Vous êtes sur la page 1sur 88

LAPORAN

SENSUS SOSIAL EKONOMI


MASYARAKAT KAMPAR 2015

Lembaga Penelitian dan Pengabdian


kepada Masyarakat (LPPM)

Universitas Andalas

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG
Dalam
upaya
mempercepat
pemerataan
pembangunan dan meningkatkan kesejahteraan
rakyat, Pemerintah Daerah Kabupaten Kampar
membuat kebijakan dengan nama Lima Pilar
Pembangunan, yaitu: (a) peningkatan akhlak dan
moral, (b) pengembangan ekonomi rakyat, (c)
peningkatan sumber daya manusia, (d) peningkatan
pelayanan
kesehatan
dan
(e)
peningkatan
infrastruktur.
Lima Pilar itu kemudian dikerucutkan menjadi 3 (tiga)
Zero, yaitu: (1) Zero Kemiskinan, (2) Zero
Pengangguran, dan (3) Zero Rumah Kumuh. Dengan
pengerucutan itu, Pemda Kampar menargetkan agar
kemiskinan, pengangguran, dan rumah kumuh dari
tahun ke tahun terus menurun bahkan hingga zero.
Pencapaian target tiga zero itu dilakukan melalui
berbagai
program,
antara
lain
pelatihan
1

Pusat Pelatihan Pertanian dan Pedesaan Swadaya

(P4S) Terpadu Karya Nyata merupakan salah satu


kebijakan Pemda Kampar dalam rangka memajukan
dan mengangkat derajat dan ekonomi masyarakat
Kampar
untuk
mengurangi
kemiskinan,
pengangguran, dan rumah kumuh.
P4S Karya Nyata adalah areal percontohan Program
warga Mandiri Pangan dan Energi (RTMPE) yang
secara khusus melatih masyarakat, terutama para
pemuda di bidang pertanian, peternakan dan energi
dengan rasio 30 persen untuk teori dan sekitar 70
persen praktek langsung, seperti menanam sayuran,
beternak, dan mengolah kotoran ternak. Program
tersebut merupakan program pemanfaatan lahan
sempit, (sekitar seribu meter persegi), misalnya

Kebijakan P4S Terpadu Karya Nyata yang telah berjalan

sejak tahun 2012 itu dapat diketahui dampaknya melalui


kegiatan
evaluasi
ilmiah
yang
hasilnya
dapat
dipertanggungjawabkan. Kegiatan evaluasi yang cocok
untuk mengukur efektivitas program-program P4S Terpadu
Karya Nyata terhadap target tiga zero adalah Sensus
Sosial Ekonomi.
Dengan menggunaan metode Sensus, data yang diperoleh
adalah data yang sebenarnya (true value) mengenai
keadaan sosial ekonomi masyarakat Kampar saat ini. Hasil
Sensus tak hanya dapat mengetahui efektivitas suatu
kebijakan, tetapi juga dapat menjadi bahan input bagi
Pemda Kampar dalam membuat kebijakan yang lebih
efektif dan efisien dalam mencapai target tiga zero.

PERMASALAHAN
Dengan Lima Pilar Pembangunan yang dilakukan

secara lebih implementatif dalam bentuk P4S


Terpadu
Karya
Nyata,
Pemda
Kampar
menargetkan warga miskin, warga menganggur,
dan warga yang tinggal di rumah kumuh makin
sedikit atau bahkan tidak ada.
Penelitian ini secara umum mengukur dampak
Lima Pilar Pembangunan dan secara khusus
dampak kebijakan P4S Terpadu Karya Nyata
terhadap
kesejahteraan
masyarakat.
Meningkatnya
kesejahteraan
masyarakat
ditandai dengan menurunnya jumlah warga
miskin, warga menganggur, dan rumah kumuh.
Adapun pertanyaan-pertanyaan penelitian ini
adalah:
1.Berapa persen warga Kampar yang masih4

TUJUAN DAN MANFAAT


Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak

Lima Pilar Pembangunan dan P4S Terpadu Karya


Nyata terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat,
yang ditandai dengan menurunnya jumlah warga
miskin, menganggur, dan berumah kumuh sehingga
diketahui juga persentase warga miskin, warga
menganggur, dan warga yang rumahnya kumuh dari
keseluruhan masyarakat Kampar.
Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan evaluasi
bagi Pemda Kampar atas efektivitas program yang
sudah berjalan untuk kemudian melanjutkan
program tersebut atau merumuskan kembali
program baru yang lebih efektif yang sesuai dengan
potensi daerah dan aspirasi masyarakat.

ASPEK-ASPEK SENSUS
Aspek-aspek dalam Sensus ini meliputi empat hal:
1.Latar
Belakang
Responden,
mencakup:
pendidikan, jumlah anggota keluarga, keterlibatan
dalam program-progrbidang garapan,am ekonomi
Pemda Kampar;
2.Aspek Ekonomi, meliputi: (a) Pekerjaan: lapangan
usaha dari pekerjaan utama, kepemilikan lahan,
sebab-sebab
menganggur,
kebijakan
yang
diharapkan
berkaitan
dengan
pekerjaan;
(b)
Partisipasi dalam Program Pemerintah: keterlibatan
dalam program-program pemerintah, keterlibatan
dalam P4S Terpadu Karya Nyata, kemanfaatan
program P4S, dan tingkat kemudahan akses kredit.
(c) Penghasilan: besaran penghasilan rata-rata
dalam sebulan, jumlah anggota keluarga, tingkat
kecukupan atas kebutuhan warga, besaran simpanan
rata-rata dalam sebulan, (d) Tempat Tinggal: status
6

3.Indeks Kebahagiaan. Bagian ini mengukur tingkat

kebahagiaan hidup masyarakat yang secara ekonomi


tergolong kelompok menengah-bawah. Adapun
indikator kebahagiaan itu meliputi beberapa hal,
yaitu: mengidap penyakit serius, pendidikan,
pekerjaan, jaminan sosial, kenyamanan lingkungan,
kenyaman keluarga dan teman-teman, kecukupan
penghasilan, kebebasan berpendapat, kebebasan
hak pilih, kecukupan waktu, ketenangan menjalani
kegiatan keagamaan.
4.Aspirasi Sosial-Ekonomi, menyangkut harapanharapan masyarakat mengenai kehidupan sosialekonomi di Kampar;
5.Kondisi Lingkungan RT.
Bagian kelima ini
menyertakan pendapat 5013 Ketua RT di seluruh

DEFINISI OPERASIONAL
1.Mengingat ruang lingkup pemetaan sosial ini hampir
sama dengan yang dilakukan Badan Pusat Statistik
(BPS), supaya tidak terjadi pengulangan, maka
aspek-aspek yang sama tidak akan diteliti lagi,
kecuali beberapa yang memang diperlukan untuk
kebutuhan analisis;
2.Menyangkut istilah miskin yang juga diteliti oleh
BPS, disini perlu ditegaskan bahwa miskin yang
dimaksud dalam penelitian ini adalah: warga yang
berpenghasilan kurang dari atau sama dengan 1,3
juta dengan tanggungan satu istri 3 orang anak,
atau warga yang berpenghasilan kurang dari atau
sama dengan 1,5 juta dengan tanggungan satu istri
dan 5 orang anak;
3.Mengenai Indeks Kebahagiaan, perlu disertakan

POPULASI
Populasi

Sensus Sosial
Ekonomi
ini
adalah
masyarakat Kampar yang berada di 21 Kecamatan,
250 Desa/Kelurahan, dan 5013 RT di seluruh
Kabupaten Kampar.
Berdasarkan data 2014 yang tersedia di Bagian
Administrasi
Perekonomian
Sekretariat
Daerah
Kampar, masyarakat yang tergolong berpenghasilan
rendah sebanyak 32.457 warga. Kegiatan Sensus ini
juga mendata ulang warga-warga tersebut.
Namun,
mengingat
keterbatasan
anggaran,
berdasarkan
kesepakatan
dengan
Bagian
Administrasi
Perekonomian
Sekretariat
Daerah
Kampar, jumlah warga yang disensus sebanyak
30.500 warga (kurang lebih sebanyak 95% dari
jumlah tersebut)
yang tersebar di seluruh

Proses pengumpulan data dilakukan secara tatap


PENGUMPULAN DATA

muka (face to face interview) dengan menggunakan


Kuesioner (structured interview). Interview dilakukan
oleh 200 Petugas Sensus yang direkrut dan dilatih
khusus.
Wawancara
dilakukan
dalam
bentuk
dialog,
Kuesioner dibacakan dan diisi oleh Petugas Sensus
dan tidak dibenarkan Responden mengisi sendiri
Kuesioner. Jika terdapat kasus dimana responden
terpilih tidak berada di tempat, maka peneliti harus
kembali (call back) hingga responden dimaksud
dapat diwawancarai;
Petugas Sensus bertugas dengan beban kerja yang
berbeda dan tergantung jumlah warga miskin di
suatu Desa/Kelurahan. Ada yang bertugas di satu
Desa/ Kelurahan ada juga yang di beberapa
Desa/Kelurahan.

