Vous êtes sur la page 1sur 43

ANALISIS TRIP DISTRIBUTION DAN

Oleh: Ketut DewiMODE


Martha ErliSPLIT
H.,ST,MT
Konsep Perencanaan Transportasi
Four Steps Model

Analisis Trip Pembangkit lalu


Generation (TG) lintas

Analisis Trip
Sebaran penduduk
Distribution (TD)

Analisis Mode Split Pemilihan moda


(MS) transportasi

Analisis Trip
Pemilihan rute
Assignment (TA)
Analisis Trip Oi
D
d
Generation (TG)

Analisis Trip Oi
D
Ti d
Distribution (TD) d

Tid, Auto

Analisis Mode Split Oi


D
d
(MS)
Tid,
Transit
Oi Rute yang dipilih
Analisis Trip
D
Assignment (TA) d
Alternatif Urutan-urutan Studi Perencanaan Transportasi

TIPE 1 TIPE 2 TIPE 3 TIPE 4

G - MS G G G

MS

D D D - MS D

MS

A A A A

G : BANGKITAN PERJALANAN MS : PEMILIHAN MODE ANGKUTAN


D : SEBARAN PERJALANAN A : PEMILIHAN ROUTE PERJALANAN
ANALISIS TRIP DISTRIBUTION
Analisis trip distribution
Analisis pola distribusi/sebaran pergerakan dari
suatu zona asal ke zona tujuan
Analisis ini dapat digunakan untuk mengetahui
seberapa besar interaksi antar zona sehingga
dapat diprediksi kebutuhan infrastruktur untuk
menghubungkan antar zona
Pola distribusi/sebaran pergerakan ini
digambarkan dalam matriks pergerakan atau
Matriks Asal-Tujuan (MAT) atau matriks OD
(Origin-Destination)
Ilustrasi trip distribution
Ke 1 2 3 4 Oi
Dari

1 26 54 20 100
100
50 2 5 24 571 600
2 54 26
0
3 40 1600 70 200
5
5
700 673 4 5 673 22 700
571
600
22
24 Dd 50 789 100 661 1600

661 789
Matriks Asal-Tujuan

70 4 9 100
0 0
200

Sumber: Tamin (1986, 1988a)


Ilustrasi Trip Distribution

Kab. Bangkalan

Kab. Gresik

Kab. Lamongan

Kota Surabaya

Kab. Sidoarjo

Kota Mojokerto Sebaran pergerakan ditunjukkan


dengan garis keinginan (desired
line) pergerakan antar zona
Kab. Mojokerto
Semakin tebal garis menunjukkan
jumlah pergerakan yang besar
antar zona, begitu sebaliknya jika
garis semakin tipis
Manfaat MAT
Pemodelan kebutuhan infrastruktur transportasi
antar zona
Pemodelan untuk manajemen lalu lintas baik di
daerah perkotaan maupun antarkota
Mengetahui tingkat (besar kecilnya) interaksi
antarzona/antarwilayah interaksi sosial-
ekonomi
Bentuk MAT
Metode Penentuan MAT
Metode Konvensional: Langsung
Data sebaran pergerakan langsung ditelusuri melalui
survey lapangan
Pendekatan dengan metode ini umumnya mahal,
terutama dalam hal kebutuhan akan SDM (surveyor),
waktu proses yang lama, serta hasilnya akan berlaku
untuk selang waktu yang pendek saja
Pendekatan dengan metode survei di jalan
mengakibatkn gangguan dan tundaan lalu lintas
Banyaknya kelemahan metode konvensional langsung
ini menyebabkan semakin banyaknya kendala dan
semakin jarangnya penggunaan metode ini
Metode Lainnya
Secara umum, metode selain metode konvensional
langsung dibagi menjadi dua, yaitu:
Metode analogi (metode konvensional tidak
langsung)
menggunakan pendekatan nilai tingkat pertumbuhan pada pergerakan
saat ini untuk memperoleh pergerakan pada masa mendatang
Metode sintetis (metode tidak konvensional)
menggunakan pendekatan hubungan atau kaitan yang terjadi
antarpola pergerakan. Setelah pemodelan hubungan atau kaitan ini
didapat, maka diproyeksikan untuk memperoleh pola pergerakan di
masa mendatang
Metode Analogi: Seragam
Metode ini adalah metode tertua dan paling sederhana
Hanya menggunakan satu nilai pertumbuhan untuk
mengalikan semua pergerakan di masa sekarang untuk
mendapatkan pergerakan di masa mendatang
Notasinya:
Ilustrasi Metode Analogi: Seragam
MAT saat ini diperkirakan
meningkat sebesar 30%
pada masa mendatang,
maka nilai pertumbuhan (E)
= 1.196/920 = 1,3

