Vous êtes sur la page 1sur 60

BAGIAN ILMU PENYAKIT DALAM LAPORAN KASUS

FAKULTAS KEDOKTERAN DESEMBER 2016


UNIVERSITAS PATTIMURA

LAKI-LAKI USIA 35 TAHUN DENGAN


ABSES HEPAR

02/17/17
Pembimbing:
dr. Siti Hadjar Malawat, Sp.PD

Oleh:
Amanda J. Rumalatu (2011-83-010)

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK 1


PADA BAGIAN ILMU PENYAKIT DALAM RSUD Dr. M. HAULUSSY
AMBON
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PATTIMURA
Laporan Kasus
A. Identitas
Nama : Tn. JK

02/17/17
Tanggal Lahir : 1 Desember 1980
Umur : 35 tahun
Alamat : Kamal
Agama : Kristen Katholik
Pekerjaan : Wiraswasta
Nomor RM : 10-73-61
Tanggal MRS : 14 November 2016
Jam MRS : 21.10 WIT

Ruang : Ruang Interna Laki RSUD Dr. 2


Perawatan M. Haulussy Ambon
B. Anamnesis
Nyeri perut kanan atas sejak 7
Keluhan Utama hari yll SMRS

Keluhan Pusing, nyeri kepala, batuk, sesak, pilek,


Tambahan panas/demam, mual, muntah, nyeri
Pasien laki-laki usia
Anamnesis 35 tahun datang
uluhati,lemas, dengan
penurunan BB. keluhan nyeri

02/17/17
perut kanan atas yang dialami 7 hari yang lalu SMRS, nyeri
Terpimpin
bersifat hilang timbul dan sudah dirasakan selama 1 bulan
yang belakangan ini. Nyeri perut seperti tertusuk-tusuk dan
tembus ke belakang, nyeri juga menjalar ke bagian ulu hati
hingga ke bahu, kadang nyeri semakin bertambah berat
ketika pasien menarik napas. Pasien juga mengeluhkan
muntah sebanyak 2x, berwarna putih, muntahan berisi
ampas makanan dan air, tidak ada darah, tidak ada lendir.
Pasien juga merasakan mual yang dialami terus-menerus,
pasien juga mengeluhan nyeri kepala dan pusing berputar
yang bersifat hilang timbul. Pasien juga mengeluhkan
mengalami demam/panas yang disertai menggigil dengan 3
pola yang tidak menentu, batuk berlendir, berwarna putih,
tidak ada darah, pilek (+) disertai sesak napas yang dialami
Pasien juga mengaku mengalami penurunan berat
badan dalam 1 bulan terakhir kira-kira sebanyak 5 kg,
nafsu makan menurun, buang air besar cair > 10 x
berwarna kuning, tidak ada lendir, tidak ada darah dan
buang air kecil lancar

02/17/17
Sakit kuning sebelumnya disangkal,
Riwayat riwayat BAB encer sebelumnya
penyakit disangkal, riwayat transfusi darah
dahulu sebelumnya disangkal, hipertensi (-),
DM (-), Malaria pada bulan Oktober
2016
Sebelum dibawa ke RS pasien sudah
Riwayat mengkonsumsi neuralgin 2 x1 sehari, asam
pengobatan mafenamat 3 x 1 sehari dan paracetamol 3 x
1 sehari dan obat-obat tersebut sudah 4
dikonsumsi selama seminggu.
Riwayat minum alcohol sejak usia 17
Riwayat tahun, riwayat merokok sebanyak 1
kebiasaan bungkus/hari dan baru berhenti

02/17/17
merokok sejak 1 bulan terakhir, riwayat
minum obat herbal (+) : klorofil

Riwayat Riwayat sakit dengan keluhan yang


sama dalam keluarga disangkal
keluarga

5
Pemeriksaan Fisik
A. Keadaan umum: Sakit sedang
B. Statuz gizi: Kurang (BB 45,5kg, TB 168 cm, IMT 17
kg/m2 )

02/17/17
C. Kesadaran:Compos mentis
D. Tanda vital:
A.TD: 110/70 mmHg
B.Nadi: 92x/menit, regular dan kuat angkat
C.Pernapasan: 20x/menit
D.Suhu: 37,2 Celcius

Kepala
Bentuk kepala: normocephal
Simetris Wajah: simetris 6
Rambut: Hitam, bergelombang, tidak mudah tercabut
Pemeriksaan Fisik
F. Mata
Bola mata: eksoftalmus/endoftalmus (-/-)
Gerakan: ke segala arah

02/17/17
Kelopak mata: xanthelasma (-/-), edema (-/-)
Konjungtiva: Anemis (-/-), ikterus (-/-)
Pupil: isokor (3 mm/3 mm), refleks cahaya langsung
(+/+), refleks cahaya tidak langsung (+/+)
Kornea: pterigium (-/-), injeksi siliaris (-/-)

G. Telinga
Aurikula: tofus (-/-), sekret (-/-), nyeri tarik aurikula
(-/-)
Pendengaran: kesan normal
Prosesus mastoideus: nyeri tekan (-/-)
7
H. Hidung
Cavum nasi: lapang (-/-), sekret (-/-), darah (-/-)
Pemeriksaan Fisik
I. Mulut
Bibir: sianosis (-), stomatitis (-),
perdarahan (-)
Tonsil: T1/T1 tenang, hiperemis (-)
K. Dada
Gigi: intak Inspeksi: simetris ki = ka,

02/17/17
Faring: dalam batas normal pembengkakan abnormal (-)
Gusi: perdarahan (-) Bentuk: normochest
Lidah: kandidiasis oral (-), lidah Pembuluh darah: venektasi
kotor (-)
(-), spider naevi (-),
Buah dada: simetris ki = ka,
J. Leher tanda radang (-)
Kelenjar getah bening: Sela iga: pelebaran (-),
pembesaran (-)
retraksi (-)
Kelenjar tiroid: ukuran normal,
permukaan licin, konsistensi Atrofi M. Pectoralis Mayor (-)
kenyal, nyeri tekan (-)
DVS: JVP = 5-2 cmH2O
Pembuluh darah: Venektasi (-), 8
pulsasi abnormal (-)
Kaku kuduk: negatif
Tumor: tidak ada
Pemeriksaan Fisik
L. Paru
Palpasi: Fremitus raba simetris ki = ka, nyeri tekan
(-), pelebaran iga (-)

02/17/17
Perkusi: Paru kanan & kiri sonor, batas paru hepar di
ICS V, batas belakang paru kanan di vertebra
torakalis X, batas belakang paru kiri di vertebra
torakalis XI
Auskultasi: bunyi pernapasan vesikular, bunyi
tambahan Ronki (-/-), Wheezing (-/-)

9
M. Jantung
Inspeksi: ictus cordis tidak tampak
Palpasi: ictus cordis teraba di ICS V linea

02/17/17
midclavicula sinistra
Perkusi: redup, batas kanan jantung di ICS
III-IV linea parasternalis dextra, pinggang
jantung di ICS III sinistra (2-3 cm dari mid
sternum), batas kiri jantung di ICS V linea
midclavicularis sinistra.
Auskultasi: bunyi jantung I, II murni reguler,
murmur (-), gallop (-), frekuensi jantung 92
x/menit 10
Pemeriksaan Fisik
N. Abdomen
Inspeksi: datar, striae (-), caput medusae (-)
Palpasi: nyeri tekan perut kanan atas, nyeri tekan

02/17/17
epigastrium (+), hepar teraba membesar 4 cm di
bawah arcus costae dengan tepi rata,
konsistensi padat dan permukaan tidak
berbenjol-benjol, limpa tidak teraba membesar,
ginjal tidak teraba, tidak teraba masa tumor, Shiffting
Dullness (-)
Perkusi: timpani
Auskultasi: bising usus (+) normal
Punggung
Nyeri tekan (-), nyeri ketok CVA (-)
11
Alat Kelamin
Tidak dilakukan pemeriksaan
Pemeriksaan Fisik
Q. Anus dan rectum
Tidak dilakukan pemeriksaan

02/17/17
R. Ekstremitas
Akral hangat + +
+ +
Sianosis (-)
Edema: (-)

12
Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Lab : Tidak dilakukan
2. Pemeriksaan Radiologi :

02/17/17
13
3. Pemeriksaan EKG : Dalam batas normal

02/17/17
14
Resume
Pasien laki-laki usia 35 tahun datang dengan keluhan
nyeri perut kanan atas yang dialami 7 hari yang lalu SMRS,
nyeri bersifat hilang timbul dan sudah dirasakan selama 1
bulan yang belakangan ini. Nyeri perut bersifat hilang timbul,

02/17/17
seperti tertusuk-tusuk dan tembus ke belakang, nyeri juga
menjalar ke bagian ulu hati hingga ke bagian bahu, kadang
nyeri semakin bertambah berat ketika pasien menarik napas.
Pasien juga mengeluhkan muntah sebanyak 2x, berwarna
putih, muntahan berisi ampas makanan dan air, tidak ada
darah, tidak ada lendir. Pasien juga merasakan mual yang
dialami terus-menerus, pasien juga mengeluhan nyeri kepala
dan pusing berputar yang bersifat hilang timbul. Pasien juga
mengeluhkan mengalami demam/panas yang disertai
menggigil dengan pola yang tidak menentu, batuk berlendir,
berwarna putih, tidak ada darah, pilek (+) disertai sesak
napas yang dialami sewaktu melakukan aktivitas yang berat
dan menghilang dengan beristirahat, pasien juga merasakan
lemas sekalipun tidak melakukan aktifitas yang berat. Pasien
juga mengaku mengalami penurunan berat badan dalam 1
bulan terakhir kira-kira sebanyak 5 kg, nafsu makan 15
menurun, buang air besar cair > 10 x berwarna kuning, tidak
ada lendir, tidak ada darah dan buang air kecil lancar.
Riwayat BAB encer sebelumnya disangkal, riwayat
transfusi darah sebelumnya disangkal, hipertensi (-), DM
(-), Malaria pada bulan Oktober 2016 . Sebelum dibawa ke
RS pasien sudah mengkonsumsi neuralgin 2 x1 sehari,
asam mafenamat 3 x 1 sehari dan paracetamol 3 x 1 sehari
dan obat-obat tersebut sudah dikonsumsi selama

02/17/17
seminggu. Pasien juga sering mengonsumsi alkohol dan
rokok serta mengkonsumsi obat herbal klorofil. Riwayat
sakit dengan keluhan yang sama dalam keluarga disangkal.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran compos
mentis. Tanda vital; tekanan darah : 110/70 mmHg, nadi:
92x/menit, Pernapasan: 20x/menit, Suhu: 37,2 Celcius.
Pemeriksaan fisik abdomen pada palpasi didapatkan nyeri
tekan perut kanan atas (hipocondrium dekstra) dan
epigastrium , hepar teraba membesar 4 cm di bawah arcus
costae dengan tepi rata, konsistensi padat dan permukaan
tidak berbenjol-benjol.
16
Assesment
Diagnosis Kerja : Abses hepar
Gastritis Akut

02/17/17
Diare kronik

Diagnosis Banding : Hepatoma


Kolesistitis
Kolelitiasis

17
Tatalaksana
IVFD Asering 20 tetes per menit
Inj cefotaxim (iv) 2 x 1 gr

02/17/17
Inj ketorolac (iv) 2 x 1 amp
Inj Ranitidin (iv) 2 x 1 amp
Alprazolam tab (0-0-1)

18
Rencana Pemeriksaan
Laboratorium:
Darah Rutin

02/17/17
Darah Kimia
Pem. Serologi

19
Hasil Pemeriksaan
Penunjang
LABORATORIUM
A.Darah Rutin (Tanggal 22/11/2016)
WBC : 14,25 x 103/ UL (4,00-10,00)
LYM : 2,7 x 103/ UL (0,80-4,00)
GRA : 23,5 % (20,00-50,00)

02/17/17
MON : 7,6 x 103 /UL (2,00-7,80)
RBC : 4,00 x 103/UL (4,00-5,74)
HGB : 10,9 g/dl (13,10-17,20)
MCHC : 29,43 g/dl (32-35,50)
MCH : 22,26 pg (27,80-33,80)
MCV : 75,62 fL (83,90-99,10)
HCT : 37,03 %(38,00-50,80)
PLT : 319 x 103/UL (150.000-350.000) B. Darah Kimia (15/11/2016)
GDP : 50 mg/dl ( 80-100mg/dl)
Ureum : 16mg/dl (10-50mg/dl)
Kreatinin : R. habis
Kolesterol total: 71 (<200mg/dl)
SGOT : 26 (<33 U/L)
20
SGPT : 44 <50 U/L)
Hasil Pemeriksaan
Penunjang
C. Pem. Serologi (Tanggal 15/11/2016)
HbsAg : Non reaktif

02/17/17
Anti HCV : Non reaktif
HIV : Non reaktif

D. Parasitologi (22/11/2016)
Malaria : (-)

21
USG Abdomen
(22/11/2016)
Hepar Ukuran membesar (uk. Sekitar 15 cm),
tepi reguler, sudut tajam, ekogenitas
parenkim inhomogenV. Hepatica dan vena
cava inferior tak melebar, tampak lesi

02/17/17
hipoekoik dengan necrotic area, bentuk
relatif bulat, batas tegas, tepi sebagian
irreguler pada segmen 7 (uk. Sekitrar
8.52-8.81 cm)

Ginjal Kanan Ukuran normal, tepi rata intensitas echo


parenkim tampak normal, batas sinus
cortex masih tampak jelas, tak tampak
ektasis sistem pelviocalyceal, tak tampak
adanya batu/kista/massa
Ginjal Kiri Ukuran normal, tepi rata intensitas echo 22
parenkim tampak normal, batas sinus
cortex masih nampak jelas, tak tampak
ektasis sistem pelviocalyceal, tak tampak
Spleen Ukuran tak membesar,
parenkim homogen, tak
tampak nodul. Vena lienalis

02/17/17
tak melebar
Pankreas Ukuran tak membesar,
parenkim homogen
Vesica urinaria Terisi urin optimal, dinding tak
menebal, tak tampak batu
Prostat Ukuran tak membesar

KESAN :
Lesi hipoekoik dengan necrotic area, bentuk
relatif bulat, batas tegas, tepi sebagian irreguler
pada segmen 7 hepar (uk. Sekitar 8.52 x 8.81 23
cm) Gambaran Liver Abscess
02/17/17
24
02/17/17
25
FOLLOW UP

02/17/17
26
02/17/17
27
02/17/17
28
02/17/17
29
02/17/17
30
02/17/17
31
02/17/17
32
02/17/17
33
02/17/17
34
TINJAUAN PUSTAKA

02/17/17
ABSES HEPAR

35
Definisi

Rongga patologis berisi jaringan nekrotik

02/17/17
yang timbul dalam jaringan hati akibat
infeksi amuba, bakteri, parasit, atau jamur.
AMEBIK (AHA)

ABSES
HEPAR
PIOGENIK (AHP)
36
Epidemiologi
ABSES hepar amebik > Abses hepar
piogenik (di negara berkembang)

02/17/17
AHP >> di daerah tropis dengan
kondisi sanitasi yang kurang
AHP : P > W
Usia berkisar > 40 tahun
Insidensi puncak pada dekade ke-6

37
Etiologi
Abses Abses
Hepar Hepar
Amebik

02/17/17
Piogenik
E. coli >>
Entamoeba Microaerophilic
histolytica Streptococci,
Penularan Anaerobic streptococc
:
Klebsiella pneumonia,
ingesti kista dari bacteroides,
air, makanan, dan fusobacterium,
tangan yang Staphylococcus aureus
terkontaminasi Staphylococcus milleri,
secara fekal. Candida albicans, 38
Patogenesis
Abses Hepar
Amebik

02/17/17
39
02/17/17
40
Abses Hepar Piogenik

Terjadi melalui infeksi dari :

02/17/17
41
Manifestasi Klinis
Abses Hepar
Amebik
Demam dan nyeri perut kuadran kanan atas,

02/17/17
dengan sifat nyeri yang tumpul seperti ditekan, atau
pleuritik, dan dapat menjalar ke bahu.
Efusi pleura kanan biasa terjadi. Jarang terjadi
ikterus.
Diare aktif sebelumnya.
Nyeri dada kanan bawah atau nyeri bahu abses
terletak dekat diafragma
Nyeri di epigastrium absesnya di lobus kiri
Anoreksia, mual, muntah, perasaan lemah badan,
dan penurunan berat badan
42
Batuk dan gejala iritasi diafragma juga bisa dijumpai
walaupun tidak ada ruptur abses melalui diafragma.
Abses Hepar
Piogenik
>> berat dari AHA

02/17/17
Nyeri spontan perut kanan atas, yang ditandai
dengan jalan membungkuk ke depan dengan kedua
tangan diletakkan di atas.
Malaise, demam yang tidak terlalu tinggi
Iritasi diafragma nyeri pada bahu sebelah kanan,
batuk maupun atelektasis.
Mual dan muntah, berkurangnya nafsu makan,
terjadi penurunan berat badan , buang air besar
berwarna seperti kapur dan buang air kecil
berwarna lebih gelap. 43
Ikterus
Pemeriksaan Penunjang
Abses Hepar Abses Hepar
Amebik Piogenik
Lab : Lab :

02/17/17
Lekositosis berkisar Tidak terdapat tanda-
5.000 30.000, tetapi
umumnya antara 10.000 tanda spesifik.
- 12.000. Leukosit meningkat
Kadar fosfatase alkali dengan jelas
serum meningkat. kultur walaupun pada
Tes serologi titer amuba beberapa kasus
menunjukkan hasil diatas menunjukkan kadar
atau sama dengan 1 : yang normal.
128. LED meningkat
Peningkatan nilai Anemia ringan 44
bilirubin & pemanjangan
masa protrombin. Fosfatase alkali dapat
meningkat.
Abses Hepar Amebik Abses Hepar Piogenik

Radiologi : Pada foto polos,


Terlihat kubah diafragma elevasi atau

02/17/17
kanan meninggi, efusi perubahan
pleura dan atelektasis
diafragma kanan
paru kanan.
Pemeriksaan USG
terlihat pada 50%
dengan : menentukan kasus.
lokasi dan besarnya Dapat dijumpai
abses. atelektasis pleura
Abses biasanya terletak kanan, efusi pleura
di tepi hati, tunggal dan kanan, peleuritis,
terisi cairan hipoekoik.
empiema, abses
CT-scan: deteksi luasnya
lesi hingga kurang dari 1
paru. 45

cm.
Diagnosis
Abses Hepar
Amebik
Kriteria
Kriteria Sherlock: Ramachandran

02/17/17
1.Hepatomegali yang (bila didapatkan 3
nyeri tekan atau lebih dari):
2.Respon baik terhadap
1.Hepatomegali yang
obat amoebisid
nyeri
3.Leukositosis
2.Riwayat disentri
4.Peninggian diafragma
3.Leukositosis
kanan dan pergerakan
yang kurang 4.Kelainan radiologis
5.Aspirasi pus 5.Respon terhadap terapi
amoebisid
6.Pada USG didapatkan 46
rongga dalam hati
7.Tes hemaglutinasi (+)
positif
Kriteria lamont dan Pooler (bila
didapatkan 3 atau lebih dari ):

02/17/17
1. Hepatomegali yang nyeri
2. Kelainan hematologis
3. Kelainan radiologis
4. Pus amoebik
5. Tes serologic positif
6. Kelainan sidikan hati
7. Respon yang baik dengan terapi
amoebisid 47
Abses Hepar Piogenik

Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisis


dan laboratories serta pemeriksaan
penunjang.

02/17/17
Diagnosis AHP kadang-kadang sulit
ditegakkan sebab gejala dan tanda klinis
sering tidak spesifik.
Diagnosis berdasarkan penyebab adalah
dengan menemukan bakteri penyebab pada
pemeriksaan kultur hasil aspirasi, ini
merupakan gold standard untuk diagnosis.

48
Diagnosis Banding
Diagnosis abses hepar amoebik dapat dibingungkan
dengan penyakit paru atau kandung empedu atau

02/17/17
penyakit demam lainnya dengan sedikit tanda yang
terlokalisir, seperti malaria atau demam typhoid.
Sejak radiologi telah mampu mendiagnosis adanya
abses hepar, yang paling penting pada diagnosis
banding apakah abses heparnya amoebik atau
pyogenik.
Abses pyogenik biasanya tejadi pada orang tua dan
memiliki riwayat penyakit pencernaan yang
mendasari atau riwayat baru operasi.
Tes serologi amoebik dapat membantu, tetapi
aspirasi pus dengan pewarnaan Gram dan kultur pus, 49
mungkin dibutuhkan untuk membedakan keduanya.
Penatalaksanaan
Tirah baring, diet tinggi kalori tinggi protein.
Pada AHA: metronidazole 4 x 500-750 mg/hari

02/17/17
selama 5-10 hari. Metronidazol merupakan
pilihan utama pada AHA. Nitroimidazol kerja
lambat ( tinidazol dan ornidazol) efektif sebagai
terapi dodis tunggal pada negara berkembang.
Pada AHP: antibiotika spectrum luas, dan
termasuk ampicillin dan aminoglikosida (bila
dicurigai sumber infeksi dari bilier) atau
golongan sefalosporin generasi ketiga (bila
dicurigai sumber infeksi berasal dari kolon), dan
sebagai tambahan metronidazol, untuk organism
anaerob,atau sesuai hasil kultur kuman. 50
Drainase cairan abses terutama pada kasus
yang gagal dengan terapi konservatif atau

02/17/17
bila abses berukuran besar (>5 cm)
Pembedahan harus dipersiapkan jika terjadi
perforasi dan ruptur abses ke perikard

51
Komplikasi
Ruptur abses hati disertai peritonitis generalisata
dengan mortalitas 6-7%,

02/17/17
Kelainan pleuropulmonal
Gagal hati
Perdarahan ke dalam rongga abses,
Empiema
Ruptur ke dalam perikard atau retroperitoneum.

52
Prognosis
Prognosis penyakit ini ditentukan oleh virulensi
parasit, status imunitas dan keadaan nutrisi penderita,

02/17/17
usia penderita (lebih buruk pada usia tua, tipe akut
mempunyai prognosis lebih buruk, letak abses di lobus
kiri dan multiple memiliki prognosis lebih buruk.
Mortalitas AHP yang diobati dengan antibiotika yang
sesuai bakterial penyebab dan dilakukan drainase
adalah 10-16%.
Prognosis yang buruk apabila terjadi keterlambatan
diagnosis dan pengobatan. Jika hasil kultur darah yang
memperlihatkan bakterial penyebab multiple, tidak
dilakukan drainase terhadap abses, adanya ikterus,
hipoalbuminemia, efusi pleural, atau adanya penyakit 53
lain.
02/17/17
DISKUSI KASUS

54
Kasus :
Pasien masuk dengan keluhan nyeri perut kanan atas
yang sifat nyerinya seperti ditusuk-tusuk, tembus ke
belakang sampai menjalar ke ulu hati. Pasien juga
mengalami mual dan riwayat demam. Dari hasil
pemeriksaan fisis diperoleh adanya hepatomegali,
yakni hepar teraba 4 cm bawah arcus costa, dengan

02/17/17
permukaan yang fluktuatif, konsistensi lunak, tepi
regular, Pembahasan (diagnosis)
dan nyeri tekan (+). :
Beberapa penyakit dengan manifestasi nyeri perut
kanan atas dan hepatomegali yaitu Hepatoma,
Hepatitis, Abses Hepar. Pada pasien ini, diagnosis
lebih cenderung ke arah abses hepar
hepatomegali dengan permukaan yang fluktuatif
dan konsistensi yang lunak. Sedangkan pada
hepatoma, hepar cenderung konsistensinya keras,
permukaan bisa rata ataupun tidak rata, atau
bahkan berbenjol-benjol, atau dengan tepi yang
tumpul. 55
Anamnesis :
Riwayat diare sebulan sebelumnya. AHA
merupakan salah satu komplikasi amebiasis
ekstraintestinal yang paling sering dijumpai. Ada
beberapa kriteria untuk mendiagnosis AHA,
antara lain kriteria Sherlock (1969).
Kasus ini memenuhi kriteria Sherlock yaitu
adanya hepatomegali yang nyeri tekan, adanya

02/17/17
lekositosis, dan pemeriksaan USG yang
mendukung (adanya rongga di dalam hepar),
serta adanya respon yang baik setelah terapi
amoebisid.
P. Penunjang :
Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan
adanya leukositosis (14.025), penurunan kadar
Hb (10,9) kesan anemia mikrositik hipokrom.
Untuk pemeriksaan 3 virus, didapatkan HbsAg,
Anti HCV dan HIV non reaktif. Hasil USG abdomen
menunjukkan adanya abses hepar dengan ukuran
8,52 x 8,81 cm. Hasil pemeriksaan penunjang ini
56
mendukung diagnosis abses hepar.
Pemeriksaan fisis & P. Penunjang :
Didapatkan nyeri pada hipokondrium dextra
peregangan kapsula Glison pada hepar sebagai
akibat adanya abses.
Anemia trophozoit sangat aktif bergerak,

02/17/17
mengandung protease yaitu hialuronidase dan
mukopolisakaridase yang mampu mengakibatkan
destruksi jaringan dan mampu memangsa
eritrosit
Leukositosis sendiri muncul sebagai akibat dari
reaksi inflamasi dari infeksi.

57
Penatalaksanaan
Diet hepar dan pemberian infus Asering 20 tpm
sebagai penyeimbang elektrolit.
Antibiotik : Metronidazole yang merupakan drug
of choice dengan dosis 0,5 gr/ 8jam/ drips.
Cefotaxime yang merupakan antibiotik

02/17/17
sefalosporin generasi ke tiga ( 3 ) dan bersifat
bakterisidal. cefotaxime aktif terhadap bahteri gram
negatif seperti :E.coli,H.influenzae,Klebsiella
sp,Proteus sp( indole positif dan negatif ),Serattia
sp,Neissarea sp, danBacteroides sp. Bakteri gram
positif yang peka antara
lain :Staphylococci,Streptococci
aerobsertaanaerob,Streptococcus pneumoniae,
dan

58
Ranitidin (antagonis reseptor histamin
2(AH2) memblokir efek histamin pada sel
parietal lambung sehingga menghambat
produksi asam lambung dan bermanfaat
untuk mengurangi nyeri epigastrium yang
dialami pasien.

02/17/17
Sucralfat sirup : membentuk lapisan
sitoprotektif untuk melindungi mukosa
lambung terhadap pengaruh asam dan
pepsin.
Sohobion : mengatasi rasa pegal, capek, dsb
sedangkan ketorolak yang merupakan
golongan NSAID diberikan sebagai anti nyeri.
Ukuran abses yang besar, > 5 cm pada
kasus ini, merupakan indikasi dilakukannya
drainase. 59
02/17/17
60

Vous aimerez peut-être aussi