SEBARAN DATA WARGA

QUALITY CONTROL
Quality control dilakukan untuk menjaga akurasi dan

realibilitas data yang diperoleh. Kontrol lapangan


dimaksudkan untuk memastikan bahwa Petugas
Sensus bekerja sebagaimana mestinya, baik dari segi
metode maupun pemahaman atas substansi
penelitian.
Quality control dilakukan secara berlapis oleh
Koordinator Lapangan bekerja full di lapangan dan
kegiatan Koordinator Lapangan pun berada dalam
kontrol Supervisor.
Koordinator
Lapangan
melakukan
pengecekan
terhadap 10% responden secara acak. Pengecekan
secara acak ini dimaksudkan untuk mempermudah
pekerjaan tetapi juga bisa memotret sebagian besar
kualitas kegiatan lapangan.

ANALISA DATA
Data diolah dengan menggunakan beberapa metode,
yaitu:
Analisis Deskriptif digunakan untuk memperoleh
distribusi karakteristik
responden dalam aspekaspek tertentu
Analisis Frekuensi Rating yaitu analisis data untuk
menemukan
rating
tertinggi
dengan
mendeskripsikan hal-hal utama yang lebih diterima
oleh masyarakat. Dengan analisis ini dapat diketahui
kecenderungan sesuatu hal.
Analisis tabulasi silang (cross tabulation). Dengan
analisis ini dapat diketahui tipe atau karakter
responden yang menjawab pilihan jawaban tertentu.

ORGANISASI KERJA
Pelaksanaan kegiatan penelitian ini adalah Lembaga
Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat
Universitas Andalas
PENANGGUNG
JAWAB
PROGRAM
MANAGER
PENELITI/ANALIS/
PENGOLAH DATA

KETERANGAN :
Penanggung Jawab = 1 orang;

Program Manager = 1 orang;

Peneliti = 3 orang;

Supervisor = 3 orang;
Koordinator Lapangan = 7 orang

Pewawancara = 200 orang.

SUPERVISOR

KORLAP

KORLAP

KORLAP

PEWAWANCARA

PEWAWANCARA

PEWAWANCARA

JADWAL KEGIATAN

KINERJA PROGRAM TIGA ZERO

LAPANGAN USAHA
LAPANGAN USAHA DARI PEKERJAAN UTAMA

LAPANGAN USAHA DARI PEKERJAAN UTAMA


BERDASARKAN WILAYAH

STATUS KEPEMILIKAN LAHAN

LUAS LAHAN RATA-RATA

JENIS PETERNAKAN UTAMA

ALASAN MENGANGGUR

ALASAN MENGANGGUR BERDASARKAN WILAYAH

PEKERJAAN YANG DIHARAPKAN

PEKERJAAN YANG DIHARAPKAN


BERDASARKAN WILAYAH

ANALISA
Lapangan

usaha warga umumnya adalah berkebun.


Sebanyak 40,8 persen warga mengaku bahwa perkebunan
sebagai pekerjaan utama. Lapangan usaha berikutnya
adalah pertanian, yang meliputi tanaman padi dan
palawija. Jumlah warga yang menanam padi dan palawija
ini jauh di bawah mereka yang berkebun. Hanya 13,5
persen warga yang menjadikan pertanian tanaman padi
dan palawija sebagai pekerjaan utama.
Usaha lain yang menjadi pekerjaan utama warga adalah
perdagangan, jasa bangunan, dan jasa transportasi.
Sebanyak 14,9 persen mengaku berdagang, tukang
bangunan, dan jasa transportasi. Mereka yang berdagang
sebanyak 7,3 persen, tukang bangunan 5,0 persen, dan
jasa transportasi seperti sopir atau ojek 2,6 persen.
Sisanya, sebanyak 18,5 persen adalah warga dengan
usaha yang sangat beragam, meliputi: perikanan tangkap,
2
peternakan,
industri
pengolahan,
hortikultura,

Kecamatan dengan warganya lebih dari 50 persen bekerja

di perkebunan berada di 7 (tujuh) kecamatan, yaitu:


