Vous êtes sur la page 1sur 21

Hypertension and

Anaesthesia
Oleh:
Icha Prasetina
1507101030144

Pembimbing : dr. Eka Adhiany, Sp.An

Abstrak
Keputusan untuk membatalkan operasi diambil
berdasarkan tekanan darah yang didapatkan pada saat
kunjungan pre operatif, oleh karena itu perlu
pertimbangan urgensi operasi dinilai berdasarkan
kerusakan organ target akibat tekanan darah yang
tidak stabil

Introduksi

o Hipertensi menyerang lebih dari sejuta penduduk


dunia, dan merupakan faktor resiko terjadinya
penyakit jantung koroner, infark miocard, gagal
jantung, stroke, gangguan serebrovaskuler termasuk
demensia, aterosklerosis, dan perburukan gagal ginjal
o Sebanyak 60% dari seluruh populasi dewasa
mengalami hipertensi, hal tersebut telah dipaparkan
oleh The World Hypertension Society/International
Society of Hypertension.

Etiologi dan Klasifikasi

o Sebagian besar populasi penduduk


dunia
penderita
mengalami
hipertensi esensial (95%) selebihnya,
mengalami
hipertensi
sekunder
dimana penyebabnya berasal dari
berbagai factor

Derajat keparahan hipertensi dibagi menjadi optimal,


normal, high normal, dan stadium I-III.Beberapa ahli
memasukkan kategori hipertensi stadium IV, Isolated
hypertension
dan
pulse
pressure
hypertension
sebagaimana yang tercantum pada table 1.

Target Terapi

(2013) Joint National Committee on prevention, detection,


evaluation and treatment of high blood pressure (JNC8)
menerbitkan guidelines di dalam Journal of the American
Medical Association (JAMA) yang didalamnya terdapat target
terapi hipertensi pada kelompok populasi usia tua, yaitu :
Pasien usia>60 tahun, mulai terapi pada tekanan darah
sistolik >150mmHg dan diastolic >90mmHg dan tekanan
darah diturunkan sampai sistolik/diastolic <150/90 mmHg.
Pasien usia <60 tahun, inisiasi dan target terapi adalah pada
angka 140/90 mmHg, nilai tersebut juga menjadi ambang
tekanan darah untuk inisiasi terapi pada pasien usia >18
tahun dengan chronic kidney disease (CKD) atau diabetes
sebagai penyakit penyerta.
Pada pasien usia>18 tahun, terapi awal maupun terapi
tambahan harus diberikan agen ACE inhibitor atau ARB tanpa
memandang ras dan status diabetes.

American Heart Association (AHA) and American


College of Cardiology (ACC) tidak mendukung
guideline tersebut. Salah satu hal yang tidak
disetujui adalah adanya peningkatan target terapi
hipertensi pada kelompok usia>60 tahun yaitu dari
140mmHg menjadi 150mmHg

Dix dan Howell pada tahun 2001 telah di publikasikan di


dalam British Journal of Anaesthesia,
kondisi sulit yang sering dihadapi oleh ahli anestesi
adalah:
Ditemukan pasien dalam keadaan hipertensi yang
belum pernah menjalani terapi hipertensi
Ahli anestesi hanya menemukan hipertensi pada pasien
pada saat kunjungan preoperative, dan diagnosis
tersebut hanya berdasarkan sekali kunjungan saja
Pasien sudah menjalani terapi hipertensi namun
tekanan darah pasien pada sesaat sebelum operasi
masih diluar batas toleransi yang ditentukan oleh para
ahli anestesi
Pasien yang telah ditunda operasinya selama beberapa
hari namun hanya menjalani terapi hipertensi selama
beberapa hari saja

Pasien hipertensi yang overdosis dalam terapi


hipertensi memiliki tekanan darah yang terlampau
rendah
Tekanan darah pasien yang menjulang tinggi
sesaat sebelum operasi dimulai.
Kurangnya studi randomised controlled trials yang
menunjukkan hipertensi mana yang ditemui pada
kunjungan perioperative yang lebih beresiko untuk
terjadinya kejadian buruk yang tak diharapkan.
Pasien hipertensi yang mengalami peningkatan
tekanan darah sebagi akibat dari penyakit
penyerta lainnya, sebagai contoh pada pasien
dengan gagal ginjal dimana tekanan darah tidak
bisa dikendalikan secara adekuat.

