Vous êtes sur la page 1sur 41

ASMA BRONKHIAL

dan PERAWATANNYA
Ns. edi syahputra,skep.

Defenisi
Asma bronchial adalah suatu penyakit
dengan ciri meningkatnya respon
trakea dan bronkus terhadap berbagai
rangsangan dengan manifestasi
adanya penyempitan jalan nafas yang
luas dan derajatnya dapat berubahubah baik secara spontan maupun
hasil dari pengobatan ( The American
Thoracic Society ).

Lanj
Gangguan inflamasi kronik pada
saluran napas
Melibatkan banyak sel-sel radang
(eosinofil, sel mast, leukotrien, dll)
Terjadi hiperresponsif jalan napas thd
berbagai rangsangan
Ditandai dg obstruksi jalan napas yg
bersifat reversibel dengan atau tanpa
pengobatan

Etiologi
Faktor predisposisi
Genetik --> Ig E

Faktor presipitasi

Alergen
Perubahan cuaca
Stres
Lingkungan kerja
Olahraga/ aktifitas jasmani yang berat

Alergen
Dimana alergen dapat dibagi menjadi 3
jenis, yaitu :
1. Inhalan, yang masuk melalui saluran
pernapasan,, ex: debu, bulu binatang,
serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan
polusi
2. Ingestan, yang masuk melalui mulut,, ex:
makanan dan obat-obatan
3. Kontaktan, yang masuk melalui kontak
dengan kulit,, ex: perhiasan, logam dan jam
tangan

Perubahan cuaca
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang
dingin sering mempengaruhi asma.
Atmosfir yang mendadak dingin merupakan
faktor pemicu terjadinya serangan asma.
Kadang-kadang serangan
berhubungan dengan musim, seperti:
musim hujan, musim kemarau, musim
bunga. Hal ini berhubungan dengan arah
angin serbuk bunga dan debu.

Stress
Dapat menjadi pencetus serangan asma,
selain itu juga bisa memperberat
serangan asma yang sudah ada.
Disamping gejala asma yang timbul
harus segera diobati penderita asma
yang mengalami stress/gangguan emosi
perlu diberi nasehat untuk
menyelesaikan masalah pribadinya ->
jika stressnya belum diatasi maka gejala
asmanya belum bisa diobati.

Lingkungan kerja
Mempunyai hubungan langsung
dengan sebab terjadinya serangan
asma. Hal ini berkaitan dengan
dimana dia bekerja. Misalnya orang
yang bekerja di laboratorium hewan,
industri tekstil, pabrik asbes, polisi
lalu lintas. Gejala ini membaik pada
waktu libur atau cuti.

Olah raga/ aktifitas jasmani yang


berat
Sebagian besar penderita asma akan
mendapat serangan jika melakukan
aktifitas jasmani atau aloh raga yang
berat. Lari cepat paling mudah
menimbulkan serangan asma. Serangan
asma karena aktifitas biasanya terjadi
segera setelah selesai aktifitas tersebut.

Asma ditandai dengan kontraksi spastic dari


otot polos bronkhiolus yang menyebabkan
sukar bernafas. Penyebab yang umum
adalah hipersensitivitas bronkhioulus
terhadap benda-benda asing di udara.
Reaksi yang timbul pada asma tipe alergi
diduga terjadi dengan cara sebagai
berikut : seorang yang alergi mempunyai
kecenderungan untuk membentuk sejumlah
antibody Ig E abnormal dalam jumlah besar
dan antibodi ini menyebabkan reaksi alergi
bila reaksi dengan antigen spesifikasinya.

Pada asma, antibody ini terutama melekat pada sel


mast yang terdapat pada interstisial paru yang
berhubungan erat dengan brokhiolus dan bronkhus
kecil.
Bila seseorang menghirup alergen maka antibody Ig E
orang tersebut meningkat, alergen bereaksi dengan
antibodi yang telah terlekat pada sel mast dan
menyebabkan sel ini akan mengeluarkan berbagai
macam zat, diantaranya histamin, zat anafilaksis yang
bereaksi lambat (yang merupakan leukotrient), faktor
kemotaktik eosinofilik dan bradikinin.
Efek gabungan dari semua faktor-faktor ini akan
menghasilkan adema lokal pada dinding bronkhioulus
kecil maupun sekresi mucus yang kental dalam lumen
bronkhioulus dan spasme otot polos bronkhiolus
sehingga menyebabkan tahanan saluran napas menjadi
sangat meningkat

Pada asma , diameter bronkiolus lebih


berkurang selama ekspirasi daripada selama
inspirasi karena peningkatan tekanan dalam
paru selama ekspirasi paksa menekan bagian
luar bronkiolus. Karena bronkiolus sudah
tersumbat sebagian, maka sumbatan
selanjutnya adalah akibat dari tekanan
eksternal yang menimbulkan obstruksi berat
terutama selama ekspirasi. Pada penderita
asma biasanya dapat melakukan inspirasi
dengan baik dan adekuat, tetapi sekali-kali
melakukan ekspirasi.
Hal ini menyebabkan dispnea. Kapasitas residu
fungsional dan volume residu paru menjadi
sangat meningkat selama serangan asma
akibat kesukaran mengeluarkan udara
ekspirasi dari paru. Hal ini bisa menyebabkan
barrel chest.

Patogenesa:
Pencetus/trigger (alergen, virus, iritan,
psikis) -> hiperresponsif saluran napas
-> reaksi imunologik dan atau gangguan
keseimbangan biokimia / neurohumoral
(pelepasan mediator humoral; histamin,
SRS-A, serotonin, kinin) -> inflamasi
akut (reaksi asma tipe cepat dan tipe
lambat) -> bronkospasme, edema,
hipersekresi mukus --> inflamasi kronik
& airway remodeling

Diagnosa:
1. Anamnesa
2. P/ fisik
3. P/ penunjang: foto toraks, faal paru,
uji provokasi bronkus, status alergi (skin
test, Ig E, eosinofil)
Anamnesa:
Serangan bersifat episodik, reversibel
Memburuk malam & dini hari
Pencetus (+), respons bronkodilator (+)
Riw. Keluarga, alergi, penyakit lain

Pemeriksaan FISIK:
Dpt normal, kadang wheezing (+),
ekspirasi memanjang
Serangan ringan -> wheezing akhir
ekspirasi paksa
Serangan berat -> wheezing dpt tdk
terdengar, px sianosis, gelisah, takikardi,
retraksi ICS, penggunaan otot bantu
napas

Pemeriksaan Penunjang:
Foto toraks -> normal diluar serangan,
hiperinflasi saat serangan, adanya
penyakit lain
Faal paru (spirometri / PEFR) -> menilai
berat obstruksi, reversibilitas, variabilitas
Uji provokasi bronkus -> membantu dx
Status alergi -> skin prick test, Ig E, eosinofil count

Diagnosa banding:
Dewasa:
PPOK, bronkitis kronis, gagal jantung
kongestif, obstruksi krn tumor,
disfungsi larings, emboli paru
Anak:
Corpus alienum,
laringotrakeomalasia, limfadenopati,
bronkiolitis, stenosis trakea, tumor

Klassifikasi derajat berat


asma

Klassifikasi

1. Tingkat I :
o Secara klinis normal tanpa kelainan pemeriksaan fisik dan fungsi paru.
o Timbul bila ada faktor pencetus baik di dapat alamiah maupun dengan test
provokasi bronkial di laboratorium.
2. Tingkat II :
o Tanpa keluhan dan kelainan pemeriksaan fisik tapi fungsi paru menunjukkan
adanya tanda-tanda obstruksi jalan nafas.
o Banyak dijumpai pada klien setelah sembuh serangan.
3. Tingkat III :
o Tanpa keluhan.
o Pemeriksaan fisik dan fungsi paru menunjukkan adanya obstruksi jalan
nafas.
o Penderita sudah sembuh dan bila obat tidak diteruskan mudah diserang
kembali.

4. Tingkat IV :
o Klien mengeluh batuk, sesak nafas dan nafas berbunyi
wheezing.
o Pemeriksaan fisik dan fungsi paru didapat tanda-tanda
obstruksi jalan nafas.
5. Tingkat V :
o Status asmatikus yaitu suatu keadaan darurat medis berupa
serangan asma akut yang berat bersifat refrator sementara
terhadap pengobatan yang lazim dipakai.
o Asma pada dasarnya merupakan penyakit obstruksi jalan
nafas yang reversibel. Pada asma yang berat dapat timbul
gejala seperti : Kontraksi otot-otot pernafasan, cyanosis,
gangguan kesadaran, penderita tampak letih, takikardi.

KlassiFikasi berdasar penyebab


1. Ekstrinsik (alergik)

Ditandai dengan reaksi alergik yang disebabkan oleh faktor-faktor pencetus yang
spesifik, seperti debu, serbuk bunga, bulu binatang, obat-obatan (antibiotic dan aspirin)
dan spora jamur. Asma ekstrinsik sering dihubungkan dengan adanya suatu predisposisi
genetik terhadap alergi. Oleh karena itu jika ada faktor-faktor pencetus spesifik seperti
yang disebutkan di atas, maka akan terjadi serangan asma ekstrinsik.

2. Intrinsik (non alergik)

Ditandai dengan adanya reaksi non alergi yang bereaksi terhadap pencetus yang tidak
spesifik atau tidak diketahui, seperti udara dingin atau bisa juga disebabkan oleh adanya
infeksi saluran pernafasan dan emosi. Serangan asma ini menjadi lebih berat dan sering
sejalan dengan berlalunya waktu dan dapat berkembang menjadi bronkhitis kronik dan
emfisema. Beberapa pasien akan mengalami asma gabungan.

3. Asma gabungan

Bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai karakteristik dari bentuk alergik
dan non-alergik.

Penatalaksanaan
Tujuan:
Menghilangkan & mengendalikan gejala asma
Mencegah eksaserbasi akut
Meningkatkan & mempertahankan faal paru
optimal
Mengupayakan aktivitas normal (exercise)
Menghindari ESO
Mencegah airflow limitation irreversible
Mencegah kematian

1. Saat Serangan:
Reliever/Pelega:

Gol. Adrenergik:

Adrenalin/epinephrine 1 : 1000 --> 0,3 cc/sc


Ephedrine: oral
Short Acting B2-agonis (SABA)
Salbutamol (Ventolin): oral, inj., inh.
Terbutaline (Bricasma): oral, inj., inh.
Fenoterol (Berotec): inh.
Procaterol (Meptin): oral, inh.
Orciprenaline (Alupent): oral, inh.

Gol. Methylxantine:
- Aminophylline: oral, inj.
- Theophylline: oral
Gol. Antikolinergik:
- Atropin: inj
- Ipratropium bromide: inh.
Gol. Steroid:
- Methylprednisolone: oral, inj.
- Dexamethasone: oral, inj.
- Beclomethasone (Beclomet): inh.
- Budesonide (Pulmicort): inh.
- Fluticasone (Flixotide): inh.

Controller/Pengontrol:

Gol. Adrenergik:
- Long-acting B2-agonis (LABA): Salmeterol &
Formoterol: inh.

Gol. Methylxantine:
- Theophylline Slow Release

Gol. Steroid: inh., oral, inj.


Leukotriene Modifiers: Zafirlukast
Cromolyne sodium: inh.
Kombinasi LABA & Steroid: inh.

-> Bila perlu dpt diberikan Antibiotik

2. Diluar serangan:

Menjauhi alergen, bila perlu desensitisasi


Menghindari kelelahan
Menghindari stress psikis
Mencegah/mengobati ISPA sedini mungkin
Olahraga renang, senam asma
Vaksinasi influenza

Pengkajian

Riwayat kesehatan yang lalu:

Kaji riwayat pribadi atau keluarga tentang


penyakit paru sebelumnya.
Kaji riwayat reaksi alergi atau sensitifitas
terhadap zat/ faktor lingkungan.
Kaji riwayat pekerjaan pasien.