Gunung Sahilan, Kampar Kiri, Kampar Kiri Hilir, Kampar
Utara, Koto Kampar Hulu, Tapung, dan XIII Koto Kampar.
Sementara Kecamatan dengan warga lebih dari 30 persen
berada di 3 (tiga) kecamatan, yaitu: Kampar Kiri Hulu,
Kampar Timur, dan Rumbio Jaya. Sedangkan Kecamatan
dengan persentase warga paling tinggi tidak bekerja (1720%) berada di Kecamatan Kampar, Kuok, dan Tapung Hilir.
Selain memetakan pekerjaan utama warga, Sensus ini juga
mengidentifikasi isu-isu khusus dari pekerjaan utama
tersebut sebagai bentuk pendalaman. Isu-isu khusus yang
didalami meliputi: (a) kepemilikan lahan, (b) luas lahan
rata-rata, (c) jenis-jenis peternakan, dan (d) sebab-sebab
warga tidak bekerja atau menganggur, dan (e) pekerjaan
yang diharapkan.
2
1. Kepemilikan
lahan.
Identifikasi
khusus
mengenai

dan kehutanan. Sebanyak 52,1 persen warga mengaku


bahwa lahan yang mereka gunakan untuk usaha tersebut
adalah milik sendiri. Sisanya, 47,9 persen dalam status
sebagai penggarap, bagi hasil, hak pakai tanah, sewa,
hak guna usaha, tanah desa, hak, negara, hak milik adat,
dan lain-lain. Sementara luas lahan rata-rata umumnya 1
Ha (32,7%) dan lebih dari 2 Ha (21,3%).
2. Jenis peternakan. Identifikasi khusus juga ditujukan
kepada warga yang pekerjaan utamanya peternakan.
warga yang beternak ini umumnya adalah ternak ayam
(49,5%) dan ternah sapi (24,0%). Sisanya, 25,5 persen
warga beternak kambing, itik, kerbau dan lain-lain.
3. Alasan tidak bekerja atau menganggur. Identifikasi
khusus lainnya dilakukan kepada warga yang tidak
bekerja atau menganggur terutama mengenai alasan
12,3 persen responden tidak bekerja. Sebanyak 50,1
2
persen di antaranya karena sudah renta, 12,9 persen

Sisanya, sekitar 35,2 persen warga tidak bekerja atau


menganggur hanya karena terkendala waktu dan
informasi, kesempatan kerja terbatas, tidak mampu
memenuhi syarat yang ditentukan oleh pembuka
lapangan kerja, atau karena kerja musiman. Berdasarkan
wilayah, mereka yang tidak bekerja dengan alasan tua
renta hampir sama di seluruh wilayah. Kecamatan
Kampar, Kampar Kiri Hilir, dan Kuok memiliki persentase
yang tidak bekerja dengan alasan sakit paling tinggi
dibanding kecamatan lain.
4. Bantuan yang diharapkan. Sebanyak 78,5 persen warga
yang tidak bekerja (12,3% dari total warga) memberikan
informasi yang jelas tentang harapan agar mereka bisa
lebih produktif. Harapan paling banyak menyangkut
bantuan tempat dagang (27,(%) dan bantuan lahan usaha
(20,9%). Harapan lainnya berupa: pinjaman modal yang
2
mudah (18,0%), pelatihan keterampilan (7,2%), dan (c)

PARTISIPASI DALAM PROGRAM PEMERINTAH


KEPESERTAAN DALAM PROGRAM
PEMERINTAH

TAHUN MENGIKUTI PROGRAM P4S

JENIS PELATIHAN YANG DIIKUTI

PERHATIAN
YANG
DIHARAPKAN
JENIS USAHA
SETELAH
PELATIHANOLEH
PETANI

JENIS USAHA SETELAH PELATIHAN


BERDASARKAN WILAYAH

MANFAAT

P4S

KEPESERTAAN BANTUAN PERMODALAN

TINGKAT KEMUDAHAN AKSES

KUR

TINGKAT BUNGA

KUR

ANALISA
warga Kampar yang tergolong berperekonomian rendah

mayoritas (> 96%) tidak mengikuti atau tidak terlibat


dalam program-program pemerintah. warga yang pernah
mengikuti program P4S hanya 3,8 persen. Sementara
warga yang pernah mengikuti program pinjaman modal
dana bergulir hanya 1,6 persen dan warga yang pernah
mengikuti program pinjaman modal LPDB melalui PD BPR
Sarimadu hanya 0,9 persen.
Selain memetakan partisipasi warga dalam programprogram pemerintah, Sensus ini juga mengidentifikasi
lebih dalam ketiga program tersebut, baik dari segi
kecenderungan umum minat usaha maupun nilai manfaat
yang didapat serta persepsi mengenai kemudahan akses
dalam program-program terkait
Dalam kurun 2012-1014, warga yang mengikuti Program
P4S (3,8% dari total warga) terus meningkat, sementara
3
tahun 2015 justru menurun. Dari berbagai jenis pelatihan

paling sedikit pesertanya adalah perikanan (13,6%).


