Vous êtes sur la page 1sur 76

Pertolongan Pertama

Pada Kecelakaan (P3K)


Pengenalan Umum P3K
Pengertian

Pertolongan Pertama
Pemberian pertolongan segera kepada penderita sakit
ataupun cedera (kecelakaan) yang memerlukan
penanganan medis dasar.

Medis Dasar
Tindakan perawatan berdasarkan ilmu kedokteran yang
dimiliki oleh orang awam atau orang awam yang terlatih
secara khusus.
Dasar Hukum

Dasar hukum mengenai pertolongan pertama belum diatur secara


khusus, namun umumnya merujuk pasal 531 KUHP yang
menyebutkan bahwa :
Barangsiapa menyaksikan sendiri ada orang di dalam keadaan
bahaya maut, lalai memberikan atau mengadakan pertolongan
kepadanya sedang pertolongan itu dapat diberikannya atau
diadakannya dengan tidak akan menguatirkan, bahwa ia sendiri
atau orang lain akan kena bahaya dihukum kurungan selama-
lamanya tiga bulan atau denda sebanyak-banyaknya Rp. 4.500,-.
Jika orang yang perlu ditolong itu mati, diancam dengan : KUHP
45, 165, 187, 304s, 478, 535, 566
Tujuan

1. Menyelamatkan jiwa
penderita.
2. Mencegah kecacatan.
3. Memberikan rasa nyaman
dan menunjang proses
penyembuhan.
Kewajiban Penolong

1. Menjaga keselamatan diri, anggota tim, penderita dan orang


lain di sekitarnya.
2. Dapat menjangkau penderita baik dalam kendaraan,
kerumunan massa maupun bangunan.
3. Dapat mengenali dan mengatasi masalah yang mengancam
nyawa.
4. Meminta bantuan ataupun rujukan apabila diperlukan.
5. Memberikan pertolongan dengan cepat dan tepat
berdasarkan keadaan korban.
6. Membantu pelaku pertolongan pertama lainnya.
7. Ikut menjaga kerahasiaan medis penderita.
8. Melakukan komunikasi dengan petugas lain yang terlibat.
9. Mempersiapkan penderita untuk ditransportasikan.
Peralatan

1. Penutup luka :
o Kasa steril. Alat Pelindung Diri :
o Bantalan Kasa. 1. Sarung tangan
2. Pembalut luka : lateks.
o Pembalut gulung (pita). 2. Kacamata pelindung.
o Pembalut segitiga (mitella). 3. Baju pelindung.
o Pembalut tubuller (tabung). 4. Masker.
o Pembalut rekat (plester). 5. Helm (untuk
3. Cairan antiseptik : melindungi apabila
o Alkohol 70%. menolong di tempat
o Betadine. yang rawan akan
o Cairan pencuci mata (boorwater). jatuhnya benda dari
4. Bidai dan peralatan stabilitas tubuh lainnya. atas seperti runtuhan
5. Gunting pembalut. bangunan,dsj).
6. Pinset.
7. Senter.
8. Kapas.
9. Selimut.
10. Oksigen.
Pemeriksaan

A. Penilaian Keadaan
1. Bertujuan untuk memperoleh gambaran umum tentang kejadian
kecelakaan.
2. Mengetahui faktor-faktor apa saja yang dapat mendukung
ataupun mendukung pelaksanaan pertolongan pertama.
3. Menilai mengenai bahaya lain yang dapat terjadi baik terhadap
penderita, penolong maupun orang lain di sekitar tempat
kejadian.
4. Pada tahap ini penolong juga perlu melakukan langkah-langkah
pengamanan lokasi, penderita, diri sendiri maupun orang lain di
tempat kejadian. Selain hal tersebut penolong juga menilai
bantuan apa saja yang diperlukan jika dianggap perlu dan
memungkinkan.
Pemeriksaan (Lanjutan)

B. Penilaian Dini
1. Kesan Umum :
o Kasus Trauma.
o Kasus Medis.
2. Respon :
o Awas.
o Suara.
o Nyeri.
o Tidak Respon.
3. Jalan Nafas (dewasa : 12 - 20 kali per menit, pada anak-anak : 15 - 30
kali/menit dan pada bayi : 25 - 50 kali/menit).
4. Sirkulasi dan Perdarahan Berat (dewasa : 60 - 90 kali/menit, pada anak : 80 -
150 kali/menit, bayi : 120 - 150 kali/menit).
Pemeriksaan (Lanjutan)

C. Pemeriksaan Fisik D. Riwayat Penderita


1. Perubahan Bentuk. 1. Keluhan utama.
2. Luka Terbuka. 2. Obat-obatan yang diminum.
3. Nyeri Tekan. 3. Makanan/Minuman terakhir
4. Bengkak. sebelum kejadian.
5. Lainnya : 4. Penyakit yang
o Suhu Tubuh : 37 derajat sedang/pernah diderita.
Celcius. 5. Riwayat alergi.
o Tekanan Darah (normal 6. Kejadian yang dialami
dewasa : 60/100 mmHg - sebelum terjadinya
90/140 mmHg). gejala/kecelakaan.
Pemeriksaan (Selesai)

Pemeriksaan Nadi Radial Pemeriksaan Nadi Karotis Penilaian Pernafasan


Perdarahan

A. Pengertian
Rusaknya dinding pembuluh darah yang dapat disebabkan oleh ruda paksa
(trauma) ataupun penyakit.

B. Derajat Berat Perdarahan


Kehilangan darah sebanyak 1000 cc pada manusia dewasa merupakan hal
yang serius, sedangkan pada anak kehilangan 500 cc darah juga merupakan
hal yang serius. Pada bayi, kehilangan 150 cc darah dapat mengancam
nyawa.

