil
dengan lebar 70 meter dengan kedalaman maksimum 5
mLWS dan kedalaman minimum - 4 mLWS dengan dasar
lumpur.
Kolam pelabuhan Pontianak memiliki panjang 1 mil dengan
lebar 350 meter dengan kedalaman - 10 meter LWS dan
kedalaman minimum - 5 meter LWS dengan dasar lumpur.
Kapal maksimum yang dapat melewati alur pelayaran
Pelabuhan Pontinak untuk type kapal cargo adalah dengan
ukuran panjang 115 meter, lebar 19 meter, draf kedalaman
5,5meter, dan isi kotor 5058 GT.
Sedangkan untuk type kapal penumpang dengan ukuran
panjang 115 meter, lebar 15 meter, draf kedalaman 4,4 meter
dan isi kotor 6022 GT.
PELABUHAN PONTIANAK
Hirarki peran dan fungsi pelabuhan laut berdasarkan Kepmenhub No Km
53 Tahun 2002 tentang Tatanan Kepelabuhan Nasional bahwa Pelabuhan
Pontianak merupakan Pelabuhan Internasional Hub dan merupakan
Pelabuhan Utama Primer.
Pelabuhan internasional hub merupakan pelabuhan utama primer yang
ditetapkan dengan memperhatikan:
1. Melayani angkutan alih muat (transhipment) peti kemas nasional
dan internasional dengan skala pelayanan transportasi laut dunia;
2. Berperan sebagai pelabuhan induk yang melayani angkutan peti
kemas nasional dan internasional sebesar 2.5 00.000 TEU's/tahun
atau angkutan lain yang setara;
3. Berperan sebagai pelabuhan alih muat angkutan peti kemas
nasional dan internasional dengan pelayanan berkisar dan
3.000.000 - 3.500.000 TEU's/tahun atau angkutan lain yang setara;
4. Berada dekat dengan jalur pelayaran internasional 500 mil;
5. Kedalaman minimal pelabuhan : - 12 m LWS;
6. Memiliki dermaga peti kemas minimal panjang 350 m',4 crane dan
lapangan penumpukan peti kemas seluas 15 Ha;
7. Jarak dengan pelabuhan internasional hub lainnya 500 - 1.000 mil
PELABUHAN PONTIANAK
Kebijakan Pemerintah tentang Pengembangan Pelabuhan
Pontianak
Permasalahan ?
PERAWATAN ALUR PELAYARAN
Pendangkalan sungai Kapuas yang disebabkan
oleh pengendapan (sadimentasi) yang terjadi
secara terus menerus terutama di bagian hilir.
Sadimentasi yang terjadi terutama di bagian
hilir ini disebabkan oleh erosi di sepanjang DAS.
Erosi ini terjadi karena lahan kritis di dalam
DAS, sehingga tanah mudah tererosi. Material
yang tererosi tersebut akan terbawa oleh aliran
sungai dan diendapkan di bagian hilir.
Pendangkalan sungai ini terjadi secara kontinyu
dan menyebabkan kapal kapal dengan draft
yang besar beresiko kandas, terutama pada
saat air surut.
