Vous êtes sur la page 1sur 42

USULAN SKRIPSI

PENGARUH EKSTRAK KULIT JERUK NIPIS


(Citrus aurantifolia) TERHADAP AKTIVITAS
PROLIFERASI
SEL KANKER PAYUDARA MCF-7

Anita Kusuma Wardhana


30101206594
Semarang, 22 Januari 2016

BAB I

LATAR BELAKANG
MASALAH
BESAR MASALAH
KRONOLOGI
UPAYA PENYELESAIAN

Masalah

Kanker payudara merupakan penyebab utama kematian pada wanita akibat


kanker. Angka kejadian kanker payudara di Indonesia mencapai 26 per
100.000 perempuan (NFA, 2008).
Salah satu terapi yang menjadi pilihan utama saat ini adalah kemoterapi
(Liu, 2009), namun ternyata kemoterapi membawa masalah yang lebih
komplek terhadap kanker yaitu resistensi sel kanker terhadap kombinasi
obat yang diberikan atau sering disebut sebagai Multi Drug Resistance
(MDR) (Daniel et al., 2010). Hal ini mendorong dikembangkannya terapi
alternatif dengan tanaman herbal, salah satu yang berpotensi sebagai antikanker adalah dari kulit jeruk nipis (Citrus aurantifolia).
Kulit jeruk nipis memiliki kandungan vitamin C, vitamin A, karotenoid,
folat, limonoid dan flavonoid (Jacob et al, 2000).

Besar Masalah
Infeksi
pada
lukaterhadap
bakarkanker
dapat
Di Indonesia,
pengobatan
70% dilakukan
dengan radioterapi, 20-25% fase
dengan inflamasi
pembedahan dandan
5-10%
memperpanjang
dengan kemoterapi (Tjindarbumi dan Mangunkusumo,
memperlama
proses
2002).
Kegagalan yang sering terjadi dalam usaha pengobatan
kanker, terutama melalui kemoterapi, lebih dikarenakan
berkurangnya efikasi agen kemoterapi akibat adanya
mekanisme multi drug resistance (Conze, 2001), sehingga
alternatif terapi sebagai antikanker salah satunya adalah
dengan obat tradisional.

Kronologi

Limonoid mampu menghambat senyawa karsinogen yang


membahayakan. (Balai Besar Penelitian dan Pengembangan
Pascapanen Pertanian, 2009).
Penelitian mengenai manfaat buah jeruk sebagai anti kanker dan
antioksidan pernah dilakukan pada tahun 2002 (Silalahi, 2002).
Pemberian 20mg/kg hesperetin (flavonoid) dari ekstrak kulit jeruk
yang diberikan per-oral selama 15 hari dapat menghambat
karsinogenesis ca colon yang terjadi pada hewan coba tikus
(Meiyanto et al., 2012).
Hesperidin (flavonoid) menunjukkan efek toksik pada beberapa sel
kanker. Perlakuan hesperidin 5 M, 50 M dan 100 M
meningkatkan efek sitotoksik doxorubicin 200 nM dibandingkan
perlakuan doxorubicin tunggal. Efek sitotoksik terbesar diperoleh
pada kombinasi doxorubicin 200 nM dan hesperidin 100 M.
Kombinasi doxorubicin 200 nM dan hesperidin 100 M juga
menunjukkan pemacuan apoptosis sel MCF-7 (Hermawan et al.,
2010).

Kronologi
Hesperidin dari kulit jeruk nipis menunjukkan aktivitas
anti kanker pada sel MCF-7 dengan menghambat ekspresi
dari Cyclin-dependent kinase 2 (CDK 2), Cyclindependent kinase 4 (CDK 4)/Cyclin D dan meningkatkan
ekspresi Cyclin-dependent kinase inhibitor p21 (Choi,
2007).
Aktifitas proliferasi sel kanker payudara dapat dilihat
menggunakan uji doubling time. Uji doubling time
dilakukan dengan cara mengamati lama waktu yang
dibutuhkan suatu sel untuk membelah menjadi dua
(Nurulita et al., 2007).