MAT masa mendatang


diprediksi dengan E =1,3
Kelemahan Metode Seragam
Asumsi nilai pertumbuhan yang seragam antar zona
dapat menghasilkan pergerakan antar zona di masa
mendatang yang lebih kecil atau lebih besar dari
perkiraan. Oleh karena itu, metode ini tepat
digunakan untuk wilayah/kota yang pertumbuhannya
merata di seluruh zona kecamatan/desanya
Selanjutnya, metode konvensional tidak langsung
lainnya menerapkan adanya iterasi untuk
memperoleh prediksi MAT di masa mendatang yang
lebih baik dari metode seragam
Metode rata-rata menerapkan nilai
pertumbuhan pergerakan yang berbeda-beda
antar zona. Perbedaan nilai pertumbuhan ini
dihasilkan dari peramalan land use dan
bangkitan lalu lintas. Perbedaan nilai
pertumbuhan ini kemudian dirata-ratakan untuk
memprediksi pergerakan antar zona di masa
mendatang
Metode lainnya (Fratar, Detroit, dan Furness)
merupakan pendekatan yang dikembangkan
untuk mengantisipasi kelemahan metode-
metode sebelumnya, namun pehitungannya
cukup rumit.
Kelebihan dan Kekurangan Metode Analogi
Kelebihan
Mudah dimengerti dan digunakan karena hanya
membutuhkan data MAT antarzona saat ini dan
perkiraan tingkat pertumbuhan zona pada masa
mendatang
Proses pengulangannya (iterasi) sederhana
Menghasilkan tingkat ketepatan prediksi yang
cukup tinggi jika digunakan pada daerah yang
pola pengembangan wilayahnya stabil
Kelebihan dan Kekurangan Metode Analogi
Kelemahan
Metode ini membutuhkan masukan data dari seluruh pergerakan
antarzona pada saat sekarang, sehingga membutuhkan biaya yang
cukup besar untuk menghiimpun data pergerakan antar zona
Asumsi jumlah zona yang stabil, padahal dimungkinkan adanya
zona baru di masa mendatang
Tidak mempertimbangkan aksesibilitas (jarak, waktu, biaya tempuh)
antarzona, sehingga metode ini tidak tepat digunakan untuk
darah/zona yang nyata mengalami perubahan aksesibilitas seperti
misalnya adanya pelebaran jalan, pembangunan jalan baru/jalan tol
Metode ini hanya cocok digunakan untuk jangka pendek
Metode ini tidak mempertimbangkan pergerakan intrazona, hanya
antarzona
Metode Sintetis
Prinsip dari metode ini adalah pergerakan dari
zona asal ke zona tujuan berbanding lurus dengan
besarnya bangkitan lalulintas di zona asal dan
juga tarikan lalulintas di zona tujuan serta
berbanding terbalik dengan jarak (aksesibilitas)
antara kedua zona tersebut
Metode ini secara tidak langsung sudah
membatasi pemodelan pola pergerakan dan tentu
ini menyebabkan informasi yang dibutuhkan
semakin sedikit serta survei semakin berkurang
Metode Sintetis
Metode sintetis (interaksi spasial) yang paling
terkenal dan paling sering digunakan adalahn
model gravitasi
Metode sintetis dengan model gravitasi
dianalogikan dari konsep gravitasi Newton
bahwwa gaya tarik atau tolak antara dua kutub
massa berbanding lurus dengan massanya (m1,
m2) dan berbanding terbalik kuadratis dengan
jarak antara kedua massa tersebut (did2) dengan G
adalah konstanta gravitasi.
Metode Sintetis
Adaptasi model gravitasi untuk menentukan sebaran pergerakan
berdasarkan konsep gravitasi adalah:
Massa diganti dengan populasi
Jarak diganti dengan jarak perjalanan di antara dua zona atau dua wilayah
Konstansta gravitasi G diganti dengan suatu nilai konstanta k
Populasi di zona i dan zona d diganti dengan bangkitan zona i dan tarikan
zona d
Bentuk pangkat dari fungsi jarak (hambatan jarak) diganti dengan fungsi
hambatan umum f (Cid).
Konstanta K diganti dengan dua konstanta Ai dan Bd sebagai faktor
penyeimbang
Sehingga sebaran pergerakan Tid dapat diperoleh dengan fungsi
matematis:
Tid = Oi . Dd . Ai . Bd . f(Cid)
Metode Sintetis
Metode ini menghasilkan prediksi sebaran pergerakan
antarzona melalui iterasi untuk mencapai konvergensi
dimana total pergerakan di zona asal akhirnya sama
dengan total pergerakan di zona tujuan
Pola sebaran pergerakan yang dihasilkan melalui
metode sintetis (Model Gravitasi) dapat
diinterpretasikan:
Bagaimana besar-kecilnya interaksi spasial antarzona
Bagaimana faktor aksesibilita mempengaruhi besar-
kecilnya interaksi spasial antarzona
Analisis Mode Split
Apa Analisis Pemilihan
Moda
Analisis yang merepresentasikan pemilihan
diantara sejumlah moda perjalanan
Moda perjalanan yang dimaksud
Moda pribadi vs moda publik (transit): sepeda motor,
mobil, angkutan kota, atau kombinasi keduanya
Moda motorized vs non motorized: kendaraan
bermotor, jalan kaki, bersepeda, atau kombinasi
keduanya
Analisis yang dapat digunakan untuk
memprediksi proporsi penggunaan moda
berdasarkan tujuan pergerakan (bersekolah,
bekerja, rekreasi, dsb)
Apa manfaat Analisis Pemilihan
Moda
Dasar penentuan kebijakan pengembangan dan
improvisasi public transportation, misalnya
pengembangan bus way, bus lane, monorail, dsb
berapa potensi penumpang dari kebijakan
pengembangan moda baru ini? Berapa biaya dan
manfaat atas kebijakan moda baru ini?
Mengetahui seberapa besar dampak yang

dimunculkan dari kebijakan atas penggunaan


moda, misalnya bagaimana dampak terhadap
penetapan biaya progresif parkir? Bagaimana
dampak penetapan biaya atas jalan2 utama di
pusat kota (road pricing)?
Ilustrasi Pemilihan Moda
Actual Choice

Trip No Trip

Walk Vehicle Trip

Public Private

Motorized Non-Motorized Motorized Non-Motorized

Captive users tidak dipertimbangkan dalam


model pilihan moda
Modal Split/Mode Choice Indonesia ?
Choice :
Walk
Becak
Ojek
Angkot
Bus Kota
Sepeda
Sepeda motor
Mobil pribadi
Etc

Captive raiders vs Choice raiders


Captive public transport users & other captives
users
Faktor-faktor yang
mempengaruhi Pilihan Moda
Ciri pengguna jalan:
Ketersediaan atau kepemilikan kendaraan pribadi
Kepemilikan surat ijin mengemudi (SIM)
Struktur rumah tangga (jumlah anggota keluarga,
pasangan muda, keluarga dengan anak,
pensiunan, bujangan, dsb)
Tinggi rendahnya pendapatan
Faktor lainnya
Faktor-faktor yang
mempengaruhi Pilihan Moda
Ciri pergerakan:
Tujuan pergerakan. Contohnya, pergerakan tujuan
sekolah (anak SD) biasanya memilih menggunakan moda
jalan kaki atau bersepda, sementara pergerakan dengan
tujuan bekerja menggunakan kendaraan bermotor (sepeda
motor, mobil, atau angkutan umum)
Waktu terjadinya pergerakan, pergerakan yang
dilakukan di malam hari cenderung menggunakan
kendaraan pribadi daripada angkutan umum karena
ketersediaannya terbatas di malam hari
Jarak perjalanan, semakin jauh jarak perjalanan yang
ditempuh maka pemilihan moda motorized dan jenis
angkutan umum semakin tinggi dibandingkan dengan jarak
perjalanan yang pendek
Faktor-faktor yang
mempengaruhi Pilihan Moda
Ciri fasilitas moda transportasi (performansi
moda):
Waktu perjalanan: waktu menunggu di
pemberhentian bus, waktu berjalan ke
pemberhentian bus, waktu selama bergerak, dsb
Biaya transportasi: tarif angkutan, biaya bahan
bakar, tarif perpindahan moda, dsb
Ketersediaan ruang dan tarif parkir
Kenyamanan dan keamanan
Keandalan (waktu yang terjadwal, kemudahan
mendapat informasi waktu
keberangkatan/kedatangan, dsb)
Faktor-faktor yang
mempengaruhi Pilihan Moda
Ciri kota atau zona:
Jarak dari pusat kota atau pusat fasilitas yang
akan dituju
Urban form (bentuk/struktur kota): kepadatan
penduduk
Ciri penggunaan lahan (mix uses or single uses)
Urban/site design: desain jaringan jalan
permukiman (keberadaaan jalan buntu,
persimpangan, lebar jalan, dsb)
Model Pemilihan Moda
Penentuan model pemilihan moda merupakan
tahap yang tersulit dari four step model
umumnya di negara/wilayah berkembang
banyak dijumpai pergerakan dengan lebih
dari satu moda (seperti Indonesia sebagai
negara kepulauan)
Model pemilihan moda dapat dianggap

sebagai model agregat jika digunakan


informasi yang berbasis zona serta sebagai
model disagregat jika digunakan data
berbasis rumah tangga/individu
Pendekatan Model Pilihan
Moda
Existing routes which are deemed similar to a proposed
Analogi route, used as the basis for predicting ridership on the new
route.

Prepare a quick aggregate response to a change in the


Elastisitas transport system (e.g. fare increase)

Trip end and trip


interchange Aggregate predictions based on zonal demographics

models

Predict choice of mode for individual travellers based on


Model Disagregat demographic characteristics and service characteristics
(time, cost, comfort, etc) of all available modes.
Model Disagregat
Model ini umumnya digunakan karena dapat
dengan mudah ditelusuri pilihan moda
pergerakan melalui rumah tangga/individu
Model ini menggunakan konsep utilitas

sebagai dasar pemilihan moda bahwa


moda A akan dipilih ketika moda A memiliki
utilitas yang paling baik dibandingkan dengan
moda lainnya
Utilitas yang dimaksud dapat berupa biaya,

jarak, maupun performansi dari moda yang


dibandingkan
Konsep Utilitas dalam Model
Pemilihan Moda Disagregat
Konsep utilitas merepresentasikan perilaku individu
atas pilihan moda
Konsep utilitas merepresentasikan tingkat ketertarikan

individu atas semua alternatif moda yang tersedia


Jika diasumsikan semua individu menentukan

utilitasnya yang maksimum, maka dapat ditentukan


fungsi utilitas moda
Fungsi utilitas suatu moda berkaitan dengan

atribut/permofansi yang dimiliki oleh moda


Melalui fungsi utilitas ini dapat diperoleh

probabilitas/peluang pemilihan moda tertentu


Semakin tinggi biaya dan waktu dari suatu moda =

semakin redah fungsi utilitasnya, sehingga semakin


rendah probabilitas dipilihnya moda tersebut
Utility
Function
N
Uk i .Vi k k
k

i 1 Eror pada moda k

besaran kuantitatif u/ atribut ke i moda k

parameter/bobot u/ atribut ke i moda k

Utility moda k

moda A dan moda B UA dan UB U

Probabilitas U = f (UA, UB) distribusi fungsi (UA, UB)

Pendekatan model : Probit, Logit atau Linear


Contoh Pemilihan Moda dengan
metode disagregat
Kabupaten Bojonegoro merencanakan
pengembangan bandara, sehingga diperlukan
analisis sejauhmana probabilitas pemilihan moda
pesawat dibandingkan dengan moda darat yang
sudah tersedia
Melalui survey primer, diperoleh informasi biaya
dan waktu penggunaan moda darat sebagai
berikut:
Biaya Maksimal Pesawat yang Waktu Maksimal Pesawat yang
diharapkan diharapkan
Berdasarkan informasi tersebut, maka
diperoleh model pemilihan moda:
Dengan karakteristik seperti ini, maka dapat diperoleh
informasi probabilitas perpindahan moda dari darat ke
udara sebagai berikut:

Persentase Peralihan Moda Darat ke Pesawat


Uara
SEKIAN DAN TERIMAKASIH

Vous aimerez peut-être aussi