Vous êtes sur la page 1sur 69

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT

DINAS PERHUBUNGAN, KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA


Jl. Adi Sucipto, Kubu Raya, Kalimantan Barat

PENYUSUNAN KAJIAN PENGELOLAAN


ALUR PELAYARAN SUNGAI KAPUAS

DRAFT LAPORAN AKHIR

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG
Kalimantan Barat memiliki kondisi geografis dengan ratusan
sungai besar dan kecil sehingga dijuluki provinsi seribu sungai
dan pada umumnya sungai tersebut masih digunakan
sebagai jalur angkutan alternative utama.
Pelabuhan Pontianak yang terletak di pinggir sungai Kapuas
adalah salah satu pelabuhan internasional dan merupakan
pelabuhan utama di Provinsi Kalimantan Barat.
Keberadaan
Pelabuhan
Pontianak
diharapkan
dapat
melayani/membantu berputarnya roda perdagangan industri
regional,dan menyediakan fasilitas transit untuk daerah
belakangnya.
Kebijakan ekonomi nasional yang tertuang dalam MP3EI
(Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan
Ekonomi Indonesia) koridor Kalimantan Barat diarahkan untuk
perkembangan simpul perkayuan, kelapa sawit dan
Bauksit/aluminia dengan gerbang utama di Pelabuhan
Pontianak.

PERMASALAHAN

Alur pelayaran sepanjang 17 miles yang


menghubungkan muara dengan pelabuhan sering
mengalami pendangkalan akibat sedimentasi sehingga
membahayakan kapal kapal yang berlayar.

Pengerukan secara rutin harus dilakukan untuk


mempertahankan kedalaman yang layak bagai kapalkapal untuk berlayar dengan aman dan efisien.

Pemeliharaan alur, yaitu pengerukan membutuhkan


biaya yang sangat besar sehingga perlu dirumuskan
model pengelolaan alur pelayaran di Sungai Kapuas.

MAKSUD DAN TUJUAN


Mengkaji model yang paling optimal dalam pengelolaan alur
Sungai Kapuas;
Mengkaji mengenai nilai manfaat pengelolaan alur Sungai
Kapuas terhadap penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Provinsi Kalimantan Barat jika dilakukan pengelolaan
sebagaimana model pada point (a) ;
Melakukan kajian variable variable investasi dalam
pengelolaan alur sungai beserta upaya peningkatan
keselamatan pelayaran dan penyediaan sarana dan
prasarana terkait.
Menyusun Rancangan Peraturan
pengelolaan alur Sungai Kapuas.

Daerah

bagi

model

HASIL PEKERJAAN
Keluaran yang akan dihasilkan dalam pekerjaan ini
antara lain adalah hasil model pengelolaan alur
pelayaran Sungai Kapuas yang paling optimal
dihubungkan dengan kelayakan investasi serta
dokumen rancangan peraturan daerah terhadap
rencana pengelolaan alur pada Sungai Kapuas
dimaksud .

PANDUAN HUKUM
Undang-Undang
Nomor
32
Tahun
2004
tentang
Pemerintahan Daerah
Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004, tentang
Perimbangan Keuangan antara Pusat dan Daerah
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran
Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional
Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang
Kepelabuhanan
Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM. 52 Tahun 2012
Tentang Alur Pelayaran Sungai Dan Danau
Keputusan Menhub No 15 Tahun 1997 Tentang SISTRANAS

GAMBARAN UMUM WILAYAH

PROVINSI KALIMANTAN BARAT


Provinsi Kalimantan Barat memiliki luas wilayah
146.807,00 km2. Wilayah Propinsi Kalimantan
Barat secara administratif terbagi dalam 12
kabupaten dan 2 kota.
Jumlah penduduk Provinsi Kalimantan Barat
tahun 2013 berjumlah 4,641 juta jiwa
PDRB Kalbar atas dasar harga berlaku tahun 2013
mencapai 84,96 trilyun rupiah.
PDRB per kapita Kalbar sebesar Rp 18,30 juta

Daratan Kalimantan Barat merupakan


dataran rendah dan mempunyai ratusan
sungai yang aman bila dilayari.
Sedikit berbukit yang menghampar dari
Barat ke Timur sepanjang Lembah
Kapuas serta Laut Natuna/Selat Karimata.
Sebagian daerah daratan ini berawa-rawa
bercampur gambut dan hutan mangrove

