Vous êtes sur la page 1sur 39

Lecture 3

Pteridophyta
(Gametangia & Sporofit)
Kelompok 2
(1) M. Angga Saputro (4411410004)
(2) Adtri Kusfitasari (4411413025)
(3) Agustin Dian K. (4411413022)
(4) Siti Wijayanti (4411413004)

Macam-macam Tumbuhan
Paku
Berdasarkan ukuran daunnya, tumbuhan paku dibagi menjadi 2 yaitu
mikrofil dan makrofil.
1) Mikrofil
Berasal dari kata mikro yang berarti kecil dan folium yang berarti
daun, jadi dauninimemiliki ukuran yang kecil dan jaringan-jaringan
di dalamnya belum terdiferensiasi secara jelas. yaitu daun yang
ukurannya kecil. Mikrofil berbentuk rambut atau sisik, tidak
bertangkai, dan tidak bertulang kecuali pada paku kawat dan paku
ekor kuda.
2) Makrofil
Berasal dari katamakroyang artinya besar dan folium yang berarti
daun, jadi daun ini memiliki ukuran yang besar dan sudah
terdiferensiasi. Di sini sudah bisa didapatkan jaringan epidermis
serta daging daun yang terdiri atas jaringan spons dan jaringan
bunga karang. DaunMakrofil, yaitu daun yang ukurannya besar.
makrofil sudah bertangkai, bertulang daun, dan memiliki daging
daun (mesofil) yang terdapat stomata, jaringan tiang, dan bunga
karang.

Berdasarkan fungsinya, daun tumbuhan paku dibagi menjadi


2, yakni tropofil dan sporofil.
1) Tropofil
Merupakan daun yang hanya berguna untuk fotosintesis.
Pada daun ini, tidak dihasilkan spora yang merupakan alat
perkembangbiakan tumbuhan paku. DaunTropofil, yaitu
daun yang tidak menghasilkan spora, tetapi memiliki zat
hijau daun (klorofil), sehingga berfungsi dalam proses
fotosintesis atau menghasilkan zat makanan (glukosa).
Daun ini sering disebut sebagai daunsteril
2) Sporofil
Merupakan jenis daun pada tumbuhan paku yang selain
dapat digunakan untuk fotosintesis juga dapat
menghasilkan spora. Spora tumbuhan paku terletak dalam
sorus yang merupakan kumpulan dari kotak spora
(sporangium). DaunSporofil, yaitu daun yang menghasilkan
spora sebagai alat perkembangbiakan (reproduksi),
sehingga daun ini disebut juga daunfertil(subur).

Gametangia Pteridophyta
Alat kelamin Pteridophyta menumpang atau
tenggelam pada jaringan gametofit. Arkegonia
mempunyai empat deret sel-sel leher dan tiap deret
terdiri dari 2-6 sel. Sel saluran leher bervariasi
jumlahnya dari 1 hingga 14. Contoh tumbuhan paku
yang
memiliki
satu
sel
saluran
leher
adalahSelaginellasp. danEquisetumsp., sedang
padaLycopodiumsp. memiliki 14 sel. Anteridia
mungkin menonjol atau tenggelam di dalam
jaringan gametofit. Anteridia memiliki 1 lapis jaket
steril dan di dalamnya terdapat spermatozoid yang
jumlahnya banyak dengan dua atau banyak flagella.
Gametofit dapat bersifat endosporik.

Anteridium dan Arkegonium


Anteridium
Bentuk speris, tidak bertangkai seperti pada Bryophyta.
Bagian luar terdiri dari selapis dinding yang berwarna hijau,
melindungi sekelompok sel induk sperma (spermatosit).
Sperma berbentuk spiral, mempunyai inti serta bulu
cambuk (flagella) yang jumlahnya lebih banyak dari jumlah
flagella pada Bryophyta.
Arkegonium
Bentuk seperti botol, mempunyai leher lebih pendek dari
Bryophyta. Perut dilindungi oleh jaringan gametofit. Sel
saluran leher hanya dua, sel saluran perut sebanyak satu
dan sel telur berukuran besar. Pada waktu masak, sel
saluran leher dan sel saluran perut mengalami disintegrasi
ke dalam massa yang berlendir dan merupakan lintasan
bagi sperma yang akan membuahi sel telur.

Perkembangan di dalam anteridium

Perkembangan di dalam
arkegonium

Setelah terjadi pembuahan zigot akan membelah dengan


dinding yang sejajar sumbu arkegonia atau tegak lurus
terhadap sumbu arkegonia.
Berdasarkan cara perkembangannya pada Pteridophyta
dibedakan beberapa tipe embrio yaitu :
Eksoskopik, dimana perkembangan embrio searah dengan
arkegonium. Misalnya pada Psilotumsp.,Equisetumsp.,
dan beberapa anggota Ophioglossaceae.
Endoskopik, dimana arah perkembangan embrio
berlawanan arah dengan arkegonia. Misalnya
padaIsoetessp. danMarattiasp.
Endoskopik dengan Suspensor, misalnya
padaLycopodiumsp.,Selaginellasp. dan Eusporangiate
tertentu dan tumbuhan berbiji.
Mendatar, dimana dinding pertama yang dibentuk sejajar
aksis arkegonium, perkembangan embrio mendatar.
Misalnya pada golongan Leptosperangiate.

Pada tingkat kuadran pada embrio biasanya dapat


dibedakan menjadi empat daerah titik
pertumbuhan primer, yaitu:
Kaki, merupakan suatu massa yang sel-selnya
kecil, terselubung di dalam jaringan gametofit
atau jaringan protalium yang berfungsi untuk
menghisap makanan dan air bagi embrio yang
muda dari jaringan protalium.
Akar, tumbuh ke bawah ke dalam tanah.
Daun Pertama, merupakan organ sementara yang
nantinya diganti oleh daun permanen dan
berfungsi sebagai organ fotosintesis yang
pertama bagi sporofit.
Batang, menjadi rizoma yang merupakan asal dari
akar rambut dan daun.

Sporofit Pteridopyta
Tumbuhan paku sporofit pada umumnya memiliki akar,
batang, dan daun sejati. Namun, ada beberapa jenis
yang tidak memiliki akar dan daun sejati. Batang
tumbuhan paku ada yang tumbuh di bawah tanah
disebut rizom dan ada yang tumbuh di atas permukaan
tanah. Batang yang yang tumbuh di atas tanah ada
yang bercabang menggarpu dan ada yang lurus tidak
bercabang. Tumbuhan paku yang tidak memilki akar
sejati memilki akar berupa rizoid yang terdapat pada
rizom atau pangkal batang. Tumbuhan paku ada yang
berdaun kecil (mikrofil) dan ada yang berdaun besar
(makrofil). Tumbuhan paku yang berdaun kecil,
daunnya berupa sisik. Daun tumbuhan paku memiliki
klorofil untuk fotosintesis. Klorofil tumbuhan paku yang
tak berdaun atau berdaun kecil terdapat pada batang.

Tumbuhan paku sporofit memiliki sporangium yang


menghasilkan spora. Pada jenis tumbuhan paku sporofit yang
tidak berdaun, sporangiumnya terletak di sepanjang batang.
Pada tumbuhan paku yang berdaun, sporangiumnya terletak
pada daun yang fertil (sporofil). Daun yang tidak
mengandung sporangium disebut daun steril (tropofil).
Sporofil ada yang berupa helaian dan ada yang berbentuk
strobilus. Strobilus adalah gabungan beberapa sporofil yang
membentuk struktur seperti kerucut pada ujung cabang.
Pada sporofil yang berbentuk helaian, sporangium
berkelompok membentuk sorus. Sorus dilindungi oleh suatu
selaput yang disebut indisium. Sebagian besar tumbuhan
paku memiliki pembuluh pengangkut berupa floem dan
xilem. Floem adalah pembuluh pengangkut nutrien organik
hasil fotosintesis. Xilem adalah pembuluh pengangkut
senyawa anorganik berupa air dan mineral dari akar ke
seluruh bagian tumbuhan. Spora yang menghasilkan sporofit
akan tumbuh membentuk struktur gametofit berbentuk hati
yang disebut protalus atau protalium.

Sporangium yang berisi spora biasanya terdapat di bagian


bawah daun, berwarna coklat, dan berkelompok
disebutsorus.
PadaPolypodiumsp. spora (mikrospora dan megaspora)
mempunyai ukuran yang sama dan disebut homospora.
Pada paku-pakuan yang mempunyai dua macam spora
yaitu mikrospora dan megaspora yang tidak sama besar
disebut heterospora.
Pada beberapa spesies, sorus dilindungi oleh suatu
struktur yang berasal dari daun sporofil (yaitu daun yang
mengandung sorus/sporangia) dan disebutindusium.
Sporofil disebut juga daun fertil.
Bagian daun yang berfungsi untuk fotosintesis disebut
daun vegetatif atau daun steril (tropofil) karena tidak
mengandung sporangia.

Leaf pinna
(2N)

Indusium (2N)
Spora
(1N)

Sporangiu
m (2N)

Sporangium

Sorus

Protalium (Protallus)

Young Gametophyte

Embriogenesis pada Paku Sejati


(Pteropsida)
Paku sejati mencakup jenis tumbuhan paku yang paling
sering kita lihat. Tempat tumbuh paku sejati sebagian besar
di darat pada daerah tropis dan subtropis. Paku sejati
diperkirakan berjumlah 12.000 jenis dari kelas Filicinae.
Filicinae memiliki akar, batang, dan daun sejati. Batang
dapat berupa batang dalam (rizom) atau batang di atas
permukaan tanah. Daun Filicinae umumnya berukuran besar
dan memiliki tulang daun bercabang. Daun mudanya
memiliki ciri khas yaitu tumbuh menggulung (circinnatus).
Jenis paku yang termasuk paku sejati yaitu Semanggi
(Marsilea crenata), Paku tanduk rusa (Platycerium
bifurcatum), paku sarang burung (Asplenium nidus), suplir
(Adiantum cuneatum), Paku sawah (Azolla pinnata), dan
Dicksonia antarctica.