Aktivitas

Ketidakmampuan melakukan aktivitas


karena sulit bernapas.
Adanya penurunan
kemampuan/peningkatan kebutuhan bantuan
melakukan aktivitas sehari-hari.
Tidur dalam posisi duduk tinggi.

Pernapasan

Dipsnea pada saat istirahat atau respon


terhadap aktivitas atau latihan.
Napas memburuk ketika pasien berbaring
terlentang ditempat tidur.
Menggunakan obat bantu pernapasan,
misalnya: meninggikan bahu, melebarkan
hidung.
Adanya bunyi napas mengi.
Adanya batuk berulang.

Sirkulasi

Adanya peningkatan tekanan darah.


Adanya peningkatan frekuensi jantung.
Warna kulit atau membran mukosa normal/
abu-abu/ sianosis.
Kemerahan atau berkeringat.

Integritas ego

Ansietas
Ketakutan
Peka rangsangan
Gelisah

Asupan nutrisi
Ketidakmampuan untuk makan karena
distress pernapasan.
Penurunan berat badan karena anoreksia.
Hubungan sosal
Keterbatasan mobilitas fisik.
Susah bicara atau bicara terbata-bata.
Adanya ketergantungan pada orang lain.

Bersihan jalan nafas inefektif


Auskultasi bunyi nafas, catat adanya bunyi nafas, ex: mengi
Kaji / pantau frekuensi pernafasan, catat rasio inspirasi /
ekspirasi.
Catat adanya derajat dispnea, ansietas, distress
pernafasan, penggunaan obat bantu.
Tempatkan posisi yang nyaman pada pasien, contoh :
meninggikan kepala tempat tidur, duduk pada sandara
tempat tidur
Pertahankan polusi lingkungan minimum, contoh: debu,
asap dll
Tingkatkan masukan cairan sampai dengan 3000 ml/ hari
sesuai toleransi jantung memberikan air hangat.
Kolaborasi
Berikan obat sesuai dengan indikasi bronkodilator

Intoleransi aktivitas

Evaluasi respons pasien terhadap aktivitas. Catat


laporan dyspnea peningkatan kelemahan/kelelahan dan
perubahan tanda vital selama dan setelah aktivitas.
Jelaskan pentingnya istirahat dalam rencana
pengobatan dan perlunya keseimbangan aktivitas dan
istirahat.
Bantu pasien memilih posisi nyaman untuk istirahat dan
atau tidur.
Bantu aktivitas keperawatan diri yang diperlukan.
Berikan kemajuan peningkatan aktivitas selama fase
penyembuhan.
Berikan lingkungan tenang dan batasi pengunjung
selama fase akut sesuai indikasi.

Kurang pengetahuan

Diskusikan aspek ketidak nyamanan dari


penyakit, lamanya penyembuhan, dan harapan
kesembuhan.
Berikan informasi dalam bentuk tertulis dan
verbal.
Tekankan pentingnya melanjutkan batuk efektif
atau latihan pernafasan.
Identifikasi tanda atau gejala yang memerlukan
pelaporan pemberi perawatan kesehatan.
Buat langkah untuk meningkatkan kesehatan
umum dan kesejahteraan, misalnya : istirahat
dan aktivitas seimbang, diet baik.

Perubahan nutrisi kurang dr


kebutuhan tubuh

Kaji status nutrisi klien (tekstur kulit, rambut,


konjungtiva).
Jelaskan pada klien tentang pentingnya nutrisi
bagi tubuh.
Timbang berat badan dan tinggi badan.
Anjurkan klien minum air hangat saat makan.
Anjurkan klien makan sedikit-sedikit tapi sering
Kolaborasi
- Konsul dengan tim gizi/tim mendukung nutrisi.
- Berikan obat sesuai indikasi.
- Vitamin & Antiemetik

Evaluasi

Jalan nafas kembali efektif.


Pola nafas kembali efektif.
Kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi.
Klien dapat melakukan aktivitas sehari-hari
secara mandiri.
Pengetahuan klien tentang proses penyakit
menjadi bertambah.

Vous aimerez peut-être aussi