C. Penolong
1. Gunakan alat pelindung diri untuk mencegah penularan penyakit melalui
kontak dengan darah.
2. Hindari menyentuh mulut, hidung, mata dan makanan sewaktu
menolong penderita karena dapat menjadikan media penularan penyakit
melalui kontak darah.
Perdarahan (Lanjutan)

D. Macam Perdarahan
1. Perdarahan Luar : rusaknya pembuluh darah disertai dengan kerusakan kulit yang
memungkinkan darah keluar dari tubuh.
a) Perdarahan Arteri : pembuluh nadi keluar menyembur sesuai dengan denyut pada
nadi dan darah berwarna merah terang karena darah kaya akan oksigen.
b) Perdarahan Vena : ditandai dengan darah yang keluar dari pembuluh balik (vena)
yang berwarna agak gelap.
c) Perdarahan Rambut (Kapiler) : berasal dari pembuluh rambut (kapiler), dimana
darah merembes keluar perlahan. Darah yang keluar bervariasi antara merah
terang ataupun merah gelap. Umumnya membeku sendiri perlahan.
2. Perdarahan Dalam : penyebab umum perdarahan dalam ialah benturan keras dengan
benda tumpul, terjatuh, ledakan dan sejenisnya. Perdarahan di bawah kulit dan dapat
beresiko tinggi.
Tanda-tanda :
o. Cedera ataupun memar disertai nyeri dan pembengkakan.
o. Muntah darah, batuk darah, berak darah, kencing disertai darah, keluar darah atau
cairan dari hidung atau telinga baik berupa darah segar maupun darah hitam
Perdarahan (Lanjutan)

Perdarahan Arteri

Perdarahan Vena

Perdarahan Kapiler
Perdarahan (Lanjutan)

E. Penanganan Perdarahan
1. Perdarahan Luar
a) Tekanan Langsung : Menekan bagian yang berdarah tepat di atas luka,
umumnya perdarahan akan berhenti 5 - 15 menit kemudian. Beri pembalut
tekan untuk menghentikan perdarahan.
b) Elevasi : meninggikan daerah luka lebih tinggi dari jantung disertai dengan
teknik penekanan langsung di atas. Berguna untuk memperlambat
perdarahan. Untuk luka di anggota gerak.
c) Titik tekan : menekan pembuluh nadi di atas daerah yang mengalami
perdarahan. Terdapat 2 (dua) titik tekan yaitu nadi brakialis (pembuluh nadi
di lengan atas) dan nadi femoralis (pembuluh nadi di lipat paha).
d) Cara lain :
o Immobilisasi dengan atau tanpa pembidaian.
o Kompres dingin.
o Torniket.
Perdarahan (Selesai)

2. Perdarahan Dalam
a) Baringkan penderita.
b) Jangan memberikan makanan ataupun minuman pada penderita.
c) Berikan oksigen bila ada.
d) Rawat sebagai syok.

Teknik Tekanan Langsung Teknik Elevasi Penanganan Syok


Cedera Sistem Otot dan Rangka

A. Sistem Otot dan Rangka


o Sistem muskuloskeletal (otot-rangka) memungkinkan manusia berdiri tegak
dan bergerak.
o Juga berfungsi untuk melindungi organ dalam tubuh vital.
o Erat kaitannya dengan anggota gerak, setiap cedera ataupun gangguan
pada sistem ini akan mengakibatkan terganggunya pergerakan seseorang
untuk sementara ataupun selamanya.

B. Macam-Macam Cedera Sistem Otot dan Rangka


1. Patah Tulang.
a) Tanda-tanda : perubahan bentuk anggota badan, nyeri dan kaku pada
daerah yang cedera (patah), suara derik pada daerah patahan karena
gesekan antar tulang yang patah, pembengkakan (robeknya jaringan
lunak sekitar daerah patahan), memar (perubahan warna kulit karena
cedera bawah kulit) dan gangguan peredaran darah dan persyarafan.
Cedera Sistem Otot dan Rangka (Lanjutan)

b) Jenis-Jenis Patah Tulang.


o Patah Tulang Terbuka : ditandai dengan adanya luka di permukaan
kulit di atas/dekat bagian tulang yang patah sehingga bagian tulang
yang patah berhubungan langsung dengan udara, akan tetapi
patahan tulang tidak selalu terlihat menonjol keluar. Patah tulang
terbuka memerlukan pertolongan lebih cepat dikarenakan adanya
resiko perdarahan serta kemungkinan terjadinya infeksi lebih besar
karena terpapar lingkungan.
o Patah Tulang Tertutup : permukaan kulit di dekat daerah patahan
masih utuh sehingga patahan tulang tidak berhubungan dengan
kontak udara luar.
2. Urai/Cerai Sendi (Dislokasi).
Keluarnya kepala sendi dari mangkok sendi atau keluarnya ujung tulang dari
sendinya yang bisa diakibatkan karena sendi yang teregang melebihi batas
normal sehingga kedua ujung tulang persendian terpisah tidak pada
tempatnya. Jaringan ikat sendi tertarik dan kemungkinan sampai terobek.
Tanda-tandanya hampir sama dengan tanda-tanda patah tulang di atas,
namun lokasinya di daerah persendian secara khusus.
Cedera Sistem Otot dan Rangka (Lanjutan)

Patah Tulang Terbuka Patah Tulang Tertutup


Cedera Sistem Otot dan Rangka (Lanjutan)

3. Terkilir/Keseleo.
a) Terkilir Sendi (Sprain) : robek/putusnya jaringan ikat sekitar sendi karena
sendi teregang melebihi batas normal yang bisa disebabkan karena
salah gerakan atau pun terpeleset. Gejala dan tanda terkilir sendi antara
lain : nyeri, bengkak dan warna kulit merah kebiruan di sekitar
persendian.
b) Terkilir Otot (Strain) : robek/putusnya jaringan otot pada bagian tendon
(ekor otot) karena otot teregang melebihi batas normal. Cedera ini
umumnya terjadi karena pembebanan secara tiba-tiba pada otot
tertentu. Bisa juga terjadi karena pembebanan berat tanpa pemanasan
otot terlebih dahulu ataupun pemanasan dengan gerakan yang salah
dan teregang melebihi batas normal. Tanda-tanda terkilir otot antara lain
: nyeri yang tajam dan mendadak pada daerah otot tertentu, nyri
menyebar keluar disertai kejang dan kaku (kaku otot) dan bengkak pada
daerah cedera.
Cedera Sistem Otot dan Rangka (Lanjutan)

C. Penanganan Cedera Sistem Otot dan Rangka


1. Lakukan penilaian dini (respon, tanda nafas dan nadi).
2. Lakukan penilaian fisik (perubahan bentuk, luka, nyeri tekan dan bengkak).
3. Stabilkan bagian yang patah.
4. Atasi perdarahan dan luka (bila ada).
5. Persiapkan alat dan bahan untuk pembidaian kemudian lakukan pembidaian.
Sesuaikan ukuran bidai sesuai ukuran daerah cedera dan jangan terlalu kuat
sehingga peredaran darah terganggu.
6. Kurangi rasa sakit dengan kompres dingin, jika bukan cedera patah tulang
terbuka.
7. Baringkan penderita pada posisi nyaman.
8. Rujuk ke fasilitas kesehatan terdekat.
Cedera Sistem Otot dan Rangka (Lanjutan)

