Vous êtes sur la page 1sur 68

Skizofrenia

Aisyah Shofiatun Nisa


Pembimbing : dr. Vista Nurasti P Sp.KJ

SEJARAH

DEFINISI
Merupakan suatu sindrom klinis dari berbagai keadaan psikopatologi yang
sangat mengganggu serta melibatkan

proses pikir, emosi, persepsi, dan tingkah laku.


Skizo berasal dari kata
Skizo yang berarti retak atau pecah
Frenia yang berarti Jiwa dengan demikian

Skizofrenia berarti seseorang yang mengalami keretakan jiwa

GEJALA

GEJALA

EPIDEMIOLOGI
World Health Organization (WHO) : Prevalensi
sebesar 1% dari populasi di dunia (rata-rata
0,85%) yaitu sekitar 7 dari 1000 orang di dunia
menderita skizofrenia.
Departemen Kesehatan (2007) : Jumlah
penderita gangguan jiwa berat sebesar 2,3 juta
jiwa, yang diambil dari data RSJ se-Indonesia.
Riskesdas(Riset Kesehatan Dasar) (2013) :
Prevalensi penderita gangguan jiwa berat di
Indonesia sebesar 1,7 per mil. Dengan prevalensi
terbanyak adalah Propinsi DI Yogyakarta (2,7
permil), Aceh (2,7), Sulawesi Selatan (2,6), Bali
(2,3), dan Jawa Tengah (2,3)

ETIOLOGI

Faktor
Genetik

Faktor
Biologi

Faktor
Psikososia
l

FAKTOR GENETIK

FAKTOR BIOLOGI - Gangguan Ventrikel tiga dan lateral

FAKTOR BIOLOGI - Gangguan Ventrikel tiga dan lateral

FAKTOR BIOLOGI - Atropi bilateral lobus temporal medial dan lebih spesifik
yaitu gyrus parahipokampus, hipokampus dan amigdala

FAKTOR BIOLOGI
HIPOTESIS DOPAMIN
Hipotesis
dopamin
menyatakan
bahwa skizofrenia dihasilkan dari
terlalu
banyaknya
aktifitas
dopaminergik.
Teori dasar tidak memperinci apakah
hiperaktif
dopaminergik
adalah
karena terlalu banyaknya pelepasan
dopamin, terlalu banyaknya reseptor
dopamin, atau kombinasi mekanisme
tersebut

FAKTOR BIOLOGI
HIPOTESIS DOPAMIN
v Sistem pertama, yang paling terkait dengan
perilaku adalah mesolimbik-mesokortikal, yang
berawal dari badan-badan sel dekat substantia
nigra menuju sistem limbik dan neokorteks.
v Sistem yang kedua, alur nigrostriatal, terdiri
dari neuron-neuron yang berawal dari
substantia nigra ke nukleus kaudatus dan
putamen; yang berperan dalam koordinasi
pergerakan di bawah kesadaran.
v Sistem ketiga, sistem tuberoinfundibuler
menghubungkan nukleus arkuatus dan neuron
preifentrikuler ke hipotalamus dan pituitary
posterior. Dopamin yang dilepaskan oleh
neuron-neuron
ini
secara
fisiologis
menghambat sekresi prolaktin.

FAKTOR BIOLOGI
HIPOTESIS SEROTONIN
Hipotesis serotonin
menyatakan serotonin yang
berlebihan sebagai
penyebab gejala positif dan
negatif pada skizofrenia

FAKTOR BIOLOGI
HIPOTESIS NOREPINEPRIN

Hipotesis norepineprin menyatakan meningkatnya level


norepinefrin pada penderita skizofrenia menunjukkan
meningkatnya kepekaan untuk masukan sensorik

FAKTOR BIOLOGI
HIPOTESIS GABA
Gamma-aminobutiryc acid (GABA) dikaitkan dengan
patofisiologi skizofrenia didasarkan pada penemuan bahwa
beberapa pasien skizofrenia mempunyai kehilangan neuronneuron GABA-ergic di hipokampus. GABA memiliki efek
regulatory pada aktivitas dopamin dan kehilangan neuron
inhibitory GABA-ergic dapat menyebabkan hiperaktivitas
neuron-neuron dopaminergik

FAKTOR BIOLOGI
HIPOTESIS GLUTAMAT
Glutamat dianggap
terlibat karena
penggunaan fensiklidin,
suatu antagonis
glutamat menghasilkan
suatu sindroma akut
yang serupa dengan
skizofrenia