Panjang jalan di wilayah Kalimantan Barat tahun 2013


13.840 km yang terdiri dari jalan Negara 12,03%, jalan
Provinsi 11,29%, dan jalan kabupaten/kota 76,68%.
Pada tahun 2013 bongkar muat melalui pelabuhan laut
mengalami peningkatan. Barang yang diimpor/bongkar
mengalami peningkatan sebesar 10,98% dan
ekspor/muat naik sebesar 39,97%.
Pada tahun 2013 bongkar-muat yang terjadi di
Pelabuhan Pontianak masing-masing sebesar 89,39% dan
93,15% dari total bongkar-muat di Kalimantan Barat.

KOTA PONTIANAK
Luas wilayah Kota
Pontianak mencapai
107,82km2, yang terdiri
dari 6 kecamatan dan 29
kelurahan
Jumlah penduduk Kota
Pontianak pada tahun 2012
sebanyak 575.843 jiwa

Pada tahun 2012, jalan di Kota


Pontianak memiliki total
panjang jalan mencapai
259.644 km.
PDRB Kota Pontianak menurut
lapangan usaha ADHK 2000
tahun 2012 mencapai 7,43
trilyun rupiah

Laju pertumbuhan
penduduk di Kota Pontianak
pada periode 2000-2010
sebesar 1,8% pertahun

PELABUHAN PONTIANAK
Pelabuhan Pontianak terletak pada 0002 LU - 0005 LS dan 1090
16' - 109023' BT dengan jenis pelabuhan samudera.
Daerah lingkup kerja pelabuhan meliputi 9,25 Ha pada
perairan dan 128.644,00 m2 pada daratan.
Sedangkan lingkungan kepentingan pelabuhan meliputi
perairan seluas 380.000 m2.
Alur pelayaran di Pelabuhan Pontianak memiliki panjang 17 mil
dengan lebar 70 meter dengan kedalaman maksimum 5
mLWS dan kedalaman minimum - 4 mLWS dengan dasar
lumpur.
Kolam pelabuhan Pontianak memiliki panjang 1 mil dengan
lebar 350 meter dengan kedalaman - 10 meter LWS dan
kedalaman minimum - 5 meter LWS dengan dasar lumpur.
Kapal maksimum yang dapat melewati alur pelayaran
Pelabuhan Pontinak untuk type kapal cargo adalah dengan
ukuran panjang 115 meter, lebar 19 meter, draf kedalaman
5,5meter, dan isi kotor 5058 GT.
Sedangkan untuk type kapal penumpang dengan ukuran
panjang 115 meter, lebar 15 meter, draf kedalaman 4,4 meter
dan isi kotor 6022 GT.

PELABUHAN PONTIANAK
Hirarki peran dan fungsi pelabuhan laut berdasarkan Kepmenhub No Km
53 Tahun 2002 tentang Tatanan Kepelabuhan Nasional bahwa Pelabuhan
Pontianak merupakan Pelabuhan Internasional Hub dan merupakan
Pelabuhan Utama Primer.
Pelabuhan internasional hub merupakan pelabuhan utama primer yang
ditetapkan dengan memperhatikan:
1. Melayani angkutan alih muat (transhipment) peti kemas nasional
dan internasional dengan skala pelayanan transportasi laut dunia;
2. Berperan sebagai pelabuhan induk yang melayani angkutan peti
kemas nasional dan internasional sebesar 2.5 00.000 TEU's/tahun
atau angkutan lain yang setara;
3. Berperan sebagai pelabuhan alih muat angkutan peti kemas
nasional dan internasional dengan pelayanan berkisar dan
3.000.000 - 3.500.000 TEU's/tahun atau angkutan lain yang setara;
4. Berada dekat dengan jalur pelayaran internasional 500 mil;
5. Kedalaman minimal pelabuhan : - 12 m LWS;
6. Memiliki dermaga peti kemas minimal panjang 350 m',4 crane dan
lapangan penumpukan peti kemas seluas 15 Ha;
7. Jarak dengan pelabuhan internasional hub lainnya 500 - 1.000 mil

PELABUHAN PONTIANAK
Kebijakan Pemerintah tentang Pengembangan Pelabuhan
Pontianak

Permasalahan ?
PERAWATAN ALUR PELAYARAN
Pendangkalan sungai Kapuas yang disebabkan
oleh pengendapan (sadimentasi) yang terjadi
secara terus menerus terutama di bagian hilir.
Sadimentasi yang terjadi terutama di bagian
hilir ini disebabkan oleh erosi di sepanjang DAS.
Erosi ini terjadi karena lahan kritis di dalam
DAS, sehingga tanah mudah tererosi. Material
yang tererosi tersebut akan terbawa oleh aliran
sungai dan diendapkan di bagian hilir.
Pendangkalan sungai ini terjadi secara kontinyu
dan menyebabkan kapal kapal dengan draft
yang besar beresiko kandas, terutama pada
saat air surut.

Simulasi Sedimentasi Sungai Kapuas

CLICK HERE :

Kawasan Kritis SK 42 SK 62

ALUR SUNGAI & PENGERUKAN


Alur Pelayaran Sungai dan Danau adalah perairan sungai
dan danau, muara sungai, alur yang menghubungkan 2
(dua) atau lebih antar muara sungai yang merupakan
satu kesatuan alur pelayaran sungai dan danau yang dari
segi kedalaman, lebar, dan bebas hambatan pelayaran
lainnya dianggap aman dan selamat untuk dilayari.
Fasilitas Alur-Pelayaran Sungai dan Danau adalah sarana
dan prasarana yang wajib dilengkapi untuk menjamin
keselamatan, keamanan, ketertiban, dan kelancaran lalu
lintas dan angkutan pada suatu alur-pelayaran.
Pengerukan adalah pekerjaan mengubah bentuk dasar
perairan sungai dan danau untuk mencapai kedalaman
dan lebar yang dikehendaki atau untuk mengambil
material dasar perairan sungai dan danau yang
dipergunakan untuk keperluan tertentu.

METODOLOGI

BAGAN ALIR PELAKSANAAN STUDI

TAHAPAN PELAKSANAAN STUDI

PROSES ANALISIS STUDI

ANALISI
S YANG
DILAKUK
AN

A. ANALISIS KELAYAKAN
ALUR PELAYARAN
.Analisis Kedalaman dan
Lebar Alur Pelayaran serta
Ruang Bebas Diatas
Permukaan Air
.Analisis Batimetri untuk
Menentukan Volume
Pengerukan
.Analisis Sedimentasi
B. ANALISIS INVESTASI
Analisis Tarif Jasa
Pengelolaan Alur
Analisis Break Event Point
(BEP)
Sistem Pembayaran dan
Pengawasan yang
Diusulkan

JENIS KEBUTUHAN DATA

PROSES PEMBENTUKAN MODEL

PENGUMPULAN DATA

DATA LALU LINTAS ALUR PELAYARAN

DATA LALU LINTAS ALUR PELAYARAN

s Transportasi Kapal di Sungai Kapuas

Total Bongkar Muat Ekspor dan Imp

DATA LALU LINTAS ALUR PELAYARAN


Jumlah Arus Kapal Peti Kemas Pertahun

Rata rata Jumlah Kapal Peti Kemas Perbulan dalam Satu Tahun

FASILITAS SARANA BANTU NAVIGASI


Fasilitas Sarana Bantu
Navigasi Berupa Kapal dan
Petugas

Sarana Bantu Navigasi


Pelayaran Berupa Pelampung
(Buoy)

DATA HIDRO-OSEANOGRAFI
Data Amplitudo Pasang Surut Muara Sungai Kapuas

Dari analisa harmonik, diperoleh tiga elevasi muka air pasang surut
yaitu Highest High Water Level (HHWL), Mean Sea Level (MSL) dan
Lowest Low Water Level (LLWL), yaitu :
HHWL = +3.00 LWS
MSL
= +1.84 LWS
LLWL = +0.68 LWS

DATA HIDRO-OSEANOGRAFI

Dari data kecepatan arus kondisi bulan purnama (spring tide) dan
bulan perbani (beap tide) diketahui bahwa kecepatan arus sungai
pada jarak 150 m dari tepi sungai di bawah
1 m/detik, yaitu
0,5 m/detik dan 0,3 m/detik