Pembidaian
Pembidaian Paha
Paha dan
dan Tungkai
Tungkai Bawah
Bawah
Cedera Sistem Otot dan Rangka (Lanjutan)

D. Macam-Macam Bidai
1. Bidai Keras.
Secara umum terbuat dari bahan yang keras dan kaku. Bahan yang sering dipakai ialah
kayu, aluminium, karton, plastik ataupun bahan lain yang kuat. Contoh : bidai kayu,
bidai dan bidai vakum.
2. Bidai yang dapat dibentuk.
Bidai yang dapat diubah menjadi berbagai bentuk dan kombinasi sesuai dengan daerah
cedera. Contoh : bidai vakum, bantal, selimut, karton dan kawat.
3. Bidai Traksi.
Bidai bentuk jadi yang bervariasi tergantung dari pembuatannya. Umumnya digunakan
oleh tenaga ahli (khusus) dan dipakai untuk patah tulang paha. Tujuannya ialah untuk
menjaga kelurusan dari tulang yang patah.
4. Bidai Gendongan/Bebat.
Umumnya menggunakan pembalut mitela (pembalut segi tiga). Menggunakan prinsip
memanfaatkan tubuh penderita untuk menghentikan pergerakan pada daerah cedera.
Merupakan bidai yang sering digunakan untuk cedera anggota gerak bagian atas.
Contoh : bidai gendongan lengan.
Cedera Sistem Otot dan Rangka (Selesai)

Bidai Lengan Bawah & Bidai Pergelangan Kaki Bidai Fleksibel Bidai Kawat
Gendongan

Bidai Kayu Bidai Tiup Bidai Vakum Bidai Karton


Luka Bakar

A. Pengertian
Semua cedera yang terjadi akibat paparan terhadap suhu yang tinggi.

B. Penyebab
1. Thermal (suhu di atas 60 derajat Celcius).
2. Kontak Bahan Kimia (asam kuat).
3. Teraliri Listrik Tegangan/Arus Tinggi.
4. Radiasi.

C. Derajat Luka Bakar


1. Luka Bakar Derajat I (Satu) / Permukaan.
Luka bakar hanya meliputi lapisan kulit paling atas saja. Ditandai dengan
kulit kemerahan, nyeri dan terkadang bengkak pada daerah yang terkena.
Contoh : luka bakar karena sengatan matahari.
Luka Bakar (Lanjutan)

Luka
Luka Bakar
Bakar Derajat
Derajat II
Luka Bakar (Lanjutan)

2. Luka Bakar Derajat II (Dua).


Luka bakar meliputi lapisan kulit paling luar sehingga lapisan kulit di
bawahnya terganggu. Luka bakar ini termasuk luka bakar yang paling sakit.
Ditandai dengan gelembung pada kulit yang menggelembung berisi cairan,
bengkak, kulit kemmerahan ataupun putih, lembab dan rusak. Contoh : luka
bakar terkena minyak panas.

3. Luka Bakar Derajat II (Tiga)


Lapisan yang terkena tidak terbatas. Luka bakar juga bisa sampai ke tulang
dan organ tubuh dalam. Ditandai dengan kulit tampak kering, pucat atau
putih dan gosong atau hitam diikuti dengan mati rasa karena kerusakan
syaraf sehingga rasa nyeri hanya timbul di daerah sekitar luka saja.

- Luka bakar derajat yang lebih tinggi selalu dikelilingi oleh luka bakar
derajat lebih rendah di sekitarnya. -
Luka Bakar (Lanjutan)

Luka
Luka Bakar
Bakar Derajat
Derajat II
II Luka
Luka Bakar
Bakar Derajat
Derajat III
III
Luka Bakar (Lanjutan)

D. Tingkat Keparahan Luka Bakar


1. Luka Bakar Ringan.
o. Tidak mengenai wajah, tangan, kaki, sendi, kemaluan atau saluran nafas.
o. Luka bakar derajat III (tiga) kurang dari 2% luas permukaan tubuh.
o. Luka bakar derajat II (dua) kurang dari 15% luas permukaan tubuh.
o. Luka bakar derajat I (satu) kurang dari 50% luas permukaan tubuh.
o. Luka bakar derajat II (dua) kurang dari 10% luas permukaan tubuh
(bayi/anak).
2. Luka Bakar Sedang.
o. Tidak mengenai wajah, tangan, kaki, sendi, kemaluan atau saluran nafas.
o. Luka bakar derajat III (tiga) 2% - 10% luas permukaan tubuh.
o. Luka bakar derajat II (dua) 15% - 30% luas permukaan tubuh.
o. Luka bakar derajat I (satu) lebih dari 50% luas permukaan tubuh.
o. Luka bakar derajat II (dua) 10% - 20% luas permukaan tubuh (bayi/anak).
Luka Bakar (Lanjutan)

3. Luka Bakar Berat.


o. Mengenai wajah, tangan, kaki, sendi, kemaluan atau saluran pernafasan.
o. Luka bakar derajat III (tiga) lebih dari 10% luas permukaan tubuh.
o. Luka bakar derajat II (dua) lebih dari 30% luas permukaan tubuh.
o. Luka bakar yang disertai nyeri, bengkak dan perubahan bentuk alat
gerak.
o. Luka bakar meliputi satu bagian tubuh seperti lengan, tungkai atau dada.
o. Luka bakar derajat III (tiga) atau derajat II (dua) lebih besar 20% luas
permukaan tubuh (bayi/anak).
Luka Bakar (Lanjutan)

Hukum
Hukum Sembilan
Sembilan
Luka Bakar (Lanjutan)

E. Penanganan Luka Bakar


1. Hentikan proses luka bakar, alirkan air dingin pada bagian yang terkena. Bila
proses luka bakar dikarenakan bahan kimia, maka alirkan air dingin terus-
menerus selama 20 menit.
2. Lepaskan pakaiaan ataupun perhiasan penderita. Gunting pakaian apabila
pakaian penderita lengket pada luka bakar.
3. Lakukan penilaian dini (respon, nafas dan nadi).
4. Berikan oksigen bila ada.
5. Tentukan derajat dan tingkat keparahn luka bakar penderita.
6. Tutup luka bakar menggunakan penutup (kassa) steril. Jangan pecahkan
gelembung serta jangan gunakan salep, antiseptik maupun es pada luka
bakar. Jika luka bakar mengenai mata, maka pastikan kedua mata ditutup.
Jika luka bakar mengenai jari-jemari, maka balut masing-masing jari secara
terpisah.
7. Jaga suhu tubuh penderita dan rawat cedera lain bila ada.
8. Rujuk ke fasilitas kesehatan terdekat.
Luka Bakar (Lanjutan)

F. Penanganan Luka Bakar Khusus


1. Luka Bakar Kimia.
o Aliri daerah luka bakar dengan air yang banyak secara terus-menerus
selama 20 menit dan jangan menyiram luka bakar dengan dengan air
apabila diketahui bahan kimia tersebut bereaksi kuat apabila berkontak
dengan air.
o Bila terkena mata, maka aliri terus luka bakar dengan air yang banyak
lebih dari 20 menit dan selama perjalanan menuju fasilitas kesehatan
terdekat apabila diperlukan.
o Posisikan tubuh agak jauh dari tubuh penderita yang terkontaminasi
bahan kimia untuk keselamatan penolong.
o Apabila diketahui bahan kimia berupa serbuk padat, maka sapu daerah
luka bakar dengan sikat halus, kemudian aliri air pada daerah luka bakar
selama 20 menit.
o Amankan bekas pakaiaan penderita yang terkontaminasi.
o Tutup luka bakar dengan kasa steril.
o Rujuk ke fasilitas kesehatan terdekat.
Luka Bakar (Lanjutan)

Penanganan Luka Bakar Kimia Pada Mata Penanganan Luka Bakar Kimia (Padatan)
Luka Bakar (Lanjutan)

2. Luka Bakar Listrik.


o Matikan sumber listrik dan pindahkan penderita secara hati-hati dari
sumber listrik yang mengalir (gunakan papan dan galah supaya tidak
ikut teraliri listrik apabila aliran listrik masih ada).
o Lakukan penilaian dini (respon, nadi dan nafas).
o Cari luka bakar di daerah yang teraliri listrik dan tutup dengan kasa
steril.
o Persiapkan resisutasi jantung paru (RJP) apabila ada resiko henti nafas
atau henti jantung pada penderita.
o Rujuk ke fasilitas kesehatan terdekat.
Luka Bakar (Lanjutan)

Pemindahan
Pemindahan Penderita
Penderita Luka
Luka Bakar
Bakar Listrik
Listrik
Luka Bakar (Selesai)

3. Luka Bakar Inhalasi (Menghirup Uap Panas / Bahan Kimia).


o Pindahkan penderita ke tempat sejuk dan aman.
o Berikan oksigen, jika perlu oksigen yang dilembabkan.
o Jaga jalan nafas dan pernafasan.
o Lakukan nafas buatan bila perlu.
o Rujuk ke fasilitas kesehatan terdekat.
Keracunan

A. Istilah Racun
Racun sendiri ialah suatu zat yang apabila masuk ke dalam tubuh dalam jumlah
tertentu dapat menimbulkan reaksi tubuh yang tidak diingikan bahkan
kematian. Reaksi kimia yang terjadi dapat merusak jaringan tubuh ataupun
mengganggu fungsi tubuh. Berbeda dengan penggunaan obat dikarenakan
reaksi penggunaan obat umumnya sudah diketahui dan diinginkan, namun
adakalanya juga reaksi obat menimbulkan hal yang tidak diinginkan seperti
gatal, sesak nafas, lemas, mual, dsj.

B. Contoh Zat Racun


1. Insektisida (pembasmi serangga).
2. Sianida (sering ditemui pada singkong beracun).
3. Logam berat (timah hitam pada asap kendaraan bermotor).
4. Bisa binatang (bisa ular, kalajengking, dsj).
5. Bahan kimia yang bersifat korosif (dapat menyebabkan luka bakar pada
bagian tubuh dalam jika masuk ke dalam tubuh).
Keracunan (Lanjutan)

C. Kejadian Keracunan
1. Sengaja Bunuh Diri.
Penderita sengaja menelan, menghirup ataupun menyuntikkan suatu ibat
dalam junlah melebihi dosis pengobatan atau benda lain yang sebenarnya
tidak ditujukan untuk dikonsumsi dengan cara-cara tersebut di atas. Sering
menyebabkan kematian jika tidak segera mendapat pertolongan. Contoh :
minum racun serangga, obat tidur berlebihan, dsj.
2. Keracunan Tidak Disengaja.
Terjadi akibat terpapar bahan beracun secara tidak sengaja, contoh :
o Mengkonsunsi bahan makanan/minuman yang tercemar oleh kuman
ataupun zat kimia tertentu.
o Salah minum yang biasanya dialami oleh anak-anak atau orang lanjut usia
yang sudah pikun (misal obat kutu anjing disangka susu, dsj).
o Makan singkong yang memiliki kadar sianida tinggi.
o Udara yang tercemar gas beracun, dsj.
Keracunan (Lanjutan)

3. Penyalahgunaan Obat.
Obat yang dikonsumsi selain untuk pengobatan.

D. Jalur Masuk Racun


1. Mulut / Alat Pencernaan.
Umumnya terkait dengan bahan-bahan yang terdapat di rumah tangga.
o. Obat-obatan misalnya obat tidur/penenang yang dikonsumsi dalam
jumlah banyak atau diminum dengan bahan lain sehingga menimbulkan
keracunan.
o. Makanan yang mengandung racun (misal : singkong beracun), makanan
kadaluarsa serta makanan yang tidak dipersiapkan dengan baik/tercemar.
o. Obat nyamuk, minyak tanah, dsj.
o. Makanan/minuman yang mengandung alkohol (minuman keras).
Keracunan (Lanjutan)

2. Pernafasan.
Umumnya berupa gas, uap dan bahan semprotan.
o. Menghirup gas/udara beracun, misal : gas mobil dalam keadaan mobil
tertutup, uap minyak tanah, dsj.
o. Kebocoran gas industri, misal : amonia, klorin, dsj.
3. Kulit / Kontak (Absorsi).
Racun yang terserap ada kalanya dapat merusak kulit. Racun yang masuk
dari kulit secara perlahan terserap aliran darah.
o. Umumnya zat kimia pertanian seperti insektisida, pestisida maupun zat
kimia yang bersifat korosif.
o. Tanaman.
o. Tersentuh binatang yang mengandung racun pada kulitnya ataupun
bagian tubuhnya yang lain (umumnya pada binatang yang hidup di air).
Keracunan (Lanjutan)
3. Suntikan / Gigitan.
Zat racun menembus kulit langsung ke dalam tubuh melalui sistem peredaran
darah.
o. Obat suntik, misal : penyalahgunaan obat dan narkotika.
o. Gigitan/sengatan binatang yang mengandung bisa racun, misal : kalajengking,
ubur-ubur, dsj.

E. Gejala Umum Keracunan


1. Penurunan respon, gangguan status mental (gelisah, takut, dsj)
2. Gangguan pernafasan
3. Nyeri kepala, pusing ataupun gangguan pengelihatan.
4. Mual ataupun muntah.
5. Lemas, lumpuh ataupun kesemutan.
6. Pucat ataupun kulit kebiruan.
7. Kejang.
8. Syok.
9. Gangguan irama detak jantung ataupun pernafasan.
Keracunan (Lanjutan)

F. Gejala Khusus Keracunan


1. Mulut / Alat Pencernaan.
o. Mual ataupun muntah.
o. Nyeri perut.
o. Diare.
o. Nafas ataupun mulut yang berbau.
o. Suara parau, nyeri di saluran cerna (mulut dan kerongkongan).
o. Luka bakar atau sisa racun di daerah mulut.
o. Produksi air liur yang berlebih ataupun mulut menjadi berbusa.
Keracunan (Lanjutan)

2. Pernafasan.
o. Gangguan pernafasan ataupun pernafasan.
o. Kulit kebiruan.
o. Nafas berbau.
o. Batuk ataupun suara parau.
3. Kontak / Kulit (Absorsi).
o. Daerah kontak berwarna kemerahan, nyeri, melepuh dan meluas.
o. Syok anafilaktik (gejala alergi yang mengancam nyawa yang dapat
menyebabkan penderita tidak sadarkan diri, melebarnya pembuluh darah,
naiknya denyut nadi, menurunnya tekanan darah, menyempitnya saluran
nafas, ruam pada kulit, mual dan anggota gerak yang hangat).
4. Suntikan / Gigitan.
o. Luka di daerah suntikan ataupun gigitan berupa luka tusuk atau bekas
gigitan.
o. Nyeri pada daerah sekitar suntikan ataupun gigitan dan kemerahan.
Keracunan (Lanjutan)

Pada Kasus Gigitan Ular :


o Demam.
o Mual dan muntah.
o Pingsan.
o Lemah.
o Nadi cepat dan lemah.
o Kejang.
o Gangguan pernafasan.
Keracunan (Lanjutan)

G. Penanganan Keracunan Umum


1. Amankan tempat kejadian.
2. Pengamanan penolong dan penderita apabila diketahui zat racun berupa
gas.
3. Keluarkan penderita dari daerah yang berbahaya.
4. Lakukan penilaian dini (respon, nafas dan nadi) dan lakukan resusitasi
jantung paru (RJP) bila perlu.
5. Periksa jalan nafas apabila respon penderita menurun ataupun jika penderita
muntah.
6. Berikan oksigen bila ada.
7. Amankan pembungkus, sisa muntahan dan sejenisnya untuk identifikasi
jenis racun.
8. Periksa tanda vital secara berkala (nafas dan nadi) dan rujuk ke fasilitas
kesehatan terdekat.
Keracunan (Lanjutan)

H. Penanganan Keracunan Khusus


1. Mulut / Pencernaan.
o Turunkan kadar kekuatan racun dengan pengenceran dengan cara
memberi minum susu ataupun air sebanyak-banyaknya maupun memberi
anti racun umum yaitu norit ataupun putih telur (JANGAN BERIKAN SUSU
PADA KERACUNAN YANG DIKETAHUI KARENA ZAT YANG MENGANDUNG
FOSFAT !!!).
o Lakukan rangsangan-rangsangan muntah untuk mengeluarkan racun dari
dalam lambung dimana cara ini hanya efektif 2 (dua) jam pertama saat
kejadian. Namun jangan lakukan rangsangan muntah pada keracunan
yang menelan asam/basa kuat, menelan minyak, penderita kejang
ataupun ada riwayat kejang dan penderita yang tidak sadar atau
mengalami gangguan kesadaran.
Keracunan (Selesai)

2. Kontak / Kulit (Absorsi).


o Buka baju penderita yang terkena.
o Siram bagian yang terkena racun dengan air sekurang-kurangnya selama
20 menit (bila racun berupa serbuk maka sikat dahulu sebelum menyiram
dengan air dan jangan lakukan penyiraman jika diketahui racun bereaksi
kuat dengan air). Posisikan penolong agak jauh dari bagian tubuh
penderita yang terkena racun untuk menghindari kontaminasi.
3. Gigitan Ular.
o Amankan diri penolong dan tempat kejadian.
o Tenangkan penderita.
o Lakukan penilaian dini (respon, nafas dan nadi).
o Rawat luka serta pasang bidai bila diperlukan.
o Pasang (ikat) pembalut elastis pada daerah gigitan.
o Jika tidak berbahaya bawa ular yag menggigit untuk identifikasi jenis
racun.
o Rujuk ke fasilitas kesehatan terdekat.
Pemindahan Penderita

A. Pemindahan Darurat
Lakukan pemindahan darurat hanya jika ada bahaya segera terhadap penderita
ataupun penolong dan juga jika penderita menghalangi akses ke penderita
lainnya. Tindakan ini dapat dilakukan tanpa dimulai dengan penilaian dini
(respon, nafas dan nadi) mengingat faktor bahaya dan resiko di tempat
kejadian.
Pemindahan ini juga dapat menimbulkan resiko bertambah parahnya cedera
penderita terutama penderita yang mengalami cedera spinal (tulang belakang
mulai dari tulang leher sampai tulang ekor).
Yang dimaksud dengan darurat di sini bukan pada masalah peralatan, namun
pada masalah keadaan dan situasi di tempat kejadian.
Pemindahan Penderita (Lanjutan)

1. Tarikan Lengan.
Posisikan tubuh penolong di atas kepala penderita. Kemudian masukkan
lengan di bawah ketiak penderita dan pegang lengan bawah penderita.
Selanjutnya silangkan kedua lengan penderita di depan dada dan tarik
penderita menuju tempat aman. Hat-hati terhadap kaki penderita yang
mungkin akan membentur benda di sekitar lokasi kejadian.

Tarikan
Tarikan Lengan
Lengan
Pemindahan Penderita (Lanjutan)

2. Tarikan Bahu.
Cara ini berbahaya bagi penderita cedera spinal (tulang belakang dari tulang
leher sampai tulang ekor). Posisikan penolong berlutut di atas kepala penderita.
Masukkan kedua lengan di bawah ketiak penderita kemudian tarik ke belakang.
3. Tarikan Baju.
Pertama ikat kedua tangan penderita di atas dada menggunakan kain
(pembalut). Kemudian cengkram baju penderita di daerah bahu dan tarik di
bawah kepala penderita untuk penyokong dan pegangan untuk menarik
penderita ke tempat aman.
4. Tarikan Selimut.
Pertama ikat kedua tangan penderita di atas dada menggunakan kain
(pembalut). Kemudian cengkram baju penderita di daerah bahu dan tarik di
bawah kepala penderita untuk penyokong dan pegangan untuk menarik
penderita ke tempat aman.
5. Tarikan Selimut.
Cara ini umumnya digunakan oleh petugas pemadam kebakaran yaitu dengan
menggendong penderita di belakang punggung penolong dengan cara
Pemindahan Penderita (Lanjutan)

Langkah I Langkah II Langkah III

Tarikan
Tarikan Selimut
Selimut Tarikan
Tarikan Menjulang
Menjulang
Pemindahan Penderita (Lanjutan)

B. Pemindahan Biasa (Tidak Darurat)


Pemindahan biasa (tidak darurat) dapat dilakukan ketika :
Penilaian awal (penilaian dini dan penilaian fisik) sudah dilakukan.
Denyut nadi dan pernafasan stabil.
Perdarahan sudah dikendalikan.
Tidak ada cedera leher.
Semua patah tulang sudah diimobilisasi.
1. Teknik Angkat Anggota Gerak (dilakukan 2 orang penolong).
o Masing-masing penolong berjongkok berhadap-hadapan, penolong
pertama di ujung kepala penderita, penolong kedua di antara kaki
penderita.
o Penolong pertama mengangkat kedua lengan penderita dengan kedua
tangannya.
o Penolong ke dua mengangkat kedua lutut penderita.
o Kedua penolong berdiri secara bersamaan dengan satu aba-aba dan mulai
memindahkan penderita ke tempat aman.
Pemindahan Penderita (Lanjutan)
2. Teknik Angkat Langsung (dilakukan 3 orang penolong terutama jika penderita
memiliki berat badan tinggi dan tidak terdapat tandu di lokasi).
o Ketiga penolong berlutut di sisi penderita yang paling sedikit mengalami
cedera.
o Penolong pertama menyisipkan satu lengan di bawah leher dan bahu lengan
penderita, kemudian lengan satunya disisipkan di bawah punggung penderita.
o Penolong ke dua menyisipkan lengannya di bawah punggung dan bokong
penderita.
o Penolong ke tiga satu lengan disisipkan di bawah bokong penderita dan lengan
satunya di bawah lutut penderita.
o Penderita siap diangkat dengan satu aba-aba.
o Angkat penderita di atas lutut ketiga penolong secara bersamaan. Jika
terdapat tandu, maka penolong lain menyiapkan tandu di bawah penderita
kemudian meletakkan penderita di atas tandu dengan satu aba-aba.
o Jika tidak terdapat tandu untuk pemindahan penderita, maka miringkan
penderita di atas dada ketiga penolong kemudian ketiga penolong berdiri
bersama-sama dengan satu aba-aba.
o Ketiga penolong memndahkan penderita dengan melangkah bertahap dengan
Pemindahan Penderita (Lanjutan)

Penderita Siap Diangkat Penderita Diangkat Di Atas Lutut Berdiri Dengan Satu Aba-Aba

Teknik
Teknik Angkat
Angkat Langsung
Langsung
Pemindahan Penderita (Lanjutan)

3. Pemindahan Dengan Tandu (dilakukan 2 orang penolong).


o Kedua penolong berjongkok di masing-masing ujung tandu menghadap ke
arah yang sama (ujung kaki penderita sebagai arah depan).
o Penolong memposisikan kaki pada jarak yang tepat kemudian
menggenggam pegangan tandu dengan erat.
o Punggung lurus, kepala menghadap ke depan dengan posisi netral.
o Kencangkan otot punggung dan perut penolong dan angkat tandu dengan
satu aba-aba.
o Pindahkan penderita ke tempat yang aman dengan satu aba-aba.
o Turunkan penderita secara hati-hati dengan mengulang langkah-langkah
di atas secara mundur (berkebalikan).
Pemindahan Penderita (Lanjutan)

Tandu Sekop

Tandu Beroda

Matras Vakum

Tandu Kursi Tandu Keranjang Tandu Lipat

Peralatan
Peralatan Pemindahan
Pemindahan Penderita
Penderita
Bantuan Hidup Dasar

Bantuan hidup dasar harus segera dilaksanakan oleh penolong apabila


dalam penilaian dini penderita ditemukan salah satu dari masalah antara
lain : tersumbatnya jalan nafas, tidak menemukan adanya nafas serta
tidak ditemukan adanya tanda-tanda nadi. Seperti diketahui bahwa tujuan
dari P3K (Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan) salah satunya ialah
menyelamatkan jiwa penderita sehingga dapat selamat dari kematian.

Pengertian mati sendiri terbagi menjadi 2 (dua) yaitu mati klinis dan mati
biologis. Mati klinis berarti tidak ditemukan adanya pernafasan dan nadi.
Mati klinis dapat bersifat reversibel (dapat dipulihkan). Penderita mati klinis
mempunyai waktu 4-6 menit untuk dilakukan resusitasi tanpa kerusakan
otak. Sedangkan mati biologis berarti kematian sel dimulai terutama sel
otak & bersifat ireversibel (tidak bisa dipulihkan) yang biasa terjadi 8-10
menit dari henti jantung.
Bantuan Hidup Dasar (Lanjutan)

A. Penguasaan Jalan Nafas


1. Membebaskan Jalan Nafas.
a) Teknik Angkat Dagu Tekan Dahi.
b) Teknik Jaw Thrus Maneuver (mendorong rahang bawah pada penderita
cedera spinal / tulang leher, tulang belakang sampai tulang ekor).
2. Membersihkan Jalan Nafas.
a) Teknik Sapuan Jari.
b) Posisi Pemulihan (memposisikan penderita menyerupai posisi tidur
miring).
3. Sumbatan Jalan Nafas.
a) Teknik Heilmich Maneuver (hentakan perut-dada).
Bantuan Hidup Dasar (Lanjutan)

Teknik Angkat Dagu Tekan


Dahi
Heilmich Maneuver Pada Heilmich Maneuver
Penderita Respon Penderita Gemuk

Teknik Sapuan Jari Pada Heilmich Maneuver Pada


Jaw Thrus Maneuver Penderita Tidak Respon Penderita Tidak Respon

Penguasaan
Penguasaan Jalan
Jalan Nafas
Nafas
Bantuan Hidup Dasar (Lanjutan)

B. Bantuan Pernafasan
Di udara bebas kandungan oksigen ialah sebesar kurang lebih 21%. Dari
kandungan oksigen sebanyak 21% tersebut, sebanyak 5% digunakan manusia
dalam proses pernafasan. Sehingga terdapat sekitar 16% kandungan oksigen
dari udara pernafasan yang manusia keluarkan. Sisa oksigen sebanyak 16%
inilah yang digunakan untuk memberi bantuan nafas kepada penderita yang
terdeteksi tidak terdapat nafas. Pada manusia dewasa frekuensi pemberian
nafas buatan ialah sebanyak 10-12 kali bantuan nafas per menit dengan durasi
tiap bantuan nafas ialah 1,5-2 detik tiap hembusan bantuan nafas. Terdapat
resiko yang mungkin dialami penolong antara lain : penyebaran penyakit,
kontaminasi bahan kimia dan muntahan penderita.
1. Menggunakan Mulut Penolong.
o Mulut ke masker RJP (Resusitasi Jantung Paru).
o Mulut ke APD (Alat Pelindung Diri).
o Mulut ke mulut ataupun hidung.
2. Menggunakan Alat Bantu Nafas : menggunakan kantung masker berkatub.
Bantuan Hidup Dasar (Lanjutan)

APD dan Masker RJP Kantung Masker Berkatub


Bantuan Hidup Dasar (Lanjutan)

Langkah-Langkah Bantuan Pernafasan


1. Pastikan jalan nafas terbuka pada penderita.
2. Jika penolong menggunakan APD ataupun alat bantu pastikan alat tersebut
tidak bocor (tertutup rapat).
3. Pastikan juga bantuan nafas yang dihembuskan tidak bocor melalui hidung
penderita dengan cara mencapit lubang hidung penderita.
4. Berikan 2 (dua) kali bantuan nafas awal (1,5-2 detik pada manusia dewasa).
Tiupan/hembusan merata dan cukup (dada penderita bergerak naik).
5. Periksa nadi penderita selama 5-10 detik dan pastikan nadi penderita masih
terdeteksi.
6. Lanjutkan pemberian nafas buatan sesuai dengan frekuensi pemberian
bantuan nafas (dewasa : 10-12 kali bantuan nafas per menit).
7. Apabila bantuan nafas berhasil dengan baik akan ditandai dengan bergerak
naik turunnya dada penderita.
Bantuan Hidup Dasar (Lanjutan)

C. Bantuan Sirkulasi
Tindakan paling penting dalam bantuan sirkulasi ialah pijatan jantung luar. Hal
tersebut dimaksudkan untuk memberikan efek pompa jantung yang dinilai
cukup untuk membantu sirkulasi darah penderita pada saat kondisi penderita
mati klinis. Kedalaman penekanan pijatan jantung luar pada manusia dewasa
ialah 4-5 cm ke dalam rongga dada.

D. Resusitasi Jantung-Paru (RJP / CPR)


Merupakan gabungan dari tindakan A, B dan C di atas. Resusitasi Jantung Paru
dilaksanakan dengan memastikan bahwa penderita tidak ada respon / tidak
sadar, tidak terdapat pernafasan dan tidak terdapat denyut nadi. Pada manusia
dewasa resusitasi jantung paru dikenal 2 (dua) rasio, yaitu rasio 15 kali
kompresi dada berbanding 2 kali tiupan bantuan nafas (15 : 2) apabila
dilaksanakan oleh satu penolong, serta rasio 5 : 1 per siklus apabila
dilaksanakan oleh 2 (dua) orang penolong.
Resiko yang mungkin dialami penderita antara lain : patah tulang dada/iga,
kebocoran paru-paru, perdarahan dalam pada dada/paru-paru, memar paru
dan robekan pada hati/limpa.
Bantuan Hidup Dasar (Lanjutan)

Teknik Kompresi Dada Pada Manusia Dewasa


1. Posisikan penderita berbaring telentang pada bidang yang keras (misal :
lantai).
2. Posisikan penolong berada di samping penderita.
3. Temukan pertemuan lengkung tulang iga kanan dan kiri (ulu hati).
4. Tentukan titik pijatan (kira-kira 2 ruas jari ke arah dada atas dari titik
pertemuan lengkung tulang iga kanan dan kiri).
5. Posisikan salah satu tumit tangan di titik pijat, tumit tangan lainnya
diletakkan di atasnya untuk menopang.
6. Posisikan bahu penolong tegak lurus dengan tumit tangan.
7. Lakukan pijatan jantung luar.
Bantuan Hidup Dasar (Lanjutan)

Menelusuri Ulu Hati Mengukur Titik Pijatan Posisi Pijatan Jantung

Teknik
Teknik Kompresi
Kompresi Dada
Dada Pada
Pada Manusia
Manusia Dewasa
Dewasa
Bantuan Hidup Dasar (Lanjutan)

Resusitasi Jantung Paru Dengan Satu Orang Penolong


1. Tiupkan bantuan nafas awal 2 (dua) kali.
2. Jika penderita bernafas dan nadi berdenyut maka posisikan penderita pada
posisi pemulihan.
3. Apabila masih belum terdapat nafas dan nadi, maka lakukan pijatan jantung
sebanyak 15 kali dengan kecepatan pijatan 80-100 kali per menit.
4. Berikan bantuan nafas lagi sebanyak 2 (dua) kali.
5. Lakukan terus 15 kali pijatan jantung dan 2 kali bantuan nafas sampai 4
siklus.
6. Periksa kembali nadi dan nafas penderita, apabila terdapat nadi namun
belum terdapat nafas maka teruskan bantuan nafas 10-12 kali per menit.
Bantuan Hidup Dasar (Lanjutan)

Resusitasi Jantung Paru Dengan Dua Orang Penolong


1. Posisi penolong saling berseberangan.
2. Lakukan bantuan nafas awal sebanyak 2 (dua) kali.
3. Lakukan pijatan jantung luar sebanyak 5 (lima) kali dengan kecepatan
pijatan 80-100 kali per menit.
4. Berikan nafas bantuan sebanyak 1 (satu) kali.
5. Lakukan 5 pijatan jantung dan 1 nafas bantuan sampai 12 siklus
6. Periksa kembali nadi dan nafas penderita, apabila terdapat nadi namun
belum terdapat nafas maka teruskan bantuan nafas 10-12 kali per menit.
Bantuan Hidup Dasar (Selesai)

Diagram
Diagram Alir
Alir Resusitasi
Resusitasi Jantung
Jantung Paru
Paru (RJP)
(RJP)
Pertolongan Korban Banyak / Triage

Pertolongan korban banyak dapat dinyatakan jika jumlah


korban (penderita) sekurang-kurangnya ialah sebanyak 3
(tiga) orang atau jumlah korban (penderita) melebihi jumlah
tim penolong itu sendiri.
Tindakan/proses yang umum digunakan dalam pertolongan
korban banyak ialah triage(baca : triase). Triage berasal dari
bahasa Perancis yang artinya memilih/memilah (mensortir).
Triage berarti melakukan penilaian penderita, menandainya
dan memindahkan penderita ke lokasi perawatan yang sudah
ditentukan.
Pelaksanaan triage ialah dengan memberi tanda (label)
Pertolongan Korban Banyak / Triage (Lanjutan)

A. Prioritas Pertolongan Korban Banyak (Triage)


1. Prioritas I (Satu) / Tertinggi.
Merupakan golongan cedera atau penyakit yang mengancam nyawa namun
masih bisa diatasi. Yaitu korban (penderita) yang berada dalam kondisi kritis
seperti gangguan pernafasan, perdarahan yang belum terkendali ataupun
perdarahan besar dan penurunan status mental (respon).
2. Prioritas II (Dua) / Sedang.
Merupakan golongan yang perlu pertolongan. Yaitu korban (penderita) luka
bakar tanpa gangguan pernafasan, nyeri hebat setempat, nyeri pada
beberapa lokasi alat gerak termasuk bengkak ataupun perubahan bentuk
lainnya, cedera punggung, dsj.
Pertolongan Korban Banyak / Triage (Lanjutan)

3. Prioritas III (Tiga) / Rendah.


Merupakan golongan cedera relatif ringan, tidak memerlukan banyak
bantuan, dapat menunggu pertolongan tanpa menjadikan cedera bertambah
parah atau dengan kata lain golongan yang pertolongannya dapat ditunda
atau korban (penderita) yang mengalami cedera namum masih sanggup
berjalan sendiri. Yaitu korban (penderita) yang mengalami nyeri biasa pada
alat gerak, sedikit bengkak dan perubahan bentuk, cedera jaringan lunak
ringan, dsj.
4. Prioritas IV (Empat) / Terakhir.
Golongan cedera mematikan atau korban (penderita) yang telah meniggal.
Misal : cedera kepala yang terpisah dari badan atauupun cedera lain yang
secara manusia tidak dapat ditolong. Sering juga disebut dengan Prioritas 0.
Pertolongan Korban Banyak / Triage (Lanjutan)

B. Label (Tanda) Triage dan Prioritas


1. Hijau : Prioritas III.
2. Kuning : Prioritas II.
3. Merah : Prioritas I.
4. Hitam : Prioritas IV.

Contoh
Contoh Kartu/Tanda
Kartu/Tanda (Label)
(Label) Triage
Triage
Pertolongan Korban Banyak / Triage (Lanjutan)

C. Pelaksanaan Pertolongan Korban Banyak (Triage)


1. Pemilihan Korban (Penderita) Yang Dapat Ditunda Pertolongannya.
Penolong mengenali dan mengelompookkan para korban (penderita) yang masih
mampu berjalan dan memberi label warna HIJAU kemudian mengarahkan ke pos
pertolongan yang sesuai. Walaupun korban (penderita) masih mampu berjalan,
penolong wajib mengarahkan supaya tidak terpencar. Adakalanya beberapa
korban kelompok ini dapat dimanfaatkan untuk ikut membantu proses
pertolongan.
2. Pemeriksaan Pernafasan.
Penolong mendatangi para korban (penderita) yang tidak mampu berjalan dan
lakukan penilaian pernafasan secara cepat dan sistematis (tidak terlalu
menghabiskan banyak waktu pada proses penilaian). Apabila korban (penderita)
tidak bernafas, maka bersihkan dan buka jalan nafas. Apabila korban (penderita)
masih tidak bernafas, maka beri label warna HITAM. Apabila korban (penderita)
mampu bernafas kembali, maka lakukan penilaian pernafasan dimana jika korban
dalam waktu 5 (lima) detik mampu bernafas 3 (tiga) kali hembusan secara
konstan maka beri label warna MERAH dan apabila kurang dari itu lanjutkan ke
langkah nomor 3 (tiga) di bawah. Beritahukan kepada penolong lain untuk
Pertolongan Korban Banyak / Triage (Lanjutan)

3. Penilaian Sirkulasi.
Penolong memeriksa nadi karotis (nadi di dekat urat leher) pada korban
(penderita). Jika tidak ada nadi, maka beri label warna MERAH dan jika ada maka
lanjutkan ke langkah nomor 4 (empat) di bawah. Beritahukan kepada penolong
lain untuk memindahkan korban (penderita) yang sudah diberi label ke pos
pertolongan sesuai label masing-masing.
4. Penilaian Mental.
Dalam langkah ini, korban (penderita) berarti masih memiliki nafas yang cukup
dan sirkulasi yang baik. Penolong memeriksa status mental korban (penderita)
dengan cara meminta korban (penderita) untuk mengikuti perintah sederhana
seperti menggerakkan jari atau mengarahkan pandangan mata ke arah tertertu,
dsj. Jika korban (penderita) mampu mengikuti perintah sederhana, maka berikan
label warna KUNING dan apabila korban (penderita) tidak mampu mengikuti
perintah sederhana, maka berikan label warna MERAH. Beritahukan kepada
penolong lain untuk memindahkan korban (penderita) yang sudah diberi label ke
pos pertolongan sesuai label masing-masing.

Di
Di pos
pos pertolongan
pertolongan akan
akan dilakukan
dilakukan penilaian
penilaian ulang
ulang secara
secara lebih
lebih teliti.
teliti. Apabila
Apabila terdapat
terdapat perubahan
perubahan kondisi
kondisi
(prioritas)
(prioritas) pada
pada korban
korban (penderita),
(penderita), maka
maka label
label diganti
diganti sesuai
sesuai dengan
dengan kondisi/keadaan
kondisi/keadaan korban
korban (penderita).
(penderita).
Pertolongan Korban Banyak / Triage (Selesai)

Diagram
Diagram Alir
Alir Pertolongan
Pertolongan Korban
Korban Banyak
Banyak (Triage)
(Triage)
Terima Kasih

Vous aimerez peut-être aussi