Vous êtes sur la page 1sur 34

TEORI AKUNTANSI

N O R M AT I V E A C C O U N T I N G T H E O RY C O N C E P T UA L F R A M E W O R K O F
ACCOUNTING (CF)
NORMATIVE ACCOUNTING THEORY CONCEPTUAL
FRAMEWORK OF ACCOUNTING (CF)

Memahami conceptual framework


(CF) sebagai legitimasi praktek
akuntansi dan profesi akuntansi
dan landasan berpikir dalam
pengembangan standar akuntansi
THE ROLE OF A CONCEPTUAL FRAMEWORK

1989 2002
1980 s/d 1990 Fundamental 2004
Issue > IASB/FASB IASB/FASB
USA, Canada,
Measurement Convergence Completed
UK and AU
and Politic Program
THE ROLE OF A CONCEPTUAL FRAMEWORK

Conceptual
Framework of
Accounting
bertujuan untuk
membuat sebuah
teori akuntansi yang
lengkap, konsisten,
dan terstruktur.
CONCEPTUAL FRAMEWORK
Conceptual Framework itu sendiri Manfaat dan peran penting
didefinisikan oleh FASB sebagai didalam akuntansi, diantaranya
berikut : yaitu :
... a coherent system of interrelated Financial reporting requirements
objectives & fundamentals that is
expected to lead to consistent Adanya regulations
standards and that prescribes the seluruh requirements dalam membuat
nature, function and limits of financial financial report telah tertera jelas
accounting and reporting. Kata didalam framework.
coherent system dan consistent
Meminimalisir resiko dari over-
mencerminkan bahwa FASB membuat
regulation.
framework yang teoritis dan non-
arbitary, serta kata prescribes lebih memahami financial reporting
menunjukkan pendekatan normatif requirements
dalam penyusunannya. lebih economical.
OBJECTIVES OF CONCEPTUAL FRAMEWORK

Tujuan dari conceptual framework adalah untuk memberikan


pedoman dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan
bertujuan umum (general purposes financial statements).

Tujuan tersebut dapat tercapai dengan melaporkan informasi yang berisi


:
Berguna dalam pengambilan keputusan ekonomi.
Berguna dalam menilai prospek arus kas.
Berisi tentang sumber daya perusahaan, klaim terhadap sumber daya tersebut
dan perubahan yang ada di dalamnya.
OBJECTIVES OF CONCEPTUAL FRAMEWORK
OBJECTIVES OF CONCEPTUAL
FRAMEWORK
IASB menyatakan bahwa kerangka tersebut:
Mendefinisikan tujuan dari laporan keuangan.
Mengidentifikasi karakter kualitatif yang membuat informasi dari laporan
keuangan berguna.
Mengidentifikasi elemen dasar dari laporan keuangan dan konsep untuk
pengakuan dan pengukuran dari laporan keuangan.

IAS 8 mensyaratkan bahwa manajemen harus menggunakan kerangka


tersebut dalam mengembangkan dan menerapkan aturan akuntansi agar
menghasilkan informasi yang :
Relevan dan Reliable.
OBJECTIVES OF CONCEPTUAL
FRAMEWORK
Sehingga dapat disimpulkan bahwa tujuan utama dari
laporan keuangan adalah untuk memberikan informasi
yang:
Bermanfaat dalam membuat keputusan kredit dan investasi oleh
pihak yang ingin memahahi kegiatan ekonomi dan bisnis
perusahaan.
Membantu kreditor dan investor yang ada atau potensial, serta
users lain dalam menentukan jumlah, waktu dan ketidakpastian
cash flow di masa yang akan datang.
Mengenai sumber-sumber ekonomi, tuntutan terhadap sumber
ekonomi, dan perubahan di dalamnya.
DEVELOPING A CONCEPTUAL
FRAMEWORK