Upaya penyelesaian
Penelitian ini merupakan penelitian secara
invitro dengan subjek uji sel MCF-7. Ekstrak
kulit jeruk nipis yang digunakan dosis IC50,
IC50, IC50 untuk mengetahui aktivitas
proliferasi sel MCF-7 yang diamati lewat
doubling time.

Perumusan Masalah
Apakah pemberian ekstrak kulit jeruk nipis
(Citrus aurantifolia) berpengaruh terhadap
aktivitas proliferasi sel kanker payudara
MCF-7 ?

Tujuan Penelitian

Tujua
n
Umu
m

Mengetahui pengaruh
ekstrak
biji
jintan
hitam (Nigella sativa
linn) terhadap jumlah
limfosit
pada
tikus
putih
jantan
galur
wistar
(Rattus
norvegicus)
yang
diinfeksi
oleh
Staphylococcus
aureus.

Tujuan Penelitian

Tujua
n
Khus
us

Mengetahui pengaruh ekstrak biji jintan


hitam (Nigella sativa linn) terhadap jumlah
limfosit dengan dosis 135 mg/hari pada
tikus putih jantan galur wistar (Rattus
norvegicus)
sebelum
diinfeksi
oleh
Staphylococcus aureus (adjuvant).
Mengetahui pengaruh ekstrak biji jintan
hitam (Nigella sativa linn) terhadap jumlah
limfosit dengan dosis 135 mg/hari pada
tikus putih jantan galur wistar (Rattus
norvegicus) sebelum dan sesudah diinfeksi
oleh
Staphylococcus
aureus
(immunomodulator).
Mengetahui pengaruh ekstrak biji jintan
hitam (Nigella sativa linn) terhadap jumlah
limfosit dengan dosis 135 mg/hari pada
tikus putih jantan galur wistar (Rattus
norvegicus)
sesudah
diinfeksi
oleh

Manfaat Penelitian
Manfaat Teoritis

BAB II

Kerangka Teori
Ekstrak kulit jeruk
nipis

Kadar
Flavonoid

Kadar
Limonoid

Kadar
P53

Setressor
kimia
Setressor
radiasi
Setressor
virus

Kadar CDKI
P21

Kadar Siklin
D/CDK4

Kadar CDK2

Proliferasi
sel MCF7

Doubling
time

Kerangka Konsep
Ekstrak kulit jeruk
nipis (Citrus
aurantifolia)

Proliferasi sel
MCF-7 kanker
payudara

Hipotesis

Hipote
sis

Terdapat
pengaruh
ekstrak biji jintan hitam
(Nigella sativa Linn.)
terhadap
jumlah
limfosit
pada
tikus
putih
jantan
galur
wistar
(Rattus
norvegicus)
yang
diinfeksi
oleh
Staphylococcus aureus.

BAB III

Jenis dan Rancangan Penelitian


Jenis
Penelitian

Eksperimenta
l

Post test only


Rancangan
control group
Penelitian
design

Variabel Penelitian
Ekstrak biji
jintan hitam
(Nigella
sativa L.)

Variabel
Bebas

Jumlah
Limfosit

Variabel
Tergantu
ng

Definisi Operasional
Variabel Bebas

Definisi Operasional
Variabel Tergantung

Populasi dan sampel penelitian

Populasi Target
Populasi penelitian ini
adalah tikus putih jantan
galur wistar (Rattus
norvegicus)

Populasi dan sampel penelitian


Populasi Terjangkau
Tikus putih jantan galur wistar (Rattus
norvegicus) yang dikondisikan di
Laboratorium Biologi Fakultas
Kedokteran Universitas Islam Sultan
Agung saat penelitian dilakukan.