Sementara pelatihan non-pertanian, yaitu jahit-menjahit
hanya diikuti 3,2 persen peserta.
Jenis usaha yang menjadi bidang garapan setelah
pelatihan, komposisinya hampir sama dengan jenis
pelatihan yang pernah diikuti. Mereka yang memilih
menjadi peternah sapi dan ayam mencapai 40 persen,
hampir sama dengan peserta pelatihan. Begitu pula untuk
bidang usaha lainnya.
Berdasarkan wilayah kecamatan, jenis usaha yang menjadi
garapan alumni P4S belum merata di semua kecamatan:
(1) terdapat 5 (lima) Kecamatan yang tidak ada warga
dengan usaha ternak ayam, yaitu: Bangkinang, Kampar
Kiri Tengah, Kampar Timur, Kampar Utara, dan Tambang,
(2) terdapat 1 (satu) Kecamatan yang tidak ada warga
dengan usaha ternak sapi, yaitu Salo, (3) terdapat 1 (satu)
4
Kecamatan yang tidak ada warga dengan usaha budidaya

Mengenai kemanfaatan program P4S,

terdapat 83,2
persen warga yang merasakan program tersebut
bermanfaat dan sangat bermanfaat. Hanya 16,8 persen
warga yang menyatakan bahwa program tersebut kurang
bermanfaat dan tidak bermanfaat.
Dari enam jenis bantuan permodalan, hampir semuanya
pernah diperoleh warga meskipun dalam jumlah yang
sangat sedikit. Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKPE) dan Kredit Swamitra Bukopin paling sedikit diikuti
warga dibanding jenis kredit lainnya. Sedangkan kredit
yang lumayan banyak diikuti warga adalah Kredit Usaha
Rakyat (KUR) dan Usaha Ekonomi Desa Simpan-Pinjam
(UED-SP).
Sementara itu, dari segi kemudahan akses terhadap KUR,
hanya 10,1 persen warga yang menyatakan mudah, dan
sekitar 40 persen menyatakan agak sulit, sulit, dan
4
sangat sulit. Sisanya menyatakan tidak tahu.

PENDAPATAN DAN PENGELUARAN


PENDAPATAN RATA-RATA PERBULAN

PENDAPATAN DAN JUMLAH ANAK

PENDAPATAN DAN JUMLAH ANAK

PENDAPATAN DAN JUMLAH ANAK

PENDAPATAN DAN JUMLAH ANAK

PENDAPATAN 1,2-1,4 JUTA DAN JUMLAH ANAK

PENDAPATAN DAN JUMLAH ANAK

PENDAPATAN 1,4-1,6 JUTA DAN JUMLAH ANAK


BERDASARKAN WILAYAH

PENDAPATAN DAN JUMLAH ANAK

PENDAPATAN DAN JUMLAH ANAK

TINGKAT KECUKUPAN ATAS KEBUTUHAN

RATA-RATA MENABUNG

KEPESERTAAN DALAM JAMINAN KESEHATAN

ANALISA
Pendapatan rata-rata perbulan warga mayoritas di bawah Rp. 1

juta. Sebanyak 35,5 persen berpendapatan < Rp. 800 ribu dan
25,3 persen berpendapatan Rp. 800 ribu-Rp. 1 juta. warga yang
berpendapatan Rp. 1 juta -Rp 1,8 juta sekitar 35,0 persen.
Sementara yang berpenghasilan > Rp. 1,8 juta hanya 4,5
persen.
warga yang berpendapatan rata-rata <Rp. 800 ribu-Rp. 1,2 juta
dan >Rp. 1,8 juta umumnya (sekitar 75%) memiliki 1-3 anak.
Sedangkan warga yang berpendapatan Rp. 1,2 juta-Rp. 1,8 juta
umumnya (hampir 80%) memiliki 2-4 anak.
Dengan rata-rata pendapatan sebesar dan jumlah anak
sebanyak itu, sekitar 76 persen warga menyatakan kurang
dan sangat kurang untuk memenuhi kebutuhan pokok, seperti
makan, pakaian, biaya sekolah, dan transportasi.
Karena pendapatan sebesar dan jumlah anak sebanyak itu
kurang dan sangat kurang dalam memenuhi kebutuhan,
maka wajar jika mayoritas warga (90%) tak bisa menabung.
Hanya 10 persen yang bisa menabung, itu pun dalam jumlah tak
seberapa, yaitu sekitar Rp. 500 ribu dan sebagian kecilnya > Rp.