FAKTOR BIOLOGI
Hipotesis degeneratif saraf (neurodegenerative hypothesis)
Sejumlah proses degeneratif saraf dihipotesiskan, berkisar dari
apoptosis abnormal yang diprogram secara genetik, degenerasi dari
neuron-neuron yang kritis, pemaparan prenatal terhadap anoksia,
toksintoksin, infeksi atau malnutrisi, proses kehilangan neuronal
yang dikenal sebagai excitotoxicity akibat aksi berlebihan dari
neurotransmiter glutamat.
Jika neuron- neuron tereksitasi ketika memperantarai gejala-gejala
positif, kemudian mati akibat proses toksik yang disebabkan
neurotransmisi excitatory yang berlebihan, ini membawa ke stadium
residual burn out gejal-gejala negatif
(Stahl, 2008; Stan, Lesselyong dan Ghose, 2009; Konrad dan Winterer,
2008; Balu dan Coyle, 2011).

FAKTOR BIOLOGI
Hipotesis perkembangan saraf (neurodevelopmental hypothesis)

Teori Neurodevelopmental dibuktikan dengan adanya migrasi


neural yang abnormal pada trimester kedua pada masa
perkembangan janin. Hal ini mungkin mengarah ke symptomsymptom skizofrenia yang akan muncul pada masa remaja.
Sebagai contoh skizofrenia meningkat pada orang-orang
dengan riwayat semasa janin mengalami komplikasi obstetrik
saat dalam kehamilan ibu, berkisar dari infeksi virus, kelaparan,
proses autoimun dan masalah-masalah lain yang
menyebabkan gangguan pada otak di awal perkembangan
janin, dapat berkontribusi terhadap penyebab skizofrenia.

FAKTOR PSIKOSOSIAL
FAKTOR
PSIKOSOSIAL
TEORI
PSIKOANALITIK

TEORI
PSIKODINAMIK

TEORI BELAJAR

FAKTOR PSIKOSOSIAL
TEORI PSIKOANALITIK
Sigmund Freud mendalilkan skizofrenia
disebabkan
oleh
ketidakmampuan
mengendalikan
rasa
takut
dalam
perkembangan
yang
menyebabkan
ketidakseimbangan
mental
yang
menyebabkan stres.
Sigmund Freud menyatakan skizofrenia
berasal dari perkembangan yang terfiksasi.
Fiksasi ini mengakibatkan defek pada
perkembangan ego dan defek-defek ini
memberikan kontribusi terhadap gejala-gejala
skizofrenia (Sadock dan Sadock, 2007).

FAKTOR PSIKOSOSIAL
TEORI BELAJAR
Pada teori ini, skizofrenia berkembang
oleh karena hubungan interpersonal
yang buruk karena mengikuti contoh
atau model yang buruk selama masa
kanak- kanak

FAKTOR PSIKOSOSIAL
TEORI PSIKODINAMIKA
Penelitian di Inggris pada anak
berusia 4 tahun yang memiliki
hubungan yang buruk dengan
ibunya, ternyata berpeluang 6
kali lipat berkembang menjadi
skizofrenia.
Akan tetapi tidak ada bukti yang
kuat bahwa pola dalam keluarga
berperan penting sebagai
penyebab terjadinya skizofrenia

Berdasarkan PPDGJ III


Persyaratan yang normal untuk skizofrenia harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini
yang amat jelas (dan biasanya dua gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam
atau kurang jelas)
Thought echo : isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema dalam kepalanya (tidak keras)
dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya sama namun kualitasnya berbeda
Thought insertion or withdrawal : isi pikiran yang asing dari luar masuk ke dalam pikirannya
(insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu dari luar dirinya
Thought broadcasting : isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain atau umum mengetahuinya
Delusion of control : waham tentang dirinya dikendalikan oleh sesuatu kekuatan tertentu dari luar
Delusion of influence : waham tentang dirinya dipengaruhi oleh suatu kekutan tertentu dari luar
Delusion of passivity : waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah terhadap suatu kekuatan dari
luar (tentang dirinya secara jelas merujuk ke pergerakan tubuh/anggota gerak atau pikiran, tindakan
atau pengindraan khusus)
Delusional perception : pengalaman indrawi yang tak wajar, yang bermakna sangat khas bagi dirinya,
biasanya bersifat mistik atau mukjizat.

SKIZOFRENIA PARANOID

SKIZOFRENIA HEBREFRENIK

SKIZOFRENIA KATATONIK

SKIZOFRENIA TAK TERINCI

DEPRESI PASCA SKIZOFRENIA

SKIZOFRENIA RESIDUAL

PERJALANAN
Fase
Pradorma
l
Fase
Premorbid

Fase
Psikotis

FASE PREMORBID

Pada fase ini, fungsi-fungsi individu masih dalam keadaan


normatif.

FASE PRADORMAL
Adanya perubahan dari fungsi-fungsi pada fase premorbid menuju saat
muncul symptom psikotik yang nyata
Fase ini dapat berlangsung dalam beberapa minggu atau bulan, akan tetapi
lamanya fase prodromal ini rerata antara 2 sampai 5 tahun
Pada fase ini, individu mengalami kemunduran dalam fungsi-fungsi yang
mendasar (pekerjaan sosial dan rekreasi) dan muncul simtom yang
nonspesifik, misal gangguan tidur, ansietas, iritabilitas, mood depresi,
konsentrasi berkurang, mudah lelah, dan adanya defisit perilaku misalnya
kemunduran fungsi peran dan penarikan sosial
Simtom positif seperti curiga mulai berkembang di akhir fase prodromal dan

FASE PSIKOSIS
Berlangsung mulai dengan fase akut, lalu adanya perbaikan memasuki fase
stabilisasi dan kemudian fase stabil :
Fase akut : dijumpai gambaran psikotik yang jelas, misalnya dijumpai adanya
waham, halusinasi, gangguan proses pikir, dan pikiran yang kacau. Symptom
negatif sering menjadi lebih parah dan individu biasanya tidak mampu untuk
mengurus dirinya sendiri secara pantas.
Fase stabilisasi : berlangsung selama 6 - 18 bulan, setelah dilakukan treatment.
Fase stabil : terlihat symptom negatif dan residual dari simtom positif. Di mana
simtom positif bisa masih ada, dan biasanya sudah kurang parah dibandingkan
pada fase akut. Pada beberapa individu bisa dijumpai asimtomatis, sedangkan
individu lain mengalami simtom nonpsikotik misalnya, merasa tegang (tension),

PENGOBATAN

Terapi
Antipsikotik

PENGOBATAN

Terapi
Psikososial

TERAPI ANTIPSIKOTIK
Because schizophrenia is a chronic illness that influences
virtually all aspects of life of affected persons, treatment
planning has three goals:
Promote and maintain recovery from the debilitating effects of illness
to the maximum extent possible / Meminimalkan stres pada pasien dan
memberikan dukungan untuk meminimalkan kemungkinan kambuh

Maximize quality of life and adaptive functioning / Meningkatkan


adaptasi pasien terhadap kehidupan di masyarakat .
Reduce or eliminate symptoms /Mengurangi gejala, peningkatan
remisi, dan membantu proses pemulihan.
American Psychiatric
Association - 2010

ACUTE PHASE TREATMENT


The goals of treatment during the acute phase of treatment, defined by an acute
psychotic episode, are to prevent harm, control disturbed behavior, reduce
the severity of psychosis and associated symptoms (e.g., agitation,
aggression, negative symptoms, affective symptoms)
Determine and address the factors that led to the occurrence of the acute
episode, /Menentukan faktor yang mengakibatkan fase awal
Effect a rapid return to the best level of functioning,
Develop an alliance with the patient and family, / meningkatkan bekerjasama
dengan pasien dan keluarga

Formulate short- and long-term treatment plans, / merencanakan short-long


rencana terapi

Connect

the

patient

with

appropriate

aftercare

in

menghubungkan pasien dengan aftercare yang ada di komunitas

the

community.

American Psychiatric Association - 2010

ACUTE PHASE TREATMENT


The acute phase is also the best time for the psychiatrist to
initiate a relationship with family members, who tend to be
particularly concerned about the patients disorder, disability, and
prognosis during the acute phase and during hospitalization .
Educational meetings, survival workshops that teach the family
how to cope with schizophrenia, and referrals to local chapters of
patient and family organizations such as NAMI may be helpful
and are recommended
Family members may be under considerable stress, particularly if
the patient has been exhibiting dangerous or unstable behavior.
American Psychiatric Association - 2010

STABILIZATION PHASE
During the stabilization phase, the goals of treatment are to
Reduce stress on the patient and provide support to
minimize the likelihood of relapse
enhance the patients adaptation to life in the community
facilitate continued reduction in symptoms and consolidation of
remission, and
promote the process of recovery.

If the patient has improved with a particular medication


regimen continuation of that regimen and monitoring are
recommended for at least 6 months
American Psychiatric Association - 2010

STABLE PHASE
The goals of treatment during the stable phase are to ensure that
symptom remission or control is sustained, that the patient is
maintaining or improving his or her level of functioning and quality
of life, that increases in symptoms or relapses are effectively treated,
and that monitoring for adverse treatment effects continues.
Antipsychotic medications substantially reduce the risk of relapse in
the stable phase of illness and are strongly recommended
Deciding on the dose of an antipsychotic medication during the stable
phase is complicated by the fact that there is no reliable strategy
available to identify the minimum effective dose to prevent relapse.

American Psychiatric Association - 2010

TERAPI ANTIPSIKOTIK
Farmakoterapi dengan antipsikotik merupakan dasar pengobatan
skizofrenia. Secara umum antipsikotik dibagi menjadi 2 kelompok
besar, yaitu :
Antipsikotik tipikal (antagonis reseptor dopamin)/FGA(APG1)
Antipsikotik atipikal (antagonis serotonin-dopamin)/SGA(APG2)

TERAPI
ANTI
PSIKOTIK

Texas medication schizofrenia algorithm

TERAPI
ANTI
PSIKOTIK

Texas medication schizofrenia algorithm

CHOICE OF MEDICATION IN THE ACUTE


PHASE OF SCHIZOPHRENIA

American Psychiatric Association - 2010

TERAPI PSIKOSOSIAL
As part of a comprehensive treatment approach, psychosocial interventions can
improve the course of schizophrenia when integrated with psychopharmacological
treatments
These interventions can provide additional benefits for patients in such areas as relapse
prevention, improved coping skills, better social and vocational functioning, and
ability to function more independently.
While pharmacotherapy focuses on symptom diminution, psychosocial interventions may
provide emotional support and address particular deficits associated with
schizophrenia
The goals and tasks of these treatments vary widely, depending on the individual patient,
disorder, and life situation.
The central components of psychosocial treatment are described in the earlier section on
psychiatric management
American Psychiatric Association - 2010

A number of psychosocial treatments have demonstrated


effectiveness.
These treatments include family interventions , supported
employment, assertive community treatment, social skills
training, and cognitive behaviorally oriented psychotherapy.

PROGRAM FOR ASSERTIVE COMMUNITY


TREATMENT (PACT)
PACT includes both case management and active treatment
interventions by one team using a highly integrated approach.
Treatment takes place through teams working 24 hours a day, 7
days a week, and most treatment is delivered in patients homes,
neighborhoods, and places of work.
Staff members assist patients in daily living tasks, such as
clothes laundering, shopping, cooking, grooming, budgeting,
and using transportation.
Namun, tampaknya psikoterapi ini masih sulit jika harus di lakukan di
Indonesia

FAMILY INTERVENTION
A guiding principle is that the patients family members should be involved and
engaged in a collaborative treatment process to the greatest extent possible.
Family members generally contribute to the patients care and require education,
guidance, and support, as well as training to help them optimize their caretaking role
and to improve their own well-being.
The acute phase or times of crisis may be the best time to engage the family in
psychoeducational family meetings. When the patient is most ill, family
members tend to be most motivated to reach out and make contact, ask
questions, and seek information to reassure and guide them.

SUPPORTED EMPLOYEMENT
Supported employment is an approach to improve vocational
functioning among persons with various types of disabilities,
including schizophrenia

COGNITIVE BEHAVIOR
THERAPY
The therapist does not challenge these
symptoms as irrational but helps the patient
through guided questions to focus on his or her
own beliefs about the symptoms and the natural
coping mechanisms the patient has elaborated
to deal with the symptoms.
In
normalizing
the
patients
psychotic
experience, the therapist helps the patient see
that his or her symptoms are embedded within
the stressful vicissitudes of daily life, thus making
them appear more normal and less crazy.

SOCIAL SKILL TRAINING


Social skills training is defined by the use of behavioral
techniques or learning activities that enable patients to acquire
instrumental and affiliative skills in domains required to meet the
interpersonal, self-care, and coping demands of community life

PROGNOSIS KEARAH BAIK dan BURUK


PROGNOSIS BAIK :
1. Onset akut dengan faktor pencetus
yang jelas
2. Riwayat hubungan sosial &
pekerjaan yang baik (premorbid)
3. Adanya gejala afektif (depresi)
4. Subtipe paranoid
5. Subtipe katatonik
6. Sudah menikah
7. Banyak symptoms positif
8. Kebingungan
9. Tension, cemas hostilitas

PROGNOSIS BURUK :
1. Onset perlahan-lahan faktor pencetus
tidak jelas
2. Riwayat hubungan sosial dan
pekerjaan buruk
3. Menarik diri
4. Tipe Hebrefrenik, tingkah laku artistik
5. Belum menikah
6. Riwayat skizofrenia dalam keluarga
7. Adanya gejala neurologik
8. Banyak symptoms negatif
9. Tidak ada gejala afektif atau hostilitas
yang jelas

Vous aimerez peut-être aussi