Vous êtes sur la page 1sur 38

Audiologi Dasar

Pembimbing : dr. H. Yuswandi Affandi, Sp. THT-KL


Disusun oleh :
Siti Nasirah Bt A. S. (030.08.303)
Gadista P. Annisa (030.09.100)
Vanda Sativa Julianti (030.09.261)
Reza Gharba A. (030.09.199)
Yudha Gautama Putra (030.09.278)
Giovanni Duandino (030.09.102)

Definisi

Audiologi dibagi menjadi 2 :

audiologi dasar : pengetahuan mengenai nada


murni, bising, gangguan pendengaran, serta cara
memeriksanya.
Pemeriksaan pendengaran dapat dilakukan dengan
audiometri nada murni, tes penala, dan tes
berbisik.

audiologi khusus : diperlukan untuk membedakan


tuli sensorineural koklea dengan retrokoklea,
audiometri objektif, tes untuk tuli anorganik,
audiologi anak, audiologi industri

AUDIOGRAM
Interpretasi :
Sumbu Y
menggambarkan
intensitas suara yang
diukur dalam satuan
decibel (dB).
Sumbu X
menggambarkan
frekuensi yang diukur
dalam satuan Hertz
(Hz).

Tujuan Pemeriksaan Audiometri

Indikasi Pemeriksaan Audiometri

Adanya penurunan fungsi pendengaran


Adanya telinga berbunyi dengung (tinitus)
Adanya rasa penuh di telinga
Riwayat keluar cairan dari telinga
Riwayat terpajan bising
Riwayat trauma pada telinga
Riwayat pemakaian obat ototoksik
Riwayat gangguan pendengaran pada keluarga
Adanya gangguan keseimbangan

SYARAT PEMERIKSAAN AUDIOMETRI


Alat audiometer yang baik terkalibrasi
Lingkungan pemeriksaan yang tenang
ruang kedap suara
Keterampilan pemeriksa yang cukup handal
Orang yang diperiksa harus kooperatif, dapat
mengerti instruksi, dapat mendengarkan
bunyi di telinga, dan sebaiknya bebas pajanan
bising sebelumnya minimal 12-14 jam

PEMBAGIAN AUDIOMETRI

KOMPONEN ALAT AUDIOMETRI


1. Oscilator : pengatur
frekuensi untuk menghasilkan
bunyi
2. Amplifier : menaikkan
internsitas nada murni hingga
dapat terdengar
3. Interrupter : pemutus suara
dengan menekan dan
mematikan tombol nada murni
secara halus tanpa terdengar
bunyi lain
4.Attenuator : menaikkan dan
menurunkan intensitas ke
tingkat yang dikehendaki
5. Earphone : hantaran udara
yang mengubah gelombang
listrik menjadi bunyi yang dapat
didengar

6. Bone Oscilator : hantaran


tulang yang mengubah
gelombang listrik menjadi
gelombang bunyi
7. Sumber suara
pengganggu (masking) :
sebuah tahapan/ langkah pada
audiometri yang memberikan
stimulus bunyi pada telinga
yang diperiksa sekaligus
memberikan bunyi masking
(penutup) pada telinga yang
tidak diperiksa, bunyi masking
dapat berupa bunyi angin dsb.

KOMPONEN ALAT AUDIOMETRI


Pada audiometri terdapat pilihan nada dari oktaf yaitu
125, 250, 500, 1000, 2000, 4000 dan 8000 Hz yang
memungkinkan intensitas lebih dari 110 dB. Standar alat
yang digunakan berdasarkan BS EN 60645-1 (IEC
60645-1).
Alat audiometer harusnya selalu dapat dikalibrasi
dengan exhaustive electro acoustic calibrations
oleh badan pengkalibrasian nasional.
Pemeriksaan termasuk pemeriksaan cara pakai, dan
penyesuaian bioakustik seharusnya dilakukan tiap hari
sebelum digunakan, sesuai standar BS EN ISO 389
series.

Prosedur Pemeriksaan Audiometri


PERSIAPAN PASIEN
Pasien harus duduk sedemikian
rupa sehingga tidak dapat
melihat panel kontrol ataupun
pemeriksanya.
Benda-benda yang dapat
mengganggu pemasangan
earphone yang tepat atau dapat
mempengaruhi hasil
pemeriksaan harus disingkirkan.
Misalnya anting-anting,
kacamata, dan topi. Kemudian
sebaiknya diperiksa apakah ada
penyempitan liang telinga
dengan cara mengamati dinding
kanalis saat menekan pinna dan
tragus.

Instruksi harus jelas dan tepat.


Pasien perlu mengetahui apa
yang harus didengar dan apa
yang diharapkan sebagai
jawabannya. Pasien harus
didorong untuk memberi
jawaban terhadap bunyi
terlemah yang dapat
didengarnya.
Lubang earphone harus tepat
menempel pada lubang liang
telinga.

PROSEDUR PEMERIKSAAN AUDIOMETRI


Prosedur pemeriksaan di bagi 2 :
Pemeriksaan hantaran udara (air conduction)
Pemeriksaan hantaran tulang (bone conduction)

PEMERIKSAAN AUDIOMETRI (AC)


DAUN
TELINGA

BUNYI

GENDANG
TELINGA

OTAK

SARAF-SARAF
PENDENGARAN

KOKLEA

TULANG
PENDENGARAN

PROSEDUR PEMERIKSAAN (AC)

Memberikan instruksi dengan jelas


kepada pasien
Menempatkan Headphone dengan
benar (merah: kanan & biru: kiri)
Lakukan pemeriksaan dari telinga yang
lebih baik atau bila tidak diketahui maka
pemeriksaan dimulai dari telinga kanan
terlebih dahulu
Mulai pemeriksaan dari frekuensi 1000
Hz
Berikan intensitas awal 40 dB pada
audiometer (jika telinga pasien tidak ada
masalah gangguan pendengaran yang
signifikan)
Berikan intensitas awal 60 dB pada
audiometer (jika telinga pasien
diperkirakan ada gangguan pendengaran
yang signifikan)
Ketika pasien mulai memberikan
respon, turunkan intensitas 10 dB / step
sampai tidak ada respon.
Ketika tidak ada respon dari pasien,
maka naikkan intensitas 5 dB / step
sampai ada respon.

Intensitas terkecil yang mampu


didengar pasien (2 respon dari 3 atau 4
stimulus) ditetapkan sebagai ambang
dengar hantaran udara yang diperiksa
pada frekuensi tersebut, kemudian
catat hasilnya ke dalam audiogram.
Ulangi langkah-langkah diatas untuk
mendapatkan ambang dengar pada
frekuensi lainnya secara berurutan :
2000 Hz 4000 Hz 8000Hz 250
Hz 500 Hz.
Jika diperoleh perbedaan ambang
20 dB pada frekuensi yang berdekatan
(mis : 1000 dengan 2000, atau 1000
dengan 500). Maka perlu dicari
ambang pada frekuensi tengah oktaf
tersebut. Yaitu 750 Hz, 1500 Hz, 3000
Hz, 6000 Hz.
Setelah seluruh ambang diperoleh,
kemudian hubungkan setiap ambang
dengan garis sambung, untuk hasil no
response tidak perlu diberi garis
hubung.

PEMERIKSAAN AUDIOMETRI (BC)


BUNYI
MASTOID

KOKLEA

SARAF-SARAF
PENDENGARAN

OTAK

PROSEDUR PEMERIKSAAN (BC)

Memberikan instruksi dengan jelas


kepada pasien
Pasangkan bone vibrator ke kepala
pasien (pastikan pasien nyaman) dan
berikan tombol respon ke pasien, selama
pemeriksaan ciptakanlah suasana yang
rileks.
Setting output bone vibrator dengan
audiometer sesuai dengan telinga yang
diperiksa (L=Left, R=Right), telinga yang
pertama diperiksa adalah telinga yang
lebih baik atau bila tidak diketahui maka
mulai dari telinga kanan terlebih dahulu.
Mulai pemeriksaan dari frekuensi 1000
Hz
Berikan intensitas awal 30 dB pada
audiometer (jika telinga pasien tidak ada
masalah gangguan pendengaran yang
signifikan)
Berikan intensitas awal 70 dB pada
audiometer (jika telinga pasien
diperkirakan ada gangguan pendengaran
yang signifikan)

Ketika pasien mulai memberikan respon,


turunkan intensitas 10 dB / step sampai
tidak ada respon.
Ketika tidak ada respon naikkan intensitas
5 dB / step sampai ada respon.
Intensitas terkecil yang mampu didengar
pasien (2 respon dari 3 atau 4 stimulus)
ditetapkan sebagai ambang dengar
hantaran udara yang diperiksa pada
frekuensi tersebut, catat hasilnya kedalam
audiogram.
Ulangi langkah-langkah diatas untuk
mendapatkan ambang dengar pada
frekuensi lainnya secara berurutan : 2000
Hz 4000 Hz 250 Hz 500 Hz.
Setelah seluruh ambang diperoleh,
hubungkan setiap ambang dengan garis
putus-putus, untuk hasil no response tidak
perlu diberi garis hubung.

NOTASI AUDIOGRAM

KONFIGURASI AUDIOGRAM
Tipe Mendatar

Tipe Menurun
Konfigurasi tipe menurun ini
biasanya khas pada orang lanjut
usia yang sudah mengalami
proses degeneratif.

KONFIGURASI AUDIOGRAM
Tipe Menanjak

Tipe menakik (Notch)

biasanya khas pada orang orang


yang sering terpapar bising setiap
harinya.
sel rambut untuk frekuensi 4kHz
sangat rentan terhadap kerusakan
karena bising.

INTEPRETASI AUDIOGRAM
Dari hasil audiogram, dapat ditentukan beberapa hal sebagai
berikut yaitu :
Jenis Ketulian
TULI KONDUKTIF
TULI SENSORINEURAL
TULI CAMPUR

Derajat Ketulian : dapat dihitung dengan menghitung AD pada


frekuensi 500 4000 Hz dijumlahkan lalu dibagi 4

0 - 25 dB
>25 40 dB
>40 55 dB
>55 70 dB
>70 90 dB
> 90 dB

:
:
:
:
:
:

normal
tuli ringan
tuli sedang
tuli sedang berat
tuli berat
tuli sangat berat

Gap apabila antara AC dan BC terdapat perbedaan lebih atau sama


dengan 10 dB, minimal pada 2 frekuensi yang berdekatan

AC dan BC sama
atau kurang dari 25
dB, dimana AC dan
BC berimpit, tidak
ada gap.

Audiogram normal

TULI KONDUKTIF

Tuli Konduktif adalah keadaan dimana pada audiogram ditunjukkan


grafik BC normal atau berada di bawah garis 25dB (< 25 dB) dan grafik
AC di bawah garis 25 dB (> 25 dB). Antara AC dan BC terdapat gap.

TULI SENSORINEURAL

Tuli Sensorineural ditunjukkan pada audiogram dengan kedudukan grafik AC


dan BC sama sama berada di bawah garis 25 dB (> 25 dB). AC dan BC
berimpit, tidak ada gap, namun dapat terdapat perbedaan tidak melebihi 5 dB.

TULI CAMPURAN

Tuli Campur ditunjukkan pada audiogram dengan kedudukan grafik AC dan BC juga sama
sama berada di bawah garis 25 dB (> 25 dB) dimana AC lebih besar dari BC dan
terdapat gap minimal 10 dB.

Follow up
Follow-up berguna untuk mengetahui
perkembangan perbaikan pendengaran dan followup biasanya dilakukan pada pekerja yang sering
mengalami pajanan bising berulang.
Follow-up audiogram pada pasien yang bukan
pekerja yang sering mengalami pajanan bising dapat
dilakukan setiap :
Setiap 3 Bulan - Selama tahun pertama diagnosis
Setiap 6 Bulan - Selama tahun-tahun prasekolah
Setiap Tahun Selama usia sekolah

TES PENALA
Garpu tala : alat yang menghasilkan resonansi
suara hanya pada satu frekuensi saja
Tujuan : menegakkan diagnosa dari hasil
pemeriksaan audiometri nada murni agar kita
benar-benar yakin terhadap diagnosa tersebut.
Pemeriksaan ini merupakan pemeriksaan
kualitatif
Pada umumnya penala yang digunakan dengan
frekuensi 512 Hz

TES RINNE
Tes untuk membandingkan hantaran melalui udara dan
hantaran melalui tulang pada telinga yang diperiksa
Caranya: penala digetarkan, tangkainya diletakan di
prossesus mastoid, setelah tidak terdengar penala
dipegang di depan telinga kira kira 2 cm. Bila masih
terdengar disebut rinne (+) yang artinya normal atau tuli
sensorineural. Bila tidak terdengar disebut rinne (-) yang
artinya tuli konduktif.

TES WEBER
membandingkan hantaran tulang telinga kiri dengan kanan
Caranya: penala digetarkan dan tangkai penala diletakan di
garis tengah kepala (vertex, dahi, pangkal hidung, di
tengah tengah gigi seri atau di dagu). Apabila bunyi
penala lateralisasi ke telingah yang sakit artinya terdapat
tuli konduktif. Apabila bunyi penala lateralisasi ke telinga
yang sehat artinya terdapat tuli sensorineural. Apabila
bunyi penala terdengar di kedua telinga artinya normal.