RUMAH/TEMPAT TINGGAL
BANTUAN PERUMAHAN

STATUS KEPEMILIKAN RUMAH

KEADAAAN RUMAH

JUMLAH KK YANG MENEMPATI RUMAH

KELAYAKAN RUMAH

KELAYAKAN RUMAH BERDASARKAN WILAYAH

HARAPAN MEMILIKI RUMAH LAYAK

KEPEMILIKAN KENDARAAN

JENIS BANTUAN YANG PERNAH DITERIMA

ANALISA
Warga yang pernah mendapat bantuan perbaikan atau pembangunan

rumah sangat sedikit, tak sampai 10 persen, baik bantuan rumah layak
huni dari pusat, dari propinsi, maupun dari kabupaten. Rumah yang mereka
huni saat ini umumnya (73%) adalah milik sendiri. Sisanya, 27 persen
adalah rumah milik orangtua, ada juga yang sewa, kontrak atau rumah
dinas, dan lain-lain.
Dari tujuh kriteria rumah warga miskin, masalah yang cukup menonjol
adalah sumber air minum berasal dari sumur/air tidak terlindung/sungai/
air hujan dan bahan bakar untuk memasak sehari-hari menggunakan kayu
bakar/arang/minyak tanah. Sementara yang tidak terlalu menonjol adalah
warga yang tidak menggunakan listrik sebagai sumber penerangan rumah.
Sebagian besar rumah (84,6%) dihuni oleh 1 KK, sementara sisanya
(15,4%) dihuni oleh 2-3 KK dalam satu rumah.
Dengan keadaan rumah seperti dalam kriteria rumah warga miskin
tersebut ditambah penghuninya lebih dari satu KK, hanya sekitar 62 persen
warga mengaku rumahnya layak dan sangat layak. Selebihnya, 38 persen
mengaku kurang layak dan tidak layak. Sebagian besar rumah yang kurang
dan tidak layak itu berada di Kampar Kiri, Koto Kampar Hulu, dan Tapung
Hulu.

Warga yang rumahnya kurang dan tidak layak serta

berharap memiliki rumah layak, yaitu rumah sehat


sederhana umumnya (54,7%) menginginkan tetap
di lokasi tempat tinggal saat ini, sedangkan 24,5
persen menginginkan pindah lokasi.
Jenis bantuan yang pernah diterima oleh warga
umumnya (57,4%) adalah raskin (beras miskin).
Selebihnya adalah bantuan tunai langsung (BLT),
zakat, infaq, sedekah, dan bantuan sosial.

ASPIRASI MASA DEPAN

PENILAIAN ATAS PERHATIAN


PEMERINTAH TERHADAP PETANI

MASALAH UTAMA PERTANIAN

PERHATIAN TERHADAP PETANI


YANG DIHARAPKAN

LAPANGAN USAHA YANG TERASA


MENINGKATKAN PENGHASILAN

JENIS USAHA PERTANIAN YANG TERASA


MENINGKATKAN PENGHASILAN

JENIS USAHA PERINDUSTRIAN YANG TERASA


MENINGKATKAN PENGHASILAN

JENIS USAHA YANG DIHARAPKAN


SESUAI KETERAMPILAN

ANALISA
Sebagian

besar
masyarakat
menilai
bahwa
perhatian
pemerintah terhadap petani belum ada peningkatan yang
berarti. Sebanyak 37,4 persen warga menilai bahwa perhatian
pemerintah sama seperti waktu-waktu sebelumnya bahkan 28,8
persen menilai makin berkurang. Hanya 16,1 yang mengaku
makin baik atau bertambah baik.
Dari sekian masalah sektor pertanian, masalah utama yang
dihadapi para petani saat ini adalah harga jual yang rendah
(53,1%). Masalah lainnya adalah harga pupuk yang mahal
(10,3%) dan lahan yang terbatas. Meski sumber air yang
terbatas dan bibit kurang berkualitas menjadi bagian dari
masalah pertanian, tapi tak banyak merasakan hal tersebut.
Perhatian pemerintah yang paling diharapkan oleh para petani
adalah memfasilitasi distribusi dan pemasaran (24,3%). Selain
itu, peningkatan ketersediaan pupuk (17,2%), memberikan
bantuan teknologi pertanian (14,8%), memperbaikin sumber
irigasi (11,2%), dan penyediaan bibit unggul (4,7).

Masyarakat Kampar juga mengaku bahwa sektor pertanian sebagai

lapangan usaha yang paling terasa meningkatkan penghasilan. Hal ini


dirasakan oleh 48,9 persen warga. Lapangan usaha lainnya, dengan
persentase yang lebih rendah, adalah perdagangan (18,9%),
perindustrian (3,4%), pertambangan (2,1%) dan perhubungan (1,7%).
Dari beberapa sub-sektor pertanian, jenis usaha yang paling terasa
meningkatkan penghasilan adalah sektor perkebunan. Sektor ini
dirasakan oleh 49,5% warga. Sektor lainnya adalah hortikultura (15,0%),
peternakan (6,4%), dan perikanan (4,0%). Sedangkan dari sub-sektor
perindustrian, jenis usaha yang paling terasa meningkatkan perhasilan
adalah industri pangan (makanan olahan). Sub-sektor ini dirasakan oleh
31,2 persen warga. Sub-sektor lainnya adalah industri bahan bangunan,
industri kerajinan, dan industri logam.
Sementara itu, jenis usaha yang diharapkan oleh warga sesuai dengan
keterampilan yang mereka miliki umumnya mencakup tiga hal, yaitu:
perkebunan, pertanian tanaman padi dan palawija serta perdagangan.
Jenis usaha lainnya adalah peternakan dan hortikultura.

INDEKS KEBAHAGIAAN

ANALISA
Indeks kebahagiaan yang diukur berdasarkan 10 (sepuluh) indikator

menunjukkan bahwa indikator dengan nilai rendah mencakup empat


hal, yaitu: pendidikan, pekerjaan, jaminan sosial, dan ketercukupan
atas pendapatan rata-rata perbulan. Sementara indikator dengan nilai
sedang meliputi dua hal, yaitu: bebas dari penyakit serius dan bebas
berekspresi dalam urusan politik. Sedangkan indikator dengan nilai
tinggi mencakup lima hal, yaitu: kenyamanan lingkungan tetangga,
kenyamanan
bersama
keluarga
dan
sahabat,
kebebasan
menggunakan hak pilih, kecukupan waktu bersama keluarga, dan
ketenangan menjalankan ibadah, seni, dan olahraga.
Setelah diakumulasikan nilai rata-rata dari seluruh indikator tersebut,
didapat nilai rata-rata 2,50. Ini artinya bahwa secara keseluruhan
warga kurang bahagia. Hal ini berkorelasi dengan rendahnya
pendapatan yang tidak mencukupi kebutuhan, atau jenis pekerjaan
yang tidak menentu dan tidak memberi jaminan yang pasti di masa
tua dan faktor-faktor lainnya.

KESIMPULAN DAN
REKOMENDASI

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisa atas data yang diperoleh dari


kegiatan Sensus Sosial Ekonomi Masyarakat Kampar 2015,
maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1.Aspek Zero Pengangguran
a.Meski sebagian besar warga memiliki pekerjaan atau
lapangan usaha utama, namun masih ada warga yang
tidak memiliki pekerjaan atau menganggur, baik karena
alasan fisik yang sudah tidak memungkinkan untuk
bekerja maupun karena keterbatasan akses dan
kesempatan kerja serta kurang memiliki keterampilan.
Padahal sebenarnya mereka masih mampu meninggalkan
rumah/keluarga dan dapat berpeluang bekerja jenis
pekerjaan tertentu.
b.Warga yang tidak bekerja atau menganggur itu hampir
tersebar di semua Kecamatan. Tiga kecamatan dengan

dengan warga yang tidak bekerja atau menganggurnya


paling tinggi adalah Kecamatan Kampar, Kuok, dan
Tapung Hilir.
c. Warga yang lapangan usahanya memerlukan lahan,
dengan rata-rata luas lahan tidak lebih dari 1,5 Ha,
umumnya bukanlah lahan hak milik. Karena itu, bantuan
yang mereka harapkan adalah tempat atau lahan
usaha/dagang
dan
pinjaman
modal.
Selain
itu,
masyarakat juga mengharapkan pelatihan keterampilan
dan proyek-proyek padat karya. Masyarakat yang
mengharapkan pelatihan keterampilan umumnya berasal
dari Bangkinang, Kampar Kiri Hilir, dan Tapung Hilir.
Sedangkan masyarakat yang mengingingkan proyek pada
karya kebanyakan berasal dari Perhentian Raja, Siak Hulu,
dan Tapung Hulu.
d.Dibanding program pinjaman modal, baik dana bergulir
8
maupun LPDB melalui PD BPR Sarimadu, akses dan

e. Masyarakat yang terlibat atau menjadi peserta bantuan

permodalan, dengan jumlah secara keseluruhan sangat


sedikit (<6%), selain mengaku bunga masih tinggi, tetapi
juga
aksesnya
masih
sulit.
Karena
itu,
untuk
meningkatkan
partisipasi
warga
dalam
bantuan
permodalan itu, perlu mempermudah akses dan
meringankan bunganya.
2. Aspek Zero Kemiskinan
f. Rumah tangga dengan berpendapatan rata-rata Rp. 1,2
juta umumnya memiliki 1-3 orang anak. Sementara yang
berpendapatan rata-rata antara Rp. 1,2 sampai dengan
Rp. 1,8 juta umumnya memiliki 2-3 orang anak. Rumah
tangga yang berpendapatan rata-rata Rp. 1,2-1,4 juta
dengan tiga orang anak jumlahnya mencapai sepertiga
dari jumlah rumah tangga yang teridentifikasi sebagai
8
rumah tangga miskin. Sedangkan rumah tangga yang

b. Kecamatan dengan jumlah rumah tangga lebih dari 50

persen berpendapatan Rp. 1,2-1,4 juta dengan 3 orang


anak berada di empat kecamatan, yaitu: Kampar, Kampar
Timur, Koto Kampar Hulu, XIII Koto Kampar. Sedangkan
kecamatan dengan jumlah rumah tangga lebih dari 15
persen berpendapatan Rp. 1,4-1,6 juta dengan 5 orang
anak berada di dua kecamatan, yaitu: Kuok dan Tapung
Hulu.
c. ampar, Kampar Timur, Koto Kampar Hulu,
XIII Koto
Kampar. yang terlibat atau menjadi peserta bantuan
permodalan, dengan jumlah secara keseluruhan sangat
sedikit (<6%), selain mengaku bunga masih tinggi, tetapi
juga
aksesnya
masih
sulit.
Karena
itu,
untuk
meningkatkan
partisipasi
warga
dalam
bantuan
permodalan itu, perlu mempermudah akses dan
meringankan bunganya.

tergolong miskin. Selain pernah mendapat bantuan


rumah layak huni, rumah/tempat tinggal sebagian
masyarakat juga dihuni oleh lebih dari satu kepala
keluarga.
b. Tinggi kondisi rumah/tempat tinggal yang tergolong
miskin dan dihuni oleh 2-3 KK ini berkorelasi dengan
pengakuan sebagian masyarakat yang menganggap
bahwa rumah/tempat tinggalnya kurang atau tidak layak
yang tersebar hampir merata di semua kecamatan.
c. Oleh karena itu, masyarakat yang rumah/tempat
tinggalnya kurang atau tidak layak ini mengharapkan
bantuan pembangunan rumah sederhana sehat, baik
pindah lokasi maupun tetap di lokasi yang saat ini mereka
tempati.

REKOMENDASI

Dalam rangka mempercepat peningkatan kesejahteraan


masyarakat melalui penenuhan tiga aspek, yaitu pekerjaan
yang mapan, pendapatan yang mencukupi kebutuhan, dan
tempat tinggal yang layak, kami merekomendasikan hal-hal
berikut:
1. Peningkatan keterampilan melalui diklat-diklat atau
optimalisasi fungsi P4S sebagai pembuka akses dan
kesempatan berwirausaha;
2. Fasilitasi distribusi dan pemasaran produk pertanian dan
peningkatan ketersediaan pupuk;
3. Peningkatan mutu produk industri pangan (makan olahan)
agar memiliki nilai jual yang kompetitif;
4. Penyediaan bibit unggul, baik untuk perkebunan maupun
tanaman padi dan palawija.
5. Perluasan akses dan jangkauan informasi kesempatan
8
kerja dan jaminan sosial untuk semua lapisan masyarakat;

TERIMA KASIH

Vous aimerez peut-être aussi