Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Universitas Andalas
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Dalam
upaya
mempercepat
pemerataan
pembangunan dan meningkatkan kesejahteraan
rakyat, Pemerintah Daerah Kabupaten Kampar
membuat kebijakan dengan nama Lima Pilar
Pembangunan, yaitu: (a) peningkatan akhlak dan
moral, (b) pengembangan ekonomi rakyat, (c)
peningkatan sumber daya manusia, (d) peningkatan
pelayanan
kesehatan
dan
(e)
peningkatan
infrastruktur.
Lima Pilar itu kemudian dikerucutkan menjadi 3 (tiga)
Zero, yaitu: (1) Zero Kemiskinan, (2) Zero
Pengangguran, dan (3) Zero Rumah Kumuh. Dengan
pengerucutan itu, Pemda Kampar menargetkan agar
kemiskinan, pengangguran, dan rumah kumuh dari
tahun ke tahun terus menurun bahkan hingga zero.
Pencapaian target tiga zero itu dilakukan melalui
berbagai
program,
antara
lain
pelatihan
1
PERMASALAHAN
Dengan Lima Pilar Pembangunan yang dilakukan
ASPEK-ASPEK SENSUS
Aspek-aspek dalam Sensus ini meliputi empat hal:
1.Latar
Belakang
Responden,
mencakup:
pendidikan, jumlah anggota keluarga, keterlibatan
dalam program-progrbidang garapan,am ekonomi
Pemda Kampar;
2.Aspek Ekonomi, meliputi: (a) Pekerjaan: lapangan
usaha dari pekerjaan utama, kepemilikan lahan,
sebab-sebab
menganggur,
kebijakan
yang
diharapkan
berkaitan
dengan
pekerjaan;
(b)
Partisipasi dalam Program Pemerintah: keterlibatan
dalam program-program pemerintah, keterlibatan
dalam P4S Terpadu Karya Nyata, kemanfaatan
program P4S, dan tingkat kemudahan akses kredit.
(c) Penghasilan: besaran penghasilan rata-rata
dalam sebulan, jumlah anggota keluarga, tingkat
kecukupan atas kebutuhan warga, besaran simpanan
rata-rata dalam sebulan, (d) Tempat Tinggal: status
6
DEFINISI OPERASIONAL
1.Mengingat ruang lingkup pemetaan sosial ini hampir
sama dengan yang dilakukan Badan Pusat Statistik
(BPS), supaya tidak terjadi pengulangan, maka
aspek-aspek yang sama tidak akan diteliti lagi,
kecuali beberapa yang memang diperlukan untuk
kebutuhan analisis;
2.Menyangkut istilah miskin yang juga diteliti oleh
BPS, disini perlu ditegaskan bahwa miskin yang
dimaksud dalam penelitian ini adalah: warga yang
berpenghasilan kurang dari atau sama dengan 1,3
juta dengan tanggungan satu istri 3 orang anak,
atau warga yang berpenghasilan kurang dari atau
sama dengan 1,5 juta dengan tanggungan satu istri
dan 5 orang anak;
3.Mengenai Indeks Kebahagiaan, perlu disertakan
POPULASI
Populasi
Sensus Sosial
Ekonomi
ini
adalah
masyarakat Kampar yang berada di 21 Kecamatan,
250 Desa/Kelurahan, dan 5013 RT di seluruh
Kabupaten Kampar.
Berdasarkan data 2014 yang tersedia di Bagian
Administrasi
Perekonomian
Sekretariat
Daerah
Kampar, masyarakat yang tergolong berpenghasilan
rendah sebanyak 32.457 warga. Kegiatan Sensus ini
juga mendata ulang warga-warga tersebut.
Namun,
mengingat
keterbatasan
anggaran,
berdasarkan
kesepakatan
dengan
Bagian
Administrasi
Perekonomian
Sekretariat
Daerah
Kampar, jumlah warga yang disensus sebanyak
30.500 warga (kurang lebih sebanyak 95% dari
jumlah tersebut)
yang tersebar di seluruh
QUALITY CONTROL
Quality control dilakukan untuk menjaga akurasi dan
ANALISA DATA
Data diolah dengan menggunakan beberapa metode,
yaitu:
Analisis Deskriptif digunakan untuk memperoleh
distribusi karakteristik
responden dalam aspekaspek tertentu
Analisis Frekuensi Rating yaitu analisis data untuk
menemukan
rating
tertinggi
dengan
mendeskripsikan hal-hal utama yang lebih diterima
oleh masyarakat. Dengan analisis ini dapat diketahui
kecenderungan sesuatu hal.
Analisis tabulasi silang (cross tabulation). Dengan
analisis ini dapat diketahui tipe atau karakter
responden yang menjawab pilihan jawaban tertentu.
ORGANISASI KERJA
Pelaksanaan kegiatan penelitian ini adalah Lembaga
Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat
Universitas Andalas
PENANGGUNG
JAWAB
PROGRAM
MANAGER
PENELITI/ANALIS/
PENGOLAH DATA
KETERANGAN :
Penanggung Jawab = 1 orang;
Peneliti = 3 orang;
Supervisor = 3 orang;
Koordinator Lapangan = 7 orang
SUPERVISOR
KORLAP
KORLAP
KORLAP
PEWAWANCARA
PEWAWANCARA
PEWAWANCARA
JADWAL KEGIATAN
LAPANGAN USAHA
LAPANGAN USAHA DARI PEKERJAAN UTAMA
ALASAN MENGANGGUR
ANALISA
Lapangan
PERHATIAN
YANG
DIHARAPKAN
JENIS USAHA
SETELAH
PELATIHANOLEH
PETANI
MANFAAT
P4S
KUR
TINGKAT BUNGA
KUR
ANALISA
warga Kampar yang tergolong berperekonomian rendah
terdapat 83,2
persen warga yang merasakan program tersebut
bermanfaat dan sangat bermanfaat. Hanya 16,8 persen
warga yang menyatakan bahwa program tersebut kurang
bermanfaat dan tidak bermanfaat.