DATA HIDRO-OSEANOGRAFI

Dari data kecepatan arus kondisi bulan purnama (spring tide) dan bulan
perbani (neap tide) diketahui bahwa kecepatan arus sungai pada
jarak 50 m dari tepi sungai di bawah
1 m/detik, yaitu 0,4
m/detik dan 0,2 m/detik

DATA KARAKTERISTIK TANAH


Data tanah yang tersedia adalah
data sekunder yang diperoleh dari
PLTU Jungkat tahun 2008.
Berikut adalah diagram hasil
analisis saringan tanah pada Titik
S.9 PLTU Jungkat dan Titik S.11
PLTU Jungkat

PETA DKLP PELABUHAN PONTIANAK DAN ALUR PELAYARAN

ANALISIS KELAYAKAN
ALUR PELAYARAN SUNGAI KAPUAS

ANALISIS LEBAR ALUR PELAYARAN


Standarisasi Departemen Perhubungan :
Alur pelayaran lurus : L = 2 x B + 30
Tikungan : L = 6 x B + 30
L adalah lebar alur pelayaran dan B adalah lebar kapal rencana terbesar.
Perbandingan Lebar Alur Pelayaran yang Layak untuk Pelayaran
dengan Lebar Alur Sungai Kapuas
Jenis Kapal

Kapal Lebar 20
m
Cargo Terbesar
Penumpang
Terbesar

Lebar Alur Pelayaran yang


Dibutuhkan (meter)
Lurus
Tikungan
70

150

68

144

60

120

Lebar Alur
Sungai Kapuas
(meter)

70

Kapal maksimum terbesar yaitu kapal cargo dengan lebar 19 meter,


dan panjang 115 meter. Sedangkan kapal penumpang terbesar
adalah kapal dengan lebar 15 meter, draft 4,4 meter dan panjang

TIKUNGAN TIDAK
TAJAM,
CENDERUNG
LURUS

Dari Gambar : tidak terdapat tikungan yang cukup tajam sehingga lebar Alur S
ungai Kapuas aman untuk dilalui oleh kapal dengan lebar maksimum 20 meter
pada saat air surut terendah dalam dua arah

ANALISIS KEDALAMAN ALUR PELAYARAN


Secara umum kedalaman alur pelayaran dapat ditentukan dengan perh
itungan berikut :
h=D+t
dimana:
h = kedalaman alur
D = sarat/draft kapal
t1 t4 merupakan ketentuan
Tabel Perbandingan Kedalaman yang Dibutuhkan
dengan Kedalaman Minimum Alur Sungai Kapuas
Jenis Kapal

Kapal draft 3 m
Cargo Terbesar
Penumpang
Terbesar

Kedalaman yang
Dibutuhkan
(meter)
4
6,5
5,5

Kedalaman Alur
Sungai Kapuas Saat
Air Surut Terendah
(meter)
4

ANALISIS KEDALAMAN ALUR PELAYARAN


Kapal cargo dan penumpang terbesar hanya dapat berlayar pada saat air
pasang tertinggi dimana ada penambahan tinggi permukaan air sebesar
2,5 meter.

Gambar Amplitudo Pasang Surut Muara Sungai Kapuas

RUANG BEBAS DI ATAS PERMUKAAN AIR


Tinggi ruang bebas di bawah bagunan dapat ditentukan melalui persamaan:
t = T + tsf
dimana:
t : tinggi ruang bebas di bawah bangunan yang melintas di atas alur sungai
(m)
T : tinggi puncak atau bangunan tertinggi bagian kapal
tsf : toleransi ketinggian bangunan (safety factor) yang melintas diatas alur pel
ayaran. Ditentukan sebesar 2 sampai dengan 5 meter dari titik tertinggi kapal.

.
Tidak terdapat jembatan atau instalasi diatas Alur Pelayaran Sungai
Kapuas sepanjang 17 miles
kapal dapat melintas dengan aman
tampa resiko terjadinya tabrakan bagian atas kapal

ANALISIS VOLUME PENGERUKAN


DAN SEDIMENTASI

PETA LOKASI STASIUN SURVEY BATIMETRI

VOLUME PENGERUKAN
Volume Pengerukan Hasil Survei Batimetri
Kemiringan Talud

Volume Pengerukan (m3)