TES SCHWABACH
Membandingkan hantaran tulang pasien dengan pemeriksa
yang pendengarannya normal
Caranya: penala digetarkan, tangkai penala diletakan pada
prossesus mastoideus sampai tidak berbunyi. Kemudian
tangkai penala segera dipindahkan ke prosessus
mastoideus telinga pemeriksa yang pendengarannya
normal. Bila pemeriksa masih dapat mendengar bunyi
disebut schawabach memendek yang artinya terdapat tuli
sensorineural. Bila pemeriksa tidak dapat mendengar,
pemeriksaan diulang dengan cara sebaliknya yaitu penala
diletakan pada prosessus mastoideus pemeriksa lebih
dahulu. Bila pasien dapat mendengar bunyi disebut
schawabach memanjang yang artinya terdapat tuli
konduktif. Bila pasien dan pemeriksa kira kira sama
mendengar disebut dengan schawabach sama dengan
pemeriksa yang artinya normal.

TES BING (TES OKLUSI)


Caranya : tragus telinga yang diperiksa ditekan
sampai menutup liang telinga, sehingga terdapat
tuli konduktif kira-kira 30 dB. Penala digetarkan
dan diletakkan pada pertengahan kepala (seperti
pada tes Weber) atau ditempelkan pada mastoid.
Penilaian : bila terdapat lateralisasi ke telinga yang
ditutup, berarti telinga tersebut normal. Bila bunyi
pada telinga yang ditutup tidak bertambah keras,
berarti telinga tersebut menderita tuli konduktif.

TES BERBISIK
Pemeriksaan dengan mengucapkan suara yang
lirih seperti berbisik-bisik kepada orang yang
diperiksa (orang normal maupun orang dengan
gangguan pendengaran).
Pemeriksaan ini bersifat semi-kuantitatif,
menentukan derajat ketulian secara kasar.
Hal yang perlu diperhatikan ialah ruangan yang
cukup tenang. Dengan panjang minimal 6 meter.
Nilai normal tes berbisik: 5/6 6/6

TES BERBISIK

1. Mata orang yang diperiksa harus ditutup


sehingga tidak melihat bibir pemeriksa (agar tidak
meniru gerakan bibir pemeriksa)
2. Telinga orang yang diperiksa harus dibebaskan
dari penghalang dan dihadapkan kepada
pemeriksa. Telinga yang satu ditutup dengan kapas
bervaselin, atau ada asisten sehingga
menggunakan tangannya untuk menutup lubang
telinganya dengan cara buka tutup.
3. Orang yang diperiksa diberi tahu bahwa ia harus
mengulang kata-kata yang dibisikkan oleh
pemeriksa dengan jelas
4. Pemeriksa diharuskan menggunakan kata-kata
yang 100% dapat dipahami oleh orang yang
diperiksa
5. Kata-kata pendek, yaitu 1-2 suku kata, bernada
desis (nada tinggi) dan kata-kata yang lunak (nada
rendah) misalnya : sapu, susu, satu, dll.
6. Semua kata-kata harus diucapkan pada akhir
ekspirasi
7. Tempatkan pasien pada tempat duduk yang
nyaman

8. Pemeriksa memulai membisikkan kata-kata


yang harus diulang oleh orang yang diperiksa
dan pengulangan kata-kata harus jelas
9. Membisikkan kata-kata ini mulai dari jarak
dekat, kemudian mundur lebih jauh lagi
10. Setiap jarak hendaknya dibisikkan katakata sebanyak 10 kata
11. Bila pada suatu jarak orang yang diperiksa
hanya dapat mengulang kata-kata kurang dari
80% maka jarak tersebut dicatat sebagai batas
pendengaran, lakukan untuk telinga kanan dan
kiri.
12. Pada tuli konduktif, pasien hanya
mendengar suara desis (huruf S) dan suara
lunak (nada rendah) tidak terdengar.
Sedangkan pada tuli sensorineural, pasien
hanya mendengar suara huruf U dan A, tidak
mendengar suara desis, dan dapat mendengar
suara lunak (nada rendah).