CLICK HERE :
Kawasan Kritis SK 42 SK 62
METODOLOGI
ANALISI
S YANG
DILAKUK
AN
A. ANALISIS KELAYAKAN
ALUR PELAYARAN
.Analisis Kedalaman dan
Lebar Alur Pelayaran serta
Ruang Bebas Diatas
Permukaan Air
.Analisis Batimetri untuk
Menentukan Volume
Pengerukan
.Analisis Sedimentasi
B. ANALISIS INVESTASI
Analisis Tarif Jasa
Pengelolaan Alur
Analisis Break Event Point
(BEP)
Sistem Pembayaran dan
Pengawasan yang
Diusulkan
PENGUMPULAN DATA
Rata rata Jumlah Kapal Peti Kemas Perbulan dalam Satu Tahun
DATA HIDRO-OSEANOGRAFI
Data Amplitudo Pasang Surut Muara Sungai Kapuas
Dari analisa harmonik, diperoleh tiga elevasi muka air pasang surut
yaitu Highest High Water Level (HHWL), Mean Sea Level (MSL) dan
Lowest Low Water Level (LLWL), yaitu :
HHWL = +3.00 LWS
MSL
= +1.84 LWS
LLWL = +0.68 LWS
DATA HIDRO-OSEANOGRAFI
Dari data kecepatan arus kondisi bulan purnama (spring tide) dan
bulan perbani (beap tide) diketahui bahwa kecepatan arus sungai
pada jarak 150 m dari tepi sungai di bawah
1 m/detik, yaitu
0,5 m/detik dan 0,3 m/detik
DATA HIDRO-OSEANOGRAFI
Dari data kecepatan arus kondisi bulan purnama (spring tide) dan bulan
perbani (neap tide) diketahui bahwa kecepatan arus sungai pada
jarak 50 m dari tepi sungai di bawah
1 m/detik, yaitu 0,4
m/detik dan 0,2 m/detik
ANALISIS KELAYAKAN
ALUR PELAYARAN SUNGAI KAPUAS
Kapal Lebar 20
m
Cargo Terbesar
Penumpang
Terbesar
150
68
144
60
120
Lebar Alur
Sungai Kapuas
(meter)
70
TIKUNGAN TIDAK
TAJAM,
CENDERUNG
LURUS
Dari Gambar : tidak terdapat tikungan yang cukup tajam sehingga lebar Alur S
ungai Kapuas aman untuk dilalui oleh kapal dengan lebar maksimum 20 meter
pada saat air surut terendah dalam dua arah
Kapal draft 3 m
Cargo Terbesar
Penumpang
Terbesar
Kedalaman yang
Dibutuhkan
(meter)
4
6,5
5,5
Kedalaman Alur
Sungai Kapuas Saat
Air Surut Terendah
(meter)
4
.
Tidak terdapat jembatan atau instalasi diatas Alur Pelayaran Sungai
Kapuas sepanjang 17 miles
kapal dapat melintas dengan aman
tampa resiko terjadinya tabrakan bagian atas kapal
VOLUME PENGERUKAN
Volume Pengerukan Hasil Survei Batimetri
Kemiringan Talud
1:1
909.309,300
1:3
998.293,100
BIAYA PENGERUKAN
Perbandingan Volume Sadimen Tahun 1984
dan 2014
Biaya Pengerukan:
Diketahui : Biaya pengerukan 1 m3 = Rp.60.000
Perkiraan biaya total galian untuk kemiringan talud 1:1
Perkiraan Biaya Total Galian = Biaya Pengerukan Permeter Kubik x Volume To
tal Pengerukan
= Rp. 60.000/m3 X 909.309,300 m3
= Rp. 54.558.558.000
Perkiraan biaya total galian untuk kemiringan talud 1:3
Perkiraan Biaya Total Galian = Rp. 60.000/m3 X 998.293,100 m
= Rp. 59.897.586.000
ANALISIS FINANSIAL
Kapal Penumpang
Roro / Ferry
an
2009
2010
2011
2012
2013
Unit
GT
Unit
GT
Unit
1,203
1,315,621
43
135,837
268
1,009
1,363,795
34
82,804
270
989
1,264,795
26
81,809
224
1,088
1,391,275
29
89,990
246
1,062
1,390,112
28
89,312
243
GT
828,744
890,683
801,584
881,742
881,412
Unit
GT
Unit
477
1,156,211
38
420
1,038,915
17
391
938,967
14
430
1,032,864
15
428
1,031,241
13
GT
27,072
13,643
12,658
13,924
13,658
Unit
GT
Unit
GT
Unit
GT
Unit
GT
Unit
GT
Unit
GT
Unit
GT
214
1,165,632
226
871,735
260
66,167
395
208,713
71
132,070
230
1,230,165
205
601,094
185
45,153
143
186,497
46
42,844
201
1,209,169
197
597,098
168
44,162
136
180,695
39
41,925
221
1,330,086
217
656,808
185
48,578
150
198,765
22
31,341
220
1,330,012
217
656,802
185
48,496
190
199,895
22
31,341
2.Skenario Dua
3.Skenario Tiga
Kapal Peti Kemas
Kapal Semi Peti Kemas
Tugboat / Tongkang
Tarif kapal general cargo, kapal peti kemas, kapal semi peti kemas, kapal cura
h cair non BBM dan tugboat / tongkang : US $ 0,5 atau US $ 0,6 ( 50 sen a
tau 60 sen US dolar) permeter kubik / per ton. Besaran tarif yang ditentu
kan di alur ambang barito adalah US $ 0,3 pada tahun 2006 dan disetujui ole
h konsumen atau pengguna alur pelayaran. Karena peraturan tersebut dibua
t pada tahun 2006, maka untuk tahun 2014-2015 diusulkan penyesuaian tarif
yang besarnya seperti telah disebutkan diatas. Tarif ini harus di perbaharui s
ecara rutin sesuai dengan peningkatan biaya operasional.