1:1

909.309,300

1:3

998.293,100

Perkiraan Volume Sadimentasi Alur Pelayaran Sungai Kapuas Tahun


1984
Debit air pada Alur Pelayaran Sungai Kapuas adalah 1000 m 3/s
Konsentrasi yang diukur dari lumpur Sungai Kapuas adalah 20 ppm. Kon
sentrasi lumpur sebesar 20 ppm menunjukan dalam 1 liter air terdapat 2
0 mg lumpur.
Beradasarkan data tersebut dapat dihitung volume sadimentasi tahuna
n, yaitu:
Volume Lumpur Tahunan = 1000 m 3 x 20 10-6 x 60 x 60 x 24 x 365
= 630.000 tons/tahun
= 800.000 m3/tahun

BIAYA PENGERUKAN
Perbandingan Volume Sadimen Tahun 1984
dan 2014

Biaya Pengerukan:
Diketahui : Biaya pengerukan 1 m3 = Rp.60.000
Perkiraan biaya total galian untuk kemiringan talud 1:1
Perkiraan Biaya Total Galian = Biaya Pengerukan Permeter Kubik x Volume To
tal Pengerukan
= Rp. 60.000/m3 X 909.309,300 m3
= Rp. 54.558.558.000
Perkiraan biaya total galian untuk kemiringan talud 1:3
Perkiraan Biaya Total Galian = Rp. 60.000/m3 X 998.293,100 m
= Rp. 59.897.586.000

PERBANDINGAN - DATA EKSISTING PENGERUKAN

Panjang alur yang dikeruk = 12,5 km


Lebar alur = 60 meter
Talud = 1 : 4
Kedalaman pengerukan = - 4,5 m LWS
Volume pengerukan total = 1.074.746 m3
(Artinya volume pengerukan memiliki rang
e antara 554. 943 m3 1.074.764 m3)
(Sumber data : Syahbandar Pontianak,2014)

ANALISIS FINANSIAL

ANALISIS TARIF JASA PENGELOLAAN ALUR


No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

Jenis Kapal yang Dikenakan Tarif, berdasarkan tabel


berikut:
Jenis
Kapal
Satu
Tahun
Kapal General Cargo

Kapal Peti Kemas

Kapal Semi Peti


Kemas

Kapal Curah Cair BBM

Kapal Curah Cair Non


BBM

Kapal Pengangkut Gas


Cair

Kapal Curah Cair

Kapal Penumpang

Roro / Ferry

Perahu Layar / Motor

Tug Boat / Tongkang

Kapal Negara / Tamu

an

2009

2010

2011

2012

2013

Unit
GT
Unit
GT
Unit

1,203
1,315,621
43
135,837
268

1,009
1,363,795
34
82,804
270

989
1,264,795
26
81,809
224

1,088
1,391,275
29
89,990
246

1,062
1,390,112
28
89,312
243

GT

828,744

890,683

801,584

881,742

881,412

Unit
GT
Unit

477
1,156,211
38

420
1,038,915
17

391
938,967
14

430
1,032,864
15

428
1,031,241
13

GT

27,072

13,643

12,658

13,924

13,658

Unit

GT

Unit
GT
Unit
GT
Unit
GT
Unit
GT
Unit
GT
Unit
GT

214
1,165,632
226
871,735
260
66,167
395
208,713
71
132,070

230
1,230,165
205
601,094
185
45,153
143
186,497
46
42,844

201
1,209,169
197
597,098
168
44,162
136
180,695
39
41,925

221
1,330,086
217
656,808
185
48,578
150
198,765
22
31,341

220
1,330,012
217
656,802
185
48,496
190
199,895
22
31,341

ANALISIS TARIF JASA PENGELOLAAN ALUR


Skenario kapal yang dikenakan tarif :
1.Skenario Satu

Kapal General Cargo


Kapal Peti Kemas
Kapal Semi Peti Kemas
Kapal Curah Cair Non BBM
Tugboat / tongkang

2.Skenario Dua

Kapal Peti Kemas


Kapal Semi Peti Kemas
Kapal Curah Cair Non BBM
Tugboat / Tongkang

3.Skenario Tiga
Kapal Peti Kemas
Kapal Semi Peti Kemas
Tugboat / Tongkang

BESAR TARIF YANG DIUSULKAN


1.Besar tarif dan wilayah pemungutan pada studi ini diusulkan mengikuti be
berapa ketentuan dari Peraturan Daerah Propinsi Kalimantan Selatan Nomo
r 11 Tahun 2004 dan Nomor 18 Tahun 2006 dengan beberapa penyesuaian,
yaitu:

Tarif kapal general cargo, kapal peti kemas, kapal semi peti kemas, kapal cura
h cair non BBM dan tugboat / tongkang : US $ 0,5 atau US $ 0,6 ( 50 sen a
tau 60 sen US dolar) permeter kubik / per ton. Besaran tarif yang ditentu
kan di alur ambang barito adalah US $ 0,3 pada tahun 2006 dan disetujui ole
h konsumen atau pengguna alur pelayaran. Karena peraturan tersebut dibua
t pada tahun 2006, maka untuk tahun 2014-2015 diusulkan penyesuaian tarif
yang besarnya seperti telah disebutkan diatas. Tarif ini harus di perbaharui s
ecara rutin sesuai dengan peningkatan biaya operasional.
Kurs US $ yang berlaku sebagaimana dimaksud dalam tarif diatas dihitung be
rdasarkan nilai kurs US $ pada saat (hari) pengguna jasa menggunakan alur.

2.Kapal kapal yang dikenakan pungutan :

Kapal pengangkut batubara, dihitung dari berat muatan yang diangkut.


Kapal pengangkut barang lainnya dihitung berdasarkan besarnya kapal (GT)

3.Wilayah pemungutan adalah di wilayah Alur Pelayaran Kapuas

Perbandingan Biaya Pengerukan dan Jumlah


Uang yang Masuk pada Tahun Pertama .
Data Jumlah Barang yang Masuk
Skenario satu: jumlah barang adalah 2.574.389 to
n/tahun (Kapal General Cargo, Kapal Peti Kemas, K
apal Semi Peti Kemas, Kapal Curah Cair Non BBM,
Tugboat / tongkang)
Skenario dua: jumlah barang adalah 1.184.277 to
n/tahun (Kapal Peti Kemas, Kapal Semi Peti Kema
s, Kapal Curah Cair Non BBM, Tugboat / tongkang).
Skenario 3: jumlah barang adalah 1.170.619 ton/ta
hun (Kapal Peti Kemas, Kapal Semi Peti Kemas, Tu
gboat / tongkang)

Tabel Jumlah Penghasilan Masuk Tahun Pertama


Skenario

Biaya Pengerukan /Tahun


Rp. 6.000/m3

Rp. 7.200/m3

Skenario 1

Rp. 15.446.334.000

Rp. 18.535.601.000

Skenario 2

Rp. 7.105.662.000

Rp. 8.526.794.000

Skenario 3

Rp. 7.023.714.000

Rp. 8.428.456.000

Untuk menutupi biaya pengerukan sedimentasi sebesar Rp. 59.897.586.000


(kemiringan talud 1:1) pada tahun berikutnya, maka Jumlah barang yang
diangkut melalui alur sungai harus meningkat minimal 3,9 kali lipat dari jumlah
barang yang diangkut pada saat ini (2.574.389 ton/tahun), yaitu meningkat
menjadi 10.040.117 ton/tahun bila tarif Rp. 6000/ton dan meningkat minimal 3,3
kali lipat atau 8.495.484 ton/tahun bila tarif Rp. 7200/ton

Uang Masuk Satu Tahun = Total Barang Diangkut Satu Tahun x Tarif Jasa Pengelola
= 10.040.117 ton x Rp. 6000/ton = Rp. 60.240.703.000
Atau
Uang Masuk Satu Tahun = Total Barang Diangkut Satu Tahun x Tarif Jasa Pengelola
= 8.495.484 ton x Rp. 7200/ton = Rp. 61.167.483.000

PERHITUNGAN BREAK EVEN POINT


Asumsi Asumsi:
Pengerukan awal 998.293,100 m3/tahun dengan asumsi tidak ada
peningkatan sedimen selama 20 tahun atau tidak terdapat kerusa
kan hutan yang cukup berat.
Break Event Point ditentukan untuk 20 tahun
Pertumbuhan jumlah barang pertahun dengan uji coba (trial and
error).
i = 15%
Besarnya kontribusi kepada pemerintah daerah sebagai pendapat
an asli daerah (PAD)pada perhitungan investasi Alur Pelayaran Su
ngai Kapuas diusulkan sebagai berikut :
Tahun pertama sampai dengan tahun ke 10 sebesar 5 % dari hasil bruto
Tahun ke 11 sampai dengan tahun ke 20 meningkat menjadi 10 % hasil
bruto

Pengelola akan mendapat bagian sebesar 10 % dari hasil bruto m


ulai tahun pertama sampai dengan tahun ke 20.

Perhitungan Break Even Point (BEP) Skenario 1 :


- Biaya pengerukan tahun awal Rp.60.000/m3 dan naik Rp. 10.000 setiap periode 5
tahun.
- Tarif awal Rp. 6.000 dan naik Rp. 2000 untuk setiap periode 5 tahun
- Jumlah Barang yang Diangkut Tahun Awal mengikuti Skenario satu
- Pertumbuhan Jumlah Barang Pertahun 18,925 %

Perhitungan Break Even Point (BEP) Skenario 2 :


- Biaya pengerukan tahun awal Rp.60.000/m3 dan naik Rp. 10.000 setiap periode 5
tahun.
- Tarif awal Rp. 6.000 dan naik Rp. 2000 untuk setiap periode 5 tahun
- Jumlah Barang yang Diangkut Tahun Awal mengikuti Skenario dua
- Pertumbuhan Jumlah Barang Pertahun 26,55 %

Perhitungan Break Even Point (BEP) Skenario 3 :


- Biaya pengerukan tahun awal Rp.60.000/m3 dan naik Rp. 10.000 setiap periode 5
tahun.
- Tarif awal Rp. 6.000 dan naik Rp. 2000 untuk setiap periode 5 tahun
- Jumlah Barang yang Diangkut Tahun Awal mengikuti Skenario tiga
- Pertumbuhan Jumlah Barang Pertahun 26,66 %

Perhitungan Break Even Point (BEP) untuk Skenario 1 :


- Biaya pengerukan tahun awal Rp.60.000/m3 dan naik Rp. 10.000 setiap periode 5
tahun.
- Tarif awal Rp. 7.200 dan naik Rp. 2000 untuk setiap periode 5 tahun
- Jumlah Barang yang Diangkut Tahun Awal mengikuti Skenario satu
- Pertumbuhan Jumlah Barang Pertahun 17,385 %

Perhitungan Break Even Point (BEP) Skenario 2 :


- Biaya pengerukan tahun awal Rp.60.000/m3 dan naik Rp. 10.000 setiap periode 5
tahun.
- Tarif awal Rp. 7.200 dan naik Rp. 2000 untuk setiap periode 5 tahun
- Jumlah Barang yang Diangkut Tahun Awal mengikuti Skenario satu
- Pertumbuhan Jumlah Barang Pertahun 25,12 %

Perhitungan Break Even Point (BEP) untuk Skenario 3 :


- Biaya pengerukan tahun awal Rp.60.000/m3 dan naik Rp. 10.000 setiap periode
5 tahun.
- Tarif awal Rp. 7.200 dan naik Rp. 2000 untuk setiap periode 5 tahun
- Jumlah Barang yang Diangkut Tahun Awal mengikuti Skenario satu
- Pertumbuhan Jumlah Barang Pertahun 25,225 %

REKAPITULASI HASIL PERHITUNGAN

Break Even Point untuk berbagai skenario tercapai


pada tahun ke 20 bila tingkat pertumbuhan jumlah
barang pertahun adalah :
Skenario
Skenario
Skenario
Skenario
Skenario
Skenario

satu dengan tarif Rp. 6000/ton


dua dengan tarif Rp. 6000/ton
tiga dengan tarif Rp. 6000/ton
satu dengan tarif Rp. 7200/ton
dua dengan tarif Rp. 7200/ton
tiga dengan tarif Rp. 7200/ton

:
:
:
:
:
:

18,925 %
26,55 %
26,66 %
17,385 %
25,12 %
25,225 %

MODEL PENGELOLAAN

SISTEM PEMBAYARAN

SISTEM PEMBAYARAN
Syarat pasca bayar bagi pemilik kapal
Jumlah total barang yang diangkut menggunakan kapal d
ari perusahaan yang sama harus diatas 100.000 ton seta
hun.
Mengajukan permohonan pasca bayar dan disetujui oleh
pihak pengelola.