Dalam pengembangannya, conceptual


framework dipengaruhi beberapa isu,
yakni:
Principles-Based and Rule-Based
Standard Setting
Information for Decision Making and
The Decision-Theory Approach
DEVELOPING A CONCEPTUAL
FRAMEWORK
Principles-Based and Rule-Based Standard Setting
IASB sendiri bertujuan untuk menciptakan standar yang bersifat principles-based yang
akan mengacu pada conceptual framework untuk lebih lanjut. Maka, konten yang terdapat di
dalam conceptual framework akan bersifat ide standar yang menjadi penyokong
pengembangan standar dan membantu user untuk menginterpretasikan standar tersebut.
Namun, IASB sendiri memiliki beberapa peraturan yang cenderung bersifat rule-based, dan ini
bertentangan dengan tujuan awalnya. Salah satunya adalah IAS 39 (Financial Instruments:
Recognition and Measurement).
Menurut Christopher Nobes, pakar akuntansi dari University of London, akan lebih baik
jika reasons standard menjadi rules-based karena mereka tidak menjadi tidak konsisten
dengan conceptual frameworks of standard setters. Perubahan ini sendiri tentu akan
membawa benefit lebih banyak, karena dapat memperjelas komunikasi mengenai peraturan
dan meningkatkan ketelitian tanpa perlu peraturan yang lebih detail lagi (karena sudah
tercantum di standar). Lebih lanjut lagi, Nobes mengidentifikasi enam contoh peraturan yang
lebih bersifat rules-based, yakni mengenai lease accounting, employee benefits, financial
assets, government grants, subsidiaries dan equity accounting.
DEVELOPING A CONCEPTUAL
FRAMEWORK
Namun, walau memiliki kelebihan-kelebihan seperti yang disebutkan diatas, sebuah studi yang
dilakukan oleh Securities and Exchange Commission (SEC) pada 2002 (atas perintah
Sarbanes-Oxley Act) merekomendasikan penggunaan principles-based, namun standar tersebut
wajib memiliki karakteristik:
Didasarkan pada conceptual framework yang sudah berkembang dan diaplikasikan secara
konsisten.
Mencantumkan dengan jelas objective of standard.
Menyediakan detail yang cukup dan struktur yang bisa dioperasikan dan bisa diaplikasikan secara
konsisten.
Meminimalisir penggunaan pengecualian dari standar.
Menghindari penggunaan percentage of tests (bright lines) yang membolehkan financial
engineering untuk mencapai technical compliance dengan menghindarkan maksud dari standar
itu sendiri.
Indonesia sendiri mengadopsi principal-based, dengan acuan besar adalah IFRS dan membuat
rules-based yang lebih detail di PSAK. Adopsi ini baru dilakukan di tahun 2012, ketika terjadi
perubahan acuan peraturan dari GAAP ke IFRS.
Information for Decision Making and The Decision-Theory Approach

Fungsi data akuntansi sebagai fungsi stewardship Di masa kini, manajer


bertanggung jawab terhadap equityholders perusahaan.
Information for decision making secara tidak langsung mencakup lebih luas
dari informasi mengenai stewardship. Pertama, karena pengguna dari financial
information luas dan mencakup seluruh menyedia sumber daya. Kedua,
informasi akuntansi dilihat sebagi input data untuk prediksi model bagi users.
Ketiga, ketika stewardship berfokus pada kejadian di masa lalu untuk melihat
apa saja yang sudah dicapai, prediksi berpatokan pada masa depan.

THE DEC IS ION THEORY PROCE SS

Overall Individual Prediction Decision


Accountin Accountin Model of Model of
g Theory g System User User
IASB/FASB CO NCEPT UAL FRAM EWO RK PRO JECT

Fase Topik
A Objective and Qualitative Characteristics
B Elements and Recognition
C Measurement
D Reporting Entity
E Presentation and Disclosure, including Financial Reporting Boundaries
(Inactive)
F Framework Purpose and Status in GAAP Hierarchy (Inactive)
G Applicability to the Not-for-Profit Sector (Inactive)
H Remaining Issues (Inactive)
IASB /FASB C ON C E P T U A L F R AM E W OR K P R OJ E C T

Entity vs Proprietorship Perspective


Board merekomendasikan financial report harus dibuat dari
perspektif entitas dibanding perspektif dari pemilik. Hal ini disetujui
banyak pihak karena pemilik dan entitas secara tegas merupakan dua
pihak yang berbeda. Pihak lain menyatakan keberatan karena
menganggap Board tidak menyediakan informasi yang cukup untuk
membenarkan rekomendasi tersebut (seperti dalam peraturan
proprietorship dan parent company perspectives). Maka, perspektif
mengenai entitas sudah tercantum di Fase D, sedangkan alternative
lain mengenai pemilik masih didiskusikan.
IASB/FASB CO NCEPT UAL FRAM EWO RK PRO JECT

