Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
variable sampling
untuk pengujian
substansif
presented by
VARIABLE SAMPLING
Variable Sampling adalah teknik statistik yang digunakan auditor
untuk menguji kewajaran jumlah/saldo dan untuk mengestimasi
jumlah rupiah suatu saldo akun atau kuantitas yang lain.
2.
bertujuan
untuk
membedakan
: hipotesis nol
: hipotesis alternatif
: book value, nilai yang tercantum di dalam buku klien
: audited value, nilai hasil audit yang ditaksir dari pemeriksaan
terhadap sampel
: acceptable precision, besarnya penyimpangan dari saldo
populasi yang masih dapat diterima auditor
6
Contoh 1
Misalnya seorang auditor melakukan pengujian
substansif terhadap sediaan. Dia ingin menguji
kewajaran saldo sediaan yang tercantum di dalam
neraca
sebesar
Rp30.000.000.
Menurut
pertimbangannya, jika beda antara saldo sediaan
yang tercantum di dalam buku klien dengan saldo
yang dihitung dari sampel yang akan diambil
sebesar Rp2.000.000 perbedaan tersebut
dianggap material. Atas dasar data tersebut
hipotesis statistik dapat dirumuskan:
Ho: |AV Rp30.000.000|< Rp2.000.000
atau Rp28.000.000 < AV < Rp32.000.000
H1: |AV Rp30.000.000| Rp2.000.000
7
Penentuan Populasi
Dalam menentukan populasi, auditor harus
mempertimbangkan tiga kondisi sebagai berikut:
a. Jika tujuan pengujian diarahkan untuk
mendeteksi kelengkapan unsur yang dicatat
maka populasi yang akan diperiksa oleh
auditor bukan unsur yang dicatat di buku klien.
b. Saldo debit dan saldo kredit dapat digolongkan
secara terpisah untuk tujuan pengambilan
sampel.
c. Wujud fisik suatu populasi kemungkinan tidak
mencakup semua unsur dalam suatu populasi
tersebut.
sampling
unit
sampel
dan
harus
mempertimbangkan
kemungkinan
memperoleh
tujuan
hasil
bermanfaat.
10
faktor
yang
harus
dipertimbangkan
11
n =( ) 2
dan A dihitung dengan rumus:
A=M
Untuk menghitung n, auditor harus menghitung factor-faktor berikut
ini:
SD : deviasi standar populasi
UR
: Z alfa yang dihitung pada reliability level tertentu berdasarkan
tabel Z
A
: ketetapan yang dapat diterima oleh auditor yang besarnya
dipengaruhi oleh materialistis yang dialokasikan, UR dan Z
beta
M
: materialistis yang dialokasikan kepada objek yang sedang
diperiksa oleh auditor.
12
cukup
mewakili
karakteristik
populasi.
b. Tingkat resiko yang ditanggung auditor (UR
dan Z beta). Menerima atau menolak jumlah
yang dihasilkan sampel memiliki dua macam
resiko yaitu: resiko alfa dan resiko beta.
13
Keputusan Benar
Kesalahan Beta
(Kesalahan Tipe II)
Keputusan alfa
Keputusan Benar
(Kesalahan Tipe I)
Contoh 2
Berdasarkan pertimbangan, auditor menentukan
resiko yang akan ditanggung (R) adalah 5% bahwa
suatu saldo akun atau suatu golongan transaksi berisi
kekeliruan moneter yang akan menyebabkan
penyajian laporan keuangan yang secara material
keliru. Auditor meletakkan kepercayaan yang moderat
terhadap struktur pengendalian intern dalam
mendeteksi kekeliruan material, sehinggan IC
ditetapkan sebesar 0,30. Auditor juga meletakkan
kepercayaan yang moderat terhadap review analitik
dan pengujian substansif rinci dalam mendeteksi
kekeliruan material, sehingga AR ditetapkan sebesar
0,30. Berdasarkan berbagai risiko tersebut besanya
kekeliruan beta dihitung sebagai berikut:
Risiko beta = R : (IC x AR)
= 0,50 : (0,30 x 0,30)
Risiko beta = 0,55 atau 55%
16
c.
A=M
17
Sampel
19
d.
20
Contoh
Penggunaan Variable Sampling dalam
Pengujian Hipotesis
Contoh 3
Seorang auditor merencanakan pengujian substantif
terhadap piutang. Ia akan menggunakan variabel
sampling untuk menguji kewajaran saldo piutang
usaha yang dicatat oleh klien dalam kartu piutang
usaha. Langkah yang ditempuh oleh auditor tersebut
sebagai berikut:
1. Menentukan tujuan pengambilan sampel.
Sampel ini dilakukan untuk menguji kewajaran
saldo pitang sebesar Rp1.200.000 yang
dicantumkan oleh klien dalam neraca.
Ho: |AV Rp1.200.000| A
HI : |AV Rp1.200.000| A
A adalah ketepatan yang dapat diterima
(accceptable Precision) yang akan disesuaikan
pada langkah ke 7
21
2.