Perkembangan Embryo

Metagenesis pada Leptosporangitae sp.

Mula-mula dari spora tumbuh protonema berbentuk benang


dan mempunyai rizoid-rizoid.
Anteridium dan arkegonium terdapat pada satu protalium,
biasanya pada sisi yang tidak menghadap sinar matahari.
Arkegonium baru terbentuk setelah protalium mendapat
waktu cukup lama untuk berasimilasi.
Sedang anteridium telah terbentuk terlebih dahulu.
Anteridium berupa suatu tonjolan jaringan berbentuk bulat
yang duduk tanpa tangkai pada suatu sel protalium, dan
terdapat pada bagian protalium yang sempit di antara rizoidrizoidnya.
Anteridium itu mula-mula hanya merupakan suatu tonjolan
berbentuk papil, kemudian terbagi oleh suatu dinding
pemisah berbentuk corong menjadi suatu sel telur yang
menyelubungi sel kedua yang ada disebelah dalamnya. Sel
yang di dalam itu lalu terbagi dua lagi dengan pembentukan
dinding melengkung pada bagian atas.
Sel yang merupakan tutup pada sebelah atas lalu terbagi lagi
dan terjadilah sel penutup. Sel yang letaknya ditengah
kemudian membelah beberapa kali dan menghasilkan

Arkegonium terdapat pada bagian protalium yang


berlekuk dan mulai muncul dari suatu sel
permukaan pada protalium yang telah agak tua. Sel
permukaan itu mula-mula membelah menjadi dua
sel .
Sel yang atas membelah lagi menjadi 4 sel yang
kemudian membelah lagi akan menonjoil keluar
membentuk leher arkegonium. Sel yang dibawah
membelah menjadi sel-sel saluran leher dan suatu
sel pusat.
Dan sel pusat ini membelah lagi menjadi sel
saluran perut dan sel telur. Arkegonium yang telah
masak membuka pada ujungnya dan spermatozoidspermatozoid dengna gerak kemotaksis masuk
kedalam leher arkegonium menuju ke sel telur.

Embrio tidak mempunyai suspensor dan akarnya tidak


terbentuk dari kutub yang berlawanan dengan kutub
tunas, melainkan dari samping batang. Karena
arkegonium terdapat pada sisi bawah protalium, ujung
atas embrio setelah keluar dari arkegonium lalu
membelok ke atas.
Sporofit untuk sementara waktu hidup sebagai parasit
pada protalium dan menyerap makanan dari protalium
dengan perantaraan haustarium sampai protalium mati.
Akar yang pertama terbentuk lalu diganti oleh akar-akar
berikutmya.
Pada daun-daun seringkali terbentuk tunas-tunas
adventif yang dapat terlepas dan berguna sebagai
alatberkembang biak vegetatif. Dapat pula tunas aatau
berubah menjaadi geragih (stolon) yang dapat
dipergunakan untuk tujuan yang sama. Selain itu dari
protalium dapat terbentuk tumbuhan paku baru tanpa
pembuahan .

Pada Pteridophyta juga terjadi penyimpangan dari


siklus hidup yang normal, yaitu adanya peristiwa
apogami dan apospori. Apogami ialah terbentuknya
sporofit langsung dari gametofit tanpa melalui
persatuan dari gamet-gamet. Sporofit yang terjadi
dari peristiwa apogami mempunyai jumlah kromosom
yang sama dengan gametofit.
Terjadinya apogami disebabkan karena terbentuknya
tunas pada protalium yang langsugn tumbuh menjadi
sporofit, atau karena sel telur yang tumbuh menjadi
sporofit tanpa terjadi fertilisasi terlebih dahulu
(partogenesis). Peristiwa apogami ini dapat terjadi
pada jenis Dryopteris, Pteris, Adiantum, diplazium,
Asplenium, Osmunda, Lycopodium, Equisetum dan
Polypodium.

Apospori ialah terbentuknya protalium dari sporofit


tanpa melalui pembentukan spora. Protalium yang
terjadi dari peistiwa apospori juga mempunyai jumlah
kromosom yang sama dengan sporofit.
Terjadinya apospori dapat disebabkan karena timbulnya
filamen dari jaringan sporofit yang kemudian menjadi
protalium serta hanya membentuk anteridium karena
biasanya
tidak
membentuk
arkegonium,
atau
disebabkan karena jaringan sporofit yang dapat
membentuk protalium tadi kemungkinan dari tangkai
sporangium, dari daun dan juga dari jaringan steril
pada sorus.
Peristiwa
apospori
dapat
terjadi
pada
jenis
Trichomanes,
Pteridium
aquilium,
Asplenium
demorphum, Osmunda regalis, Osmunda javanica,
Tectaria trifoliata da Pteris cretica.

Vous aimerez peut-être aussi