Vous êtes sur la page 1sur 18

Comparing the Efficacy and Safety of

Phacoemulsification in White Mature


and Other Types of Senile Cataracts

Abstrak
Tujuan : Untuk membandingkan kesulitan intra operasi dan

keberhasilan post operasi pada pasien katarak white mature


dengan katarak senil tipe lainnya yang menjalani fakoemulsifikasi
dan implantasi lensa intraokular.
Metode : 82 pasien dengan katarak white mature pada salah

satu mata dan posterior subcapsular, kortikal, dan nuklear atau


katarak tipe campuran pada mata yang lainnya dimasukkan ke
dalam penelitian prospektif ini. Keberhasilan post operasi dan
kesulitan intra operasi berdasarakn capsulorhexis dan
fakoemulsifikasi dianalisa antara 2 kelompok mata. Pemeriksaan
post operasi dilakukan pada pada 1 hari, 1 minggu, dan 3 bulan
setelah operasi.

Hasil : Tajam penglihatan post operasi, ketebalan kornea, tekanan

intraoklear, dan kejadian ruptur kapsul posterior tidak ditemukan


perbedaan yang signifikan pada kedua kelompok mata (p> 0,05). Pada
katarak white mature didapatkan hasil yang signifikan mengenai waktu
efektif fako, frekuensi edema kornea dan plak kapsul posterior post
operasi yang lebih tinggi dibandingkan tipe lainnya. (p<0,05).
Kesimpulan : 5mm capsulorhexis didapatkan dengan menggunakan

trypan blue dan viscoelastis pada mata dengan katarak white mature.
Kesulitan intra operasi dan keberhasilan post operasi dari
fakoemulsifikasi dan implantasi lensa intraokular didapatkan hasil yang
serupa pada katarak white mature dengan katarak tipe lainnya.
Anastesi topikal pada fakoemulsifikasi katarak white mature lebih
aman dan toleran

Pendahuluan
Operasi pengangkatan katarak white mature merupakan
tantangan bagi setiap operator. Pada katarak tipe ini, kapsul
sangat rapuh, terdapat likuefaksi material-material dari korteks,
ketidakadaan refleks fundus dapat menghalangi visualisasi, serta
robekan capsulorhexis dapat melebar ke perifer akibat adanya
tekanan intrakapsular. Selain itu, kapsul anterior juga telah
mengalami degenerasi dengan adanya deposit kalsium atau plakplak fokal yang dapat mempengaruhi capsulorhexis. Variasi
ketebalan nukleus dapat dikamuflase oleh ketebalan korteksnya.
Bahkan bagi operator yang telah berpegalaman, nukleus yang
tebal akan membutuhkan waktu yang lama dan kekeuatan
fakoemulsifikasi yang lebih tinggi. Plak atau residu pada kasul
posterior dapat terjadi meskipun operasi berhasil dengan baik.

Metode
Penelitian ini menggunakan sampel 82 pasien katarak bilateral
(43 wanita dan 39 pria) dengan usia range usia 49-85 tahun.
Penelitian ini dibagi menjadi 2 kelompk yaitu kelompok katarak
(katarak white mature) dan kelompok kontrol (katarak PSC,
kortikal, nuklear atau campuara pada mata yang lainnya).
Semua mata pada kelompok katarak matur tidak didapatkan
refleks fundus. Katarak yang terlihat putih pada pemeriksaan
dengan slit lamp merupakan katarak white mature. Kriteria
eklusi dari penelitian ini adalah pasien dengan riwayat diabetes
belitus, galukoma, pseudoexfoliation, komplikasi brunescent,
katarak morgagni, pasien dengan riwayat operasi mata, laser,
dan trauma. Pada penelitian ini, operasi yang dilakukan diambil
selama bulan Juni 2001 hingga Juni 2002.