Kurs US $ yang berlaku sebagaimana dimaksud dalam tarif diatas dihitung be
rdasarkan nilai kurs US $ pada saat (hari) pengguna jasa menggunakan alur.
Rp. 7.200/m3
Skenario 1
Rp. 15.446.334.000
Rp. 18.535.601.000
Skenario 2
Rp. 7.105.662.000
Rp. 8.526.794.000
Skenario 3
Rp. 7.023.714.000
Rp. 8.428.456.000
Uang Masuk Satu Tahun = Total Barang Diangkut Satu Tahun x Tarif Jasa Pengelola
= 10.040.117 ton x Rp. 6000/ton = Rp. 60.240.703.000
Atau
Uang Masuk Satu Tahun = Total Barang Diangkut Satu Tahun x Tarif Jasa Pengelola
= 8.495.484 ton x Rp. 7200/ton = Rp. 61.167.483.000
:
:
:
:
:
:
18,925 %
26,55 %
26,66 %
17,385 %
25,12 %
25,225 %
MODEL PENGELOLAAN
SISTEM PEMBAYARAN
SISTEM PEMBAYARAN
Syarat pasca bayar bagi pemilik kapal
Jumlah total barang yang diangkut menggunakan kapal d
ari perusahaan yang sama harus diatas 100.000 ton seta
hun.
Mengajukan permohonan pasca bayar dan disetujui oleh
pihak pengelola.
REKOMENDASI
REKOMENDASI
1.
2.
3.
REKOMENDASI
4. Besar tarif dan wilayah pemungutan pada studi ini diusulkan mengikuti bebera
pa ketentuan dari Peraturan Daerah Propinsi Kalimantan Selatan Nomor 11 Ta
hun 2004 dan Nomor 18 Tahun 2006 dengan beberapa penyesuaian, yaitu:
Tarif kapal general cargo, kapal peti kemas, kapal semi peti kemas, kapal cur
ah cair non BBM dan tugboat / tongkang : US $ 0,5 atau US $ 0,6 ( 50 sen at
au 60 sen US dolar) permeter kubik / per ton. Besaran tarif yang ditentukan
di alur ambang barito adalah US $ 0,3 pada tahun 2006 dan disetujui oleh k
onsumen atau pengguna alur pelayaran. Karena peraturan tersebut dibuat
pada tahun 2006, maka untuk tahun 2014-2015 diusulkan penyesuaian tarif
yang besarnya seperti telah disebutkan diatas. Tarif ini harus di perbaharui
secara rutin sesuai dengan peningkatan biaya operasional.
Kurs US $ yang berlaku sebagaimana dimaksud dalam tarif diatas dihitung
berdasarkan nilai kurs US $ pada saat (hari) pengguna jasa menggunakan al
ur.
Kapal kapal yang dikenakan pungutan :
REKOMENDASI
5. Besarnya kontribusi kepada pemerintah daerah
sebagai pendapatan asli daerah (PAD)pada
perhitungan investasi Alur Pelayaran Sungai
Kapuas diusulkan sebagai berikut :
Tahun pertama sampai dengan tahun ke 10
sebesar 5 % dari hasil bruto
Tahun ke 11 sampai dengan tahun ke 20
meningkat menjadi 10 % hasil bruto
6. Pengelola akan mendapat bagian sebesar 10 %
dari hasil bruto mulai tahun pertama sampai
dengan tahun ke 20.
TERIMA KASIH