Instrumen dan Bahan Penelitian


Instrumen Penelitian :

flaskmedia,
inkubator,
tissue culture cluster 96,
nebauer hemocytometer,
mikroskop,
labu erlenmeyer,
timbangan,

Bahan Penelitian :

Kulit jeruk nipis 1 kg


Etanol 80%
Sel MCF-7
Media DMEM (Dulbeccos Modified Eagles
Medium) yang mengandung 5% Fetal Bovine Serum,
1% penisilin-streptomicin, 1% fungizon,
Larutan tripsin-EDTA 0,25%
trypan blue

Cara Penelitian

Ekstraksi kulit jeruk nipis (Citrus aurantiifolia)


Biji jintan hitam (berwarna hitam pekat, agak kering dan
tidak busuk) sebanyak 300 gram dikeringkan dalam
almari pengering dengan suhu 45C selama tiga jam
Biji dihaluskan menjadi serbuk dengan mesin penyerbuk
dan disaring dengan saringan berdiameter lubang 1 mm
Serbuk biji jintan hitam diekstrak dengan cara maserasi
menggunakan pelarut ethanol 95% sebanyak 3000 ml, diaduk
selama 30 menit dan didiamkan 24 jam, setelah itu disaring
dan diulang tiga kali sehingga didapatkan ampas dan filtrat

Filtrat kemudian diuapkan dengan vacuum rotary


evaporator pemanas water bath dengan suhu 70C. Dari
proses ini didapatkan ekstrak kental biji jintan hitam

Ekstrak kental kemudian dituang dalam cawan


porselin dan dipanaskan dengan water bath sambil
terus diaduk sampai semua etanol hilang

Didapatkan ekstrak biji jintan hitam 100%


sebanyak 20 ml atau 18 gram yang siap digunakan

Dosis ekstrak biji jintan hitam yang diberikan pada


tikus jantan galur wistar (Rattus norvegicus) adalah
135 mg/hari.

Pengkulturan sel MCF-7


Bakteri Staphylococcus aureus ditumbuhkan pada
media Nutrient Broth dan diinkubasi pada suhu 37C
selama 24 jam

Kultur tersebut disentrifugasi dan dimasukkan dalam


larutan NaCl fisiologis steril
Suspensi bakteri tersebut kemudian dilarutkan
dalam larutan NaCl dan menghasilkan kepekatan
bakteri 1x108 bakteri/ml
Bakteri yang disuntikkan pada tikus adalah 100 ml
pada dosis suspensi bakteri Staphylococcus aureus
1x108 bakteri/ml

Mikropipet dan tabung penampung darah heparin


diambil.
Mikropipet ditusukkan perlahan-lahan pada
intraperitoneal.

Mikropipet diputar perlahan-lahan sampai darah


keluar.
Darah yang keluar ditampung pada krayo tube.
Setelah volume darah yang diperoleh dianggap
cukup, cabut mikropipet dan bersihkan sisa darah
yang terdapat di intraperitoneal dengan kapas steril.
Darah dihomogenkan kemudian masukkan ke jarum
sampling hematology analyzer sampai dasar
tabung.

Uji Antiproliferasi

ditambahkan 100 l ekstrak yang akan diuji antiproliferasi dengan

transfer ke

Perlakuan
Kelompok 1
(Kontrol
Negatif)

Tikus yang tidak diberi ekstrak


biji jintan hitam (Nigella sativa L.)
dan
tidak
diinfeksi
Staphylococcus aureus

Kelompok 2
(Kontrol
Positif)

Tikus yang tidak diberi ekstrak biji


jintan hitam (Nigella sativa L.) tetapi
diinfeksi
Staphylococcus
aureus
secara intraperitoneal pada hari ke 9

Kelompok
3

Tikus yang diberi ekstrak biji jintan


hitam (Nigella sativa L.) dosis 135
mg/hari pada hari ke 8 dan diinfeksi
Staphylococcus
aureus
secara
intraperitoneal pada hari ke 9
(adjuvant)

Kelompok 3

Alur Penelitian
Persiapan dan Pengumpulan
Bahan

Penjagaan dan Perizinan


Tempat

Pengkulturan Sel MCF-7

Kontrol Negatif

Inkubasi 24 jam

Pembuatan Ekstrak kulit jeruk

IC50

IC50

Inkubasi 48 jam

Hitung Jumlah Sel MCF-7

Pengumpulan data

Analisa data dengan


komputerisasi

IC50

Inkubasi 72 jam

Tempat dan Waktu Penelitian


Tempat

Terima Kasih

Vous aimerez peut-être aussi