Result
Pada penelitian ini dilakukan anastesi retobulbar

dan kemudia diberikan juga anastesi topikal pada 25


pasien kelompok katarak matur dan 33 pasien
kelompok kontrol. Capsulorhexis berhasil dilakukan
dibawah anastesi topikal. Pada semua kasus
kelompok katarak matur, pewarnaan kapsul anterior
yang adekuat memberikan visualisasi yang baik
selama capsulorhexis

Pada kelompok katarak matur, 69 pasien berhasil dilakukan

capsulorhexis dengan menggunakan Uttrata forceps tanpa


penambahan visoelastis. Pada 13 pasien dengan capsulorhexis
yang tidak terkontrol diberikan viscoleastis ke dalam kapsul
atau digunakan gunting Vannas untuk mencegah robekan ke
perifer. Meskipun begitu, adanya pemanjang perifer ke
ekuator terjadi pada 2 mata, sehingga pada peneliti kembali ke
awal capsulorhexix dengan membuat robekan kedua pada
daerah yang berlawanan dan berhasil melakukan
capsulorhexis. Pada kelompok kontrol, capsulorhexis berhasil
dilakukan hanya dengan menggunakan forceps Uttrata tanpa
menambahkan viscoleastis.

Adanya plak kapsul posterior dideteksi pada 10

pasien kelompok katarak matur, dan 2 pasien


kelompok kontrol. Perbedaan ini didapatkan nilai
yang signifikan (p=0,032).

Pada kelompok katarak matur, tajam penglihatan

sebelum operasi rata-rata senilai lambaian tangan


(1/300), sedangkan tajam penglihatan setelah
operasi didapatkan 0,84 dalam 3 bulan. Pada
kelompok kontrol, tajam penglihatan sebelum
operasi adala 0,24 dan membaik 3 bulan setelah
operasi menjadi 0,88. Tidak didapatkan perbedaan
yang signifikan dari tajam penglihatan setelah
operasi pada kedua kelompok (p=0,15).

Pada kelompok katarak matur, penelitian ini mengamati tidak ada

kesulitan dalam melakukan capsuorhexis di bawah anastesi topikal dan


langkah-langkah operasi dengan anastesi retrobulbar dirasakan lebih
nyaman oleh operator. Anastesi topikal membutuhkan kerjasama dari
pasien, adanya pergerakan mata yang tiba-tiba dapat membahayakan
selama melakukan capsulorhexis.
Rekomendasi umum untuk memvisualisasi kasul anterior pada katarak

white matur adalah meredupkan lampu operasi, meningkatkan


magnefikasi dr mikroskop, pergunakan iluminasi oblik, endoiluminasi,
pemwarnaan kapsul, dan melakukan 2 lagkah capsulorhexis. Pada
penelitian ini, pewarnaan kapsul dengan tryphan blue dan viscoelastis
meningkatkan visualisasi kapsul anterior selama capsulorhexis.

Kesulitan melakukan capsulorhexis pada katarak matur

adalah katarak yang tidak memiliki refleks fundus,


kebocoran cairan segera setelah pungsi kapsul, dan adanyan
kerapuhan kapsul anterior. Sebagai tambahan, tekanan
intrakapsular tetap tinggi sbaik setelah insial pungsi dan
robekan yang meluas ke perifer menjadi kesulitan dalam
mengontrol capsulorhexis.
Meskipun hidroseksi tidak direkomdasikan pada katarak

matur, penelitian ini mengamati hidroseksi merusak


perlengketan kortikokapsular yang dapat menyebabkan
kesulitan rotasi nukleus.

Pada penelitian ini, tidak dtemukan perbandingan yang


signifikan pada kedua kelomok terhadap rupturnya kapsul
posterior. Kapsul posterior yang ruptur berdasarkan
pengamatan yang dilakukan pada penelitian ini
disebabkan oleh diskontinuitas capsulorhexis sebelumnya.
Katarak white matur pada penelitian ini didapatkan sedikit
rapuh dan tidak terlalu keras sehingga lebih aman dipecah
dan diemulsifikasi. Terdapat kecendrungan untuk
kekerasan dari lensa dengan lama keluhan penglihatan
yang bertambah.

Pada penelitian ini, tidak ditemukan fibrosis


kapsular dan desentrasi secara geometri. Penelitian
lainnya melaporkan bahwa fibrosis kapsular terjadi
pada 12 % katarak white matur, dan diameter
capsulorhexis kurang dari 5 mm. Capsulorhexis yang
kecil cenderung mengakibatkan kontraksi lensa.

Pada penelitian ini, pemeriksaan kapsul posterior


intraoperasi menunjukkan adanya plak sebanya 12,2
%. Penelitian sebelumnya melaporkan rationya yaitu
27,3 % dan 33 %.

Vous aimerez peut-être aussi