Dari enam jenis bantuan permodalan, hampir semuanya
pernah diperoleh warga meskipun dalam jumlah yang
sangat sedikit. Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKPE) dan Kredit Swamitra Bukopin paling sedikit diikuti
warga dibanding jenis kredit lainnya. Sedangkan kredit
yang lumayan banyak diikuti warga adalah Kredit Usaha
Rakyat (KUR) dan Usaha Ekonomi Desa Simpan-Pinjam
(UED-SP).
Sementara itu, dari segi kemudahan akses terhadap KUR,
hanya 10,1 persen warga yang menyatakan mudah, dan
sekitar 40 persen menyatakan agak sulit, sulit, dan
4
sangat sulit. Sisanya menyatakan tidak tahu.
RATA-RATA MENABUNG
ANALISA
Pendapatan rata-rata perbulan warga mayoritas di bawah Rp. 1
juta. Sebanyak 35,5 persen berpendapatan < Rp. 800 ribu dan
25,3 persen berpendapatan Rp. 800 ribu-Rp. 1 juta. warga yang
berpendapatan Rp. 1 juta -Rp 1,8 juta sekitar 35,0 persen.
Sementara yang berpenghasilan > Rp. 1,8 juta hanya 4,5
persen.
warga yang berpendapatan rata-rata <Rp. 800 ribu-Rp. 1,2 juta
dan >Rp. 1,8 juta umumnya (sekitar 75%) memiliki 1-3 anak.
Sedangkan warga yang berpendapatan Rp. 1,2 juta-Rp. 1,8 juta
umumnya (hampir 80%) memiliki 2-4 anak.
Dengan rata-rata pendapatan sebesar dan jumlah anak
sebanyak itu, sekitar 76 persen warga menyatakan kurang
dan sangat kurang untuk memenuhi kebutuhan pokok, seperti
makan, pakaian, biaya sekolah, dan transportasi.
Karena pendapatan sebesar dan jumlah anak sebanyak itu
kurang dan sangat kurang dalam memenuhi kebutuhan,
maka wajar jika mayoritas warga (90%) tak bisa menabung.
Hanya 10 persen yang bisa menabung, itu pun dalam jumlah tak
seberapa, yaitu sekitar Rp. 500 ribu dan sebagian kecilnya > Rp.
RUMAH/TEMPAT TINGGAL
BANTUAN PERUMAHAN
KEADAAAN RUMAH
KELAYAKAN RUMAH
KEPEMILIKAN KENDARAAN
ANALISA
Warga yang pernah mendapat bantuan perbaikan atau pembangunan
rumah sangat sedikit, tak sampai 10 persen, baik bantuan rumah layak
huni dari pusat, dari propinsi, maupun dari kabupaten. Rumah yang mereka
huni saat ini umumnya (73%) adalah milik sendiri. Sisanya, 27 persen
adalah rumah milik orangtua, ada juga yang sewa, kontrak atau rumah
dinas, dan lain-lain.
Dari tujuh kriteria rumah warga miskin, masalah yang cukup menonjol
adalah sumber air minum berasal dari sumur/air tidak terlindung/sungai/
air hujan dan bahan bakar untuk memasak sehari-hari menggunakan kayu
bakar/arang/minyak tanah. Sementara yang tidak terlalu menonjol adalah
warga yang tidak menggunakan listrik sebagai sumber penerangan rumah.
Sebagian besar rumah (84,6%) dihuni oleh 1 KK, sementara sisanya
(15,4%) dihuni oleh 2-3 KK dalam satu rumah.
Dengan keadaan rumah seperti dalam kriteria rumah warga miskin
tersebut ditambah penghuninya lebih dari satu KK, hanya sekitar 62 persen
warga mengaku rumahnya layak dan sangat layak. Selebihnya, 38 persen
mengaku kurang layak dan tidak layak. Sebagian besar rumah yang kurang
dan tidak layak itu berada di Kampar Kiri, Koto Kampar Hulu, dan Tapung
Hulu.
ANALISA
Sebagian
besar
masyarakat
menilai
bahwa
perhatian
pemerintah terhadap petani belum ada peningkatan yang
berarti. Sebanyak 37,4 persen warga menilai bahwa perhatian
pemerintah sama seperti waktu-waktu sebelumnya bahkan 28,8
persen menilai makin berkurang. Hanya 16,1 yang mengaku
makin baik atau bertambah baik.
Dari sekian masalah sektor pertanian, masalah utama yang
dihadapi para petani saat ini adalah harga jual yang rendah
(53,1%). Masalah lainnya adalah harga pupuk yang mahal
(10,3%) dan lahan yang terbatas. Meski sumber air yang
terbatas dan bibit kurang berkualitas menjadi bagian dari
masalah pertanian, tapi tak banyak merasakan hal tersebut.
Perhatian pemerintah yang paling diharapkan oleh para petani
adalah memfasilitasi distribusi dan pemasaran (24,3%). Selain
itu, peningkatan ketersediaan pupuk (17,2%), memberikan
bantuan teknologi pertanian (14,8%), memperbaikin sumber
irigasi (11,2%), dan penyediaan bibit unggul (4,7).
INDEKS KEBAHAGIAAN
ANALISA
Indeks kebahagiaan yang diukur berdasarkan 10 (sepuluh) indikator
KESIMPULAN DAN
REKOMENDASI
KESIMPULAN
REKOMENDASI
TERIMA KASIH