TERIMA KASIH

Vous aimerez peut-être aussi

  • Cover REFERAT
    Cover REFERAT
    Document3 pages
    Cover REFERAT
    Siti Fatimah Rad
    Pas encore d'évaluation
  • Cover REFERAT
    Cover REFERAT
    Document3 pages
    Cover REFERAT
    Siti Fatimah Rad
    Pas encore d'évaluation
  • Template ANC KIA
    Template ANC KIA
    Document1 page
    Template ANC KIA
    Siti Fatimah Rad
    Pas encore d'évaluation
  • Anam & PF
    Anam & PF
    Document1 page
    Anam & PF
    Siti Fatimah Rad
    Pas encore d'évaluation
  • FORMAT Posyandu
    FORMAT Posyandu
    Document2 pages
    FORMAT Posyandu
    Siti Fatimah Rad
    Pas encore d'évaluation
  • Cover REFERAT
    Cover REFERAT
    Document3 pages
    Cover REFERAT
    Siti Fatimah Rad
    Pas encore d'évaluation
  • Status THT
    Status THT
    Document1 page
    Status THT
    Siti Fatimah Rad
    Pas encore d'évaluation
  • Template ANC KIA
    Template ANC KIA
    Document1 page
    Template ANC KIA
    Siti Fatimah Rad
    Pas encore d'évaluation
  • Case Vesikolithiasis
    Case Vesikolithiasis
    Document34 pages
    Case Vesikolithiasis
    Siti Fatimah Rad
    Pas encore d'évaluation
  • Cover Journal Reading
    Cover Journal Reading
    Document1 page
    Cover Journal Reading
    Siti Fatimah Rad
    Pas encore d'évaluation
  • Screening Kesehatan Di SMP
    Screening Kesehatan Di SMP
    Document1 page
    Screening Kesehatan Di SMP
    Siti Fatimah Rad
    Pas encore d'évaluation
  • Tut Klinik Febris
    Tut Klinik Febris
    Document23 pages
    Tut Klinik Febris
    Siti Fatimah Rad
    Pas encore d'évaluation
  • Dokcil
    Dokcil
    Document5 pages
    Dokcil
    Siti Fatimah Rad
    Pas encore d'évaluation
  • Artritis Gout
    Artritis Gout
    Document21 pages
    Artritis Gout
    Siti Fatimah Rad
    Pas encore d'évaluation
  • Malaria
    Malaria
    Document25 pages
    Malaria
    Siti Fatimah Rad
    Pas encore d'évaluation
  • Refrat
    Refrat
    Document7 pages
    Refrat
    Siti Fatimah Rad
    Pas encore d'évaluation
  • Malaria
    Malaria
    Document21 pages
    Malaria
    Siti Fatimah Rad
    Pas encore d'évaluation
  • Malaria
    Malaria
    Document16 pages
    Malaria
    Siti Fatimah Rad
    Pas encore d'évaluation
  • Referat TB
    Referat TB
    Document32 pages
    Referat TB
    Siti Fatimah Rad
    Pas encore d'évaluation
  • Malaria
    Malaria
    Document27 pages
    Malaria
    Siti Fatimah Rad
    0% (1)
  • Tatalaksana Malaria Berat
    Tatalaksana Malaria Berat
    Document25 pages
    Tatalaksana Malaria Berat
    Siti Fatimah Rad
    Pas encore d'évaluation
  • Malaria
    Malaria
    Document25 pages
    Malaria
    Siti Fatimah Rad
    Pas encore d'évaluation
  • Malaria
    Malaria
    Document27 pages
    Malaria
    Siti Fatimah Rad
    0% (1)
  • Hepatitis A
    Hepatitis A
    Document21 pages
    Hepatitis A
    Siti Fatimah Rad
    Pas encore d'évaluation
  • Lembar Pengesahan
    Lembar Pengesahan
    Document4 pages
    Lembar Pengesahan
    Siti Fatimah Rad
    Pas encore d'évaluation
  • PPT Referat
    PPT Referat
    Document61 pages
    PPT Referat
    Siti Fatimah Rad
    100% (1)
  • Lamp Iran
    Lamp Iran
    Document3 pages
    Lamp Iran
    Siti Fatimah Rad
    Pas encore d'évaluation
  • Tut Klinik Febris
    Tut Klinik Febris
    Document23 pages
    Tut Klinik Febris
    Siti Fatimah Rad
    Pas encore d'évaluation
  • Uas CRP Input
    Uas CRP Input
    Document4 pages
    Uas CRP Input
    Siti Fatimah Rad
    Pas encore d'évaluation
  • Hepatitis A
    Hepatitis A
    Document21 pages
    Hepatitis A
    Siti Fatimah Rad
    Pas encore d'évaluation