Kerusakan Organ Target

Insidensi terhadap kejadian buruk (peningkatan kadar


troponin atau kematian di rumah sakit) adalah
mencapai angka 1,3% dan 2,8% pada kelompok
dengan tekanan sistolik >200mmHg
Organ mayor yang terkena sebagai efek dari hipertensi
lama adalah jantung, ginjal, dan otak. Pemeriksaan
fisik harus termasuk identifikasi kerusakan organ
target berkaitan dengan jantung, ginjal, dan kelainan
serebral

Jantung

Induksi
tekanan mengalami penurunan akibat
kurangnya perangsangan menghasilkan rendahnya
tekanan diastolic yang dapat membatasi perfusi
miokard. Autoregulasi subendokardial
penyakit
hipertensif yang berakibat tidak stabilnya tekanan
darah. Respon pressor yang berlebihan dapat terjadi
selama stimulasi berat pada saat operasi dan
ekstubasi.
Pasien penderita hipertensi diatas stadium III
cenderung memiliki fluktuasi tekanan darah yang lebih
besar selama proses anestesi dan pada level hipertensi
ini dapat menjadi marker potensi penyakit jantung
coroner, hal ini mengindikasikan bahwa pengendalian
tekanan darah perioperative dapat mengurangi resiko
terjadinya iskemik perioperative dan dapat mencegah
terjadinya morbiditas cardio post operatif.

Ginjal

Kegagalan fungsi autoregulasi ginjal pada pasien


penderita hipertensi akan meningkatkan resiko
terjadinya gagal ginjal dengan episode hipotensi.

Tatalaksana

White Coat Hypertension


White coat hypertension dinyatakan sebagai
tekanan darah pre-operatif >140/90 mmHg dengan
rata rata harian adalah <135/85 mmHg. Beberapa
studi tidak menunjukkan peningkatan insidensi
penyakit kardiovaskuler jangka panjang pada
penderita hipertensi jenis ini.
Pseudo-Hypertension (Oslers sign)
ketika pembuluh darah mengalamim kalsifikasi dan
non-compliant sehingga pembuluh darah tidak
mengalami
kolaps
ketika
manset
tensi
dikembangkan sehingga memberikan nilai tekanan
sistolik yang palsu (false).

Agen Anti Hipertensif


Terapi antihipertensif harus tetap
dilanjutkan sampai hari-H operasi
dimulai
Tiazid
Beta Bloker
ACE Inhibitor/ARB

Operasi Emergensi
Operasi
emergensi
harus
ditunda
karena
peningkatan tekanan darah. Penurunan tekanan
darah dengan menggunakan agen short acting
sebelum induksi perlu dilakukan

Hipertensi Post Operatif


Penyebab hipertensi dieksklusikan adalah nyeri,
kandung kemih overdistensi, perubahan ventilasi,
hipotermi, gangguan serebral dan gangguan
endokrin seperti tiroid, feokromositoma, dan
pasien yang sudah pernah menjalani terapi
hipertensi jangka panjang
Tekanan darah harus diturunkan secara perlahan
dalam waktu 30-60 menit dengan target
mencapai tidak lebih dari 25% Mean Arterial
Pressure (MAP) atau sampai <180/110 mmHg.

Rekomendasi dan Kesimpulan

Tatalaksana pada pasien hipertensi saat perioperative masih


kontroversi karena kurangnya studi yang mendukung :
Pasien dengan hipertensi stadium I dan II yang tidak
mengalami disfungsi organ dan tanpa resiko lainnya (diabetes,
disfungsi renal, dan merokok) boleh melanjutkan operasi.
Pada pasien dengan control yang buruk, hipertensi stadium III,
tindakan operasi harus ditunda untuk mencari kerusakan organ
target dan inisiasi terapi.
Pasien dengan hipertensi stadium IV memiliki resiko periporatif
yang signifikan. Operasi selalu ditunda dengan alasan terapi
sebagai bentuk persiapan sebelum operasi elektif.
Pada pasien pasien dengan isolated systolic hypertension
dimana tekanan sistolik >180 mmHg atau pulse pressure >80
mmHg masih menjadi perdebatan di kalangan para ahli. Pasien
pasien tersebut harus menjalani terapi jangka panjang namun
masih menjadi kontroversi apakah operasi elektif ditunda
ataukah tetap dilanjutkan terutama pada pasien dengan
kerusakan organ end stage.

Control cepat tekanan darah untuk persiapan pembedahan tidak


direkomendasi pada pasien pasien yang akan menjalani operasi
elektif karena dapat menyebabkan terjadinya hipoperfusi organ
mayor pada saat proses anestesi berlangsung.

Terima Kasih

Vous aimerez peut-être aussi