Menentukan populasi
Populasi yang akan diambil sampelnya adalah saldo piutang pada
setiap debitur yang tercantum pada setiap kartu piutang usaha.
Misalnya jumlah piutang klien kepada debitur sebesar 1.300
3. Menentukan sampling unit
Auditor memilih saldo piutang kepada setiap debitur yang
tercantum dalam kartu piutang usaha sebagai sampling unit
4. Menetukan besarnya sampling
Besarnya sampel (n) ditentukan dengan rumus
n =
Adjusment untuk populasi yang terbatas (finite population)
22
n =
A = M.
Langkah penentuan besarnya sampel (n)
adalah sebagai berikut:
a. Menentukan deviasi standar (SD) populasi
Auditor mengambil sampel 30 kartu piutang
dan menghitung rerata saldo piutangnya
b. Menentukan
risiko
kekeliruan
yang
ditanggung oleh auditor
Auditor memilih reliability level sebesar 95%
atau risiko alfa 5%. Berdasarkan table Z UR
atau Z alfa pada reliability level 95% adalah
1,96
23
e.
Penentuan ketepatan yang dapat diterima
oleh auditor (A)
degan rumus sebagai
berikut:
A = M.
A = 50.000.
A = 40.000
f.
Penentuan
besarnya
dengan rumus:
n =
n =
sampel
(n)
n = 365
25
6.
Memeriksa sampel
standard
error
dengan
SE =
Dari hasil sampel sebanyak 355 kartu
piutang
SE =
SE =1.86
27
b.
28
d.
29
2.
Menentukan populasi.
Populasi yang akan diambil sampelnya adalah
saldo sediaan yang tercantum dalam tiap
kartu sediaan. Misalnya jumlah kartu sediaan
klien adalah 2.000
3. Menentukan sampling unit
Auditor memilih saldo sediaan yang
tercantum dalam kartu sediaan sebagai
sampling unit.
4. Menetukan besarnya sampel
Besarnya sampel (n) ditentukan dengan
rumus
n =
Adjusment untuk populasi yang terbatas
(finite population)
n=
32
c.
n =
n =
n = 125
Adjustment besarnya sampel karena auditor
menghadapi (finite population)
n=
n=
n =118
34
6.
Memeriksa sampel
Auditor mencatat saldo sediaan tiap kartu kemudian menghitung
rerata saldo dan deviasi standarnya. Misalnya: auditor mendapat
rerata (X) Rp4.750 dan deviasi standar Rp175
7. Mengevaluasi hasil sampel. Dilakuakn oleh auditor melalui 4
langkah sbb:
a.
Menghitung standard error dengan rumus:
SE =
Dari hasil sampel sebanyak 118 kartu sediaan
SE =
SE =16
35
b.
A= UR.SE.N
A = 1,96.16.2.000
A = Rp60.842
36
kesimpulan
mengenai
populasi
atas
dasar
hasil
37
EAV A
catatan:
EAV adalah expected audited value, yang
dihitung dengan rumus:
.Ni
A adalah achieved precision
i
38
2.
Menentukan populasi
Strata
Batas Strata
Ni
0 300
5.500
301 800
2.000
801 1.600
500
1.602 3.000
300
39
Batas Strata
Ni
Xi
SD
0 300
5.500
230
24
301 800
2.000
540
50
801 1.600
500
1.400
100
1.602 3.000
300
2.300
400
40
41
Str
ata
Batas
Strata
Ni
Xi
SD
0 300
5.50
0
230
24
301 800
2.00
0
540
50
801
1.600
500
1.40
0
1.602
2.30
4
300
Perhitungan
ni
tiap
strata
3.000
0
= 40
= 30
SDi2
Ni.SDi
Ni.SDi2
576
132.000
3.168.00
0
2.500
100.000
5.000.00
0
10
0
10.000
50.000
5.000.00
0
40
0
160.00
0
120.000
48.000.0
00
402.000
61.168.0
00
= 15
42
= 36
5. Menentukan metode pemilihan sampel
Setelah besarnya sampel (ni) ditentukan,
auditor memilih kartu sediaan tambahan (di
luar 30 kartu sediaan awal).
6. Memeriksa sampel
Auditor mencatat saldo sediaan tiap kartu
kemudian menghitung rerata saldo dan
deviasi standarnya.
7. Mengevaluasi hasil sampel
a. Menghitung achieved precision A
dengan rumus:
A = 1,96
A = 18,068
b. Jika A lebih kecil dari A maka auditor
tidak perlu menambah besarnya sampel.
43
c.
EAV = 3.775.000
d. Estimasi saldo sediaan dalam populasi dengan menggunakan
interval estimate dengan rumus:
EAV A
3.775.000 18.068
e. Menarik kesimpulan mengenai populasi atas dasar hasil
pemeriksaan terhadap sampel
Auditor mengambil kesimpulan, dengan tingkat keyakinan
tertentu (misalnya 95%), auditor percaya bahwa interval
Rp3.756.932-Rp3.793.068 berisi saldo sediaan yang seharusnya.
44
TERIMA KASIH
45