Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
SEJARAH
DEFINISI
Merupakan suatu sindrom klinis dari berbagai keadaan psikopatologi yang
sangat mengganggu serta melibatkan
GEJALA
GEJALA
EPIDEMIOLOGI
World Health Organization (WHO) : Prevalensi
sebesar 1% dari populasi di dunia (rata-rata
0,85%) yaitu sekitar 7 dari 1000 orang di dunia
menderita skizofrenia.
Departemen Kesehatan (2007) : Jumlah
penderita gangguan jiwa berat sebesar 2,3 juta
jiwa, yang diambil dari data RSJ se-Indonesia.
Riskesdas(Riset Kesehatan Dasar) (2013) :
Prevalensi penderita gangguan jiwa berat di
Indonesia sebesar 1,7 per mil. Dengan prevalensi
terbanyak adalah Propinsi DI Yogyakarta (2,7
permil), Aceh (2,7), Sulawesi Selatan (2,6), Bali
(2,3), dan Jawa Tengah (2,3)
ETIOLOGI
Faktor
Genetik
Faktor
Biologi
Faktor
Psikososia
l
FAKTOR GENETIK
FAKTOR BIOLOGI - Atropi bilateral lobus temporal medial dan lebih spesifik
yaitu gyrus parahipokampus, hipokampus dan amigdala
FAKTOR BIOLOGI
HIPOTESIS DOPAMIN
Hipotesis
dopamin
menyatakan
bahwa skizofrenia dihasilkan dari
terlalu
banyaknya
aktifitas
dopaminergik.
Teori dasar tidak memperinci apakah
hiperaktif
dopaminergik
adalah
karena terlalu banyaknya pelepasan
dopamin, terlalu banyaknya reseptor
dopamin, atau kombinasi mekanisme
tersebut
FAKTOR BIOLOGI
HIPOTESIS DOPAMIN
v Sistem pertama, yang paling terkait dengan
perilaku adalah mesolimbik-mesokortikal, yang
berawal dari badan-badan sel dekat substantia
nigra menuju sistem limbik dan neokorteks.
v Sistem yang kedua, alur nigrostriatal, terdiri
dari neuron-neuron yang berawal dari
substantia nigra ke nukleus kaudatus dan
putamen; yang berperan dalam koordinasi
pergerakan di bawah kesadaran.
v Sistem ketiga, sistem tuberoinfundibuler
menghubungkan nukleus arkuatus dan neuron
preifentrikuler ke hipotalamus dan pituitary
posterior. Dopamin yang dilepaskan oleh
neuron-neuron
ini
secara
fisiologis
menghambat sekresi prolaktin.
FAKTOR BIOLOGI
HIPOTESIS SEROTONIN
Hipotesis serotonin
menyatakan serotonin yang
berlebihan sebagai
penyebab gejala positif dan
negatif pada skizofrenia
FAKTOR BIOLOGI
HIPOTESIS NOREPINEPRIN
FAKTOR BIOLOGI
HIPOTESIS GABA
Gamma-aminobutiryc acid (GABA) dikaitkan dengan
patofisiologi skizofrenia didasarkan pada penemuan bahwa
beberapa pasien skizofrenia mempunyai kehilangan neuronneuron GABA-ergic di hipokampus. GABA memiliki efek
regulatory pada aktivitas dopamin dan kehilangan neuron
inhibitory GABA-ergic dapat menyebabkan hiperaktivitas
neuron-neuron dopaminergik
FAKTOR BIOLOGI
HIPOTESIS GLUTAMAT
Glutamat dianggap
terlibat karena
penggunaan fensiklidin,
suatu antagonis
glutamat menghasilkan
suatu sindroma akut
yang serupa dengan
skizofrenia
FAKTOR BIOLOGI
Hipotesis degeneratif saraf (neurodegenerative hypothesis)
Sejumlah proses degeneratif saraf dihipotesiskan, berkisar dari
apoptosis abnormal yang diprogram secara genetik, degenerasi dari
neuron-neuron yang kritis, pemaparan prenatal terhadap anoksia,
toksintoksin, infeksi atau malnutrisi, proses kehilangan neuronal
yang dikenal sebagai excitotoxicity akibat aksi berlebihan dari
neurotransmiter glutamat.
Jika neuron- neuron tereksitasi ketika memperantarai gejala-gejala
positif, kemudian mati akibat proses toksik yang disebabkan
neurotransmisi excitatory yang berlebihan, ini membawa ke stadium
residual burn out gejal-gejala negatif
(Stahl, 2008; Stan, Lesselyong dan Ghose, 2009; Konrad dan Winterer,
2008; Balu dan Coyle, 2011).
FAKTOR BIOLOGI
Hipotesis perkembangan saraf (neurodevelopmental hypothesis)
FAKTOR PSIKOSOSIAL
FAKTOR
PSIKOSOSIAL
TEORI
PSIKOANALITIK
TEORI
PSIKODINAMIK
TEORI BELAJAR
FAKTOR PSIKOSOSIAL
TEORI PSIKOANALITIK
Sigmund Freud mendalilkan skizofrenia
disebabkan
oleh
ketidakmampuan
mengendalikan
rasa
takut
dalam
perkembangan
yang
menyebabkan
ketidakseimbangan
mental
yang
menyebabkan stres.
Sigmund Freud menyatakan skizofrenia
berasal dari perkembangan yang terfiksasi.
Fiksasi ini mengakibatkan defek pada
perkembangan ego dan defek-defek ini
memberikan kontribusi terhadap gejala-gejala
skizofrenia (Sadock dan Sadock, 2007).
FAKTOR PSIKOSOSIAL
TEORI BELAJAR
Pada teori ini, skizofrenia berkembang
oleh karena hubungan interpersonal
yang buruk karena mengikuti contoh
atau model yang buruk selama masa
kanak- kanak
FAKTOR PSIKOSOSIAL
TEORI PSIKODINAMIKA
Penelitian di Inggris pada anak
berusia 4 tahun yang memiliki
hubungan yang buruk dengan
ibunya, ternyata berpeluang 6
kali lipat berkembang menjadi
skizofrenia.
Akan tetapi tidak ada bukti yang
kuat bahwa pola dalam keluarga
berperan penting sebagai
penyebab terjadinya skizofrenia
SKIZOFRENIA PARANOID
SKIZOFRENIA HEBREFRENIK
SKIZOFRENIA KATATONIK
SKIZOFRENIA RESIDUAL
PERJALANAN
Fase
Pradorma
l
Fase
Premorbid
Fase
Psikotis
FASE PREMORBID
FASE PRADORMAL
Adanya perubahan dari fungsi-fungsi pada fase premorbid menuju saat
muncul symptom psikotik yang nyata
Fase ini dapat berlangsung dalam beberapa minggu atau bulan, akan tetapi
lamanya fase prodromal ini rerata antara 2 sampai 5 tahun
Pada fase ini, individu mengalami kemunduran dalam fungsi-fungsi yang
mendasar (pekerjaan sosial dan rekreasi) dan muncul simtom yang
nonspesifik, misal gangguan tidur, ansietas, iritabilitas, mood depresi,
konsentrasi berkurang, mudah lelah, dan adanya defisit perilaku misalnya
kemunduran fungsi peran dan penarikan sosial
Simtom positif seperti curiga mulai berkembang di akhir fase prodromal dan
FASE PSIKOSIS
Berlangsung mulai dengan fase akut, lalu adanya perbaikan memasuki fase
stabilisasi dan kemudian fase stabil :
Fase akut : dijumpai gambaran psikotik yang jelas, misalnya dijumpai adanya
waham, halusinasi, gangguan proses pikir, dan pikiran yang kacau. Symptom
negatif sering menjadi lebih parah dan individu biasanya tidak mampu untuk
mengurus dirinya sendiri secara pantas.
Fase stabilisasi : berlangsung selama 6 - 18 bulan, setelah dilakukan treatment.
Fase stabil : terlihat symptom negatif dan residual dari simtom positif. Di mana
simtom positif bisa masih ada, dan biasanya sudah kurang parah dibandingkan
pada fase akut. Pada beberapa individu bisa dijumpai asimtomatis, sedangkan
individu lain mengalami simtom nonpsikotik misalnya, merasa tegang (tension),
PENGOBATAN
Terapi
Antipsikotik
PENGOBATAN
Terapi
Psikososial
TERAPI ANTIPSIKOTIK
Because schizophrenia is a chronic illness that influences
virtually all aspects of life of affected persons, treatment
planning has three goals:
Promote and maintain recovery from the debilitating effects of illness
to the maximum extent possible / Meminimalkan stres pada pasien dan
memberikan dukungan untuk meminimalkan kemungkinan kambuh
Connect
the
patient
with
appropriate
aftercare
in
the
community.
STABILIZATION PHASE
During the stabilization phase, the goals of treatment are to
Reduce stress on the patient and provide support to
minimize the likelihood of relapse
enhance the patients adaptation to life in the community
facilitate continued reduction in symptoms and consolidation of
remission, and
promote the process of recovery.
STABLE PHASE
The goals of treatment during the stable phase are to ensure that
symptom remission or control is sustained, that the patient is
maintaining or improving his or her level of functioning and quality
of life, that increases in symptoms or relapses are effectively treated,
and that monitoring for adverse treatment effects continues.
Antipsychotic medications substantially reduce the risk of relapse in
the stable phase of illness and are strongly recommended
Deciding on the dose of an antipsychotic medication during the stable
phase is complicated by the fact that there is no reliable strategy
available to identify the minimum effective dose to prevent relapse.
TERAPI ANTIPSIKOTIK
Farmakoterapi dengan antipsikotik merupakan dasar pengobatan
skizofrenia. Secara umum antipsikotik dibagi menjadi 2 kelompok
besar, yaitu :
Antipsikotik tipikal (antagonis reseptor dopamin)/FGA(APG1)
Antipsikotik atipikal (antagonis serotonin-dopamin)/SGA(APG2)
TERAPI
ANTI
PSIKOTIK
TERAPI
ANTI
PSIKOTIK
TERAPI PSIKOSOSIAL
As part of a comprehensive treatment approach, psychosocial interventions can
improve the course of schizophrenia when integrated with psychopharmacological
treatments
These interventions can provide additional benefits for patients in such areas as relapse
prevention, improved coping skills, better social and vocational functioning, and
ability to function more independently.
While pharmacotherapy focuses on symptom diminution, psychosocial interventions may
provide emotional support and address particular deficits associated with
schizophrenia
The goals and tasks of these treatments vary widely, depending on the individual patient,
disorder, and life situation.
The central components of psychosocial treatment are described in the earlier section on
psychiatric management
American Psychiatric Association - 2010
FAMILY INTERVENTION
A guiding principle is that the patients family members should be involved and
engaged in a collaborative treatment process to the greatest extent possible.
Family members generally contribute to the patients care and require education,
guidance, and support, as well as training to help them optimize their caretaking role
and to improve their own well-being.
The acute phase or times of crisis may be the best time to engage the family in
psychoeducational family meetings. When the patient is most ill, family
members tend to be most motivated to reach out and make contact, ask
questions, and seek information to reassure and guide them.
SUPPORTED EMPLOYEMENT
Supported employment is an approach to improve vocational
functioning among persons with various types of disabilities,
including schizophrenia
COGNITIVE BEHAVIOR
THERAPY
The therapist does not challenge these
symptoms as irrational but helps the patient
through guided questions to focus on his or her
own beliefs about the symptoms and the natural
coping mechanisms the patient has elaborated
to deal with the symptoms.
In
normalizing
the
patients
psychotic
experience, the therapist helps the patient see
that his or her symptoms are embedded within
the stressful vicissitudes of daily life, thus making
them appear more normal and less crazy.
PROGNOSIS BURUK :
1. Onset perlahan-lahan faktor pencetus
tidak jelas
2. Riwayat hubungan sosial dan
pekerjaan buruk
3. Menarik diri
4. Tipe Hebrefrenik, tingkah laku artistik
5. Belum menikah
6. Riwayat skizofrenia dalam keluarga
7. Adanya gejala neurologik
8. Banyak symptoms negatif
9. Tidak ada gejala afektif atau hostilitas
yang jelas