LOKASI POS JAGA

Pos jaga atau


pengawasan kapal
keluar masuk alur
pelayaran

RANCANGAN PERATURAN DAERAH

RANCANGAN PERATURAN DAERAH


Rancangan Perda tentang pengelolaan alur sun
gai Kapuas ini diperlukan sebagai payung huku
m pelaksanaan kegiatan ini.
Perda ini harus mengacu pada peraturan perat
uran terkait.
Badan Usaha dapat diikutsertakan dalam pemb
angunan, pengoperasian, dan pemeliharaan alu
r-pelayaran sungai yang menuju ke terminal khu
sus yang dikelola oleh Badan Usaha Pelabuhan.

REKOMENDASI

REKOMENDASI
1.

Pelabuhan Pontianak yang terletak di pinggir sungai Kapuas


adalah salah satu pelabuhan internasional dan merupakan
pelabuhan utama di Provinsi Kalimantan Barat. Keberadaan
Pelabuhan Pontianak diharapkan dapat melayani/membantu
berputarnya roda perdagangan industri regional,dan
menyediakan fasilitas transit untuk daerah belakangnya.
Kebijakan ekonomi nasional yang tertuang dalam MP3EI
(Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi
Indonesia) koridor Kalimantan Barat diarahkan untuk
perkembangan simpul perkayuan, kelapa sawit dan
Bauksit/aluminia dengan gerbang utama di Pelabuhan Pontianak.

2.

Salah satu masalah di sungai Kapuas adalah masalah


pendangkalan alur yang disebabkan oleh proses sedimentasi
yang cukup besar. Berdasarkan hasil survey, volume pengerukan
yang diukur dari survey batimetri pada tahun 2014 sebesar
909.309,300 m3 untuk kemiringan talud 1:1 dan 998.293,100 m3
untuk kemiringan talud 1:3 menunjukan bahwa laju erosi
pertahun meningkat hanya 1,14 sampai dengan 1,25 kali dari
tahun 1984.

3.

Untuk meningkatkan operasional alur sungai Kapuas, maka


direncanakan pengelolaan alur dengan membentuk Badan Usaha

REKOMENDASI
4. Besar tarif dan wilayah pemungutan pada studi ini diusulkan mengikuti bebera
pa ketentuan dari Peraturan Daerah Propinsi Kalimantan Selatan Nomor 11 Ta
hun 2004 dan Nomor 18 Tahun 2006 dengan beberapa penyesuaian, yaitu:
Tarif kapal general cargo, kapal peti kemas, kapal semi peti kemas, kapal cur
ah cair non BBM dan tugboat / tongkang : US $ 0,5 atau US $ 0,6 ( 50 sen at
au 60 sen US dolar) permeter kubik / per ton. Besaran tarif yang ditentukan
di alur ambang barito adalah US $ 0,3 pada tahun 2006 dan disetujui oleh k
onsumen atau pengguna alur pelayaran. Karena peraturan tersebut dibuat
pada tahun 2006, maka untuk tahun 2014-2015 diusulkan penyesuaian tarif
yang besarnya seperti telah disebutkan diatas. Tarif ini harus di perbaharui
secara rutin sesuai dengan peningkatan biaya operasional.
Kurs US $ yang berlaku sebagaimana dimaksud dalam tarif diatas dihitung
berdasarkan nilai kurs US $ pada saat (hari) pengguna jasa menggunakan al
ur.
Kapal kapal yang dikenakan pungutan :

Kapal pengangkut batubara, dihitung dari berat muatan yang diangkut.

Kapal pengangkut barang lainnya dihitung berdasarkan besarnya kapal (GT)

Wilayah pemungutan adalah di wilayah Alur Pelayaran Kapuas

REKOMENDASI
5. Besarnya kontribusi kepada pemerintah daerah
sebagai pendapatan asli daerah (PAD)pada
perhitungan investasi Alur Pelayaran Sungai
Kapuas diusulkan sebagai berikut :
Tahun pertama sampai dengan tahun ke 10
sebesar 5 % dari hasil bruto
Tahun ke 11 sampai dengan tahun ke 20
meningkat menjadi 10 % hasil bruto
6. Pengelola akan mendapat bagian sebesar 10 %
dari hasil bruto mulai tahun pertama sampai
dengan tahun ke 20.

TERIMA KASIH

Vous aimerez peut-être aussi