Primary User Group


Board menujukan primary user group untuk tujuan umum financial
reporting adalah untuk penyedia modal masa kini dan potensial.
Penyedia modal mencakup equity investors, lenders, dan penyedia jasa
kredit lain. Namun, ada juga pihak yang mengkhawatirkan bahwa
beragamnya jenis primary group dapat kelewat menyederhanakan
hubungan antara entitas dan individual users. Responden lain
mengkhawatirkan fokus dari primary user group dan efeknya terhadap
pihak lain, seperti saat amal dan corporate governance monitoring
group.
IASB/FASB CO NCEPT UAL FRAM EWO RK PRO JECT

Decision Usefulness and Stewardship


Berdasarkan Boards, tujuan dari financial reporting harus cukup luas untuk
mencakup semua keputusan yang dibuat oleh equity investors, lenders, dan
kreditor lain dengan kapasitas mereka sebagai capital providers, termasuk
keputusan alokasi sumber daya dan keputusan yang dibuat untuk menjaga dan
mempertinggi nilai investasi mereka. Pendapat ini disetujui banyak pihak,
namun juga mendapat sanggahan dari pihak-pihak lain karena dikhawatirkan
tujuan dari stewardship tidak cukup ditekankan, ketika fungsi financial
statements untuk menyediakan info bagi pengguna dan dapat memprediksi
masa depan terlalu ditekankan. Menurut Whittington, fungsi stewardship
terlalu dikesampingkan. Padahal di negara-negara Eropa, stewardship adalah
kunci dari corporate governance dan peraturan perusahaan.
IASB/FASB CO NCEPT UAL FRAM EWO RK PRO JECT

Qualitative Characteristics
IASB Framework mencantukam empat prinsip qualitative characteristics, yakni
understability, relevance, reliability, dan comparability. Sedangkan dalam Exposure
Draft dicantumkan bahwa qualitative characteristics yang membuat informasi menjadi
berguna adalah relevance, faithful representation, comparability, verifiability,
timeliness, dan understability, dan pervasive constraints dari financial reporting adalah
materiality dan cost. Selain itu, qualitative characteristics juga dibedakan menjadi
fundamental (relevance, faithful representation) atau enhancing (comparability,
verifiability, timeliness, dan understability) tergantung bagaimana mereka memberi
dampak terhadap laporan keuangan.
Banyak pihak yang menyetujui hal ini, namun banyak juga yang menyarankan agar
understability dan verifiability lebih ditinggikan porsinya, demikian juga untuk
substance over form, true and fair view, dan transparency. ED menolak konsep
pruedence karena tidak konsisten dengan konsep neutrality. Whittington sendiri
sangsi terhadap penghapusan pruedence karena pentingnya pruedence dalam
menahan management opportunism,
A CRITIQUE OF CONCEPTUAL FRAMEWORK PROJECTS

Conceptual framework yang telah ada ternyata menuai kritik dari


berbagai negara, Kritik-kritik tersebut memiliki analisis yang
menjelaskan alasan mereka mengeluarkan kritik.
conceptual framework harus menggunakan pendekatan yang scientific,
sehingga validasi framework harus dapat dijelaskan secara logis dan empiris.
Selanjutnya, pendekatan secara profesional yang berfokus untuk
menyarankan tindakan terbaik dengan melakukan tindakan yang profesional.

Sebenarnya, tujuan pembuatan conceptual frameworks adalah untuk


menjawab segala pertanyaan-pertanyaan mengenai standar
akuntansi, sehingga menghindari terulangnya argumen mengenai hal
yang sama. Selain itu, conceptual frameworks juga memberikan
arahan dan keputusan bagi akuntan praktisi dalam menjelaskan
informasi yang relevan untuk pembuatan keputusan ekonomi
A CRITIQUE OF CONCEPTUAL
FRAMEWORK PROJECTS
Dopuch dan Sunder berpendapat bahwa conceptual framework yang
dikeluarkan oleh FASB tidak cukup membantu dalam menyelesaikan isu
kontemporer pada measurement dan disclosure. Menurut mereka, terdapat
tiga isu yang masih ambigu:

Definisi liabilities masih terlalu umum sehingga sulit untuk menentukan posisi
deferred taxes.
Conceptual framework mendukung dua prinsip akuntansi yang bertolak belakang
yaitu full cost dan successful efforts.
Tidak menyelesaikan masalah estimasi.
A CRITIQUE OF CONCEPTUAL
FRAMEWORK PROJECTS
Ontological and Epistemological Assumptions
Tujuan dari pembentukan conceptual framework adalah untuk menghasilkan
laporan keuangan yang objektif dan tidak bias. Maksud dari tidak bias atau
netral adalah kualitas informasi yang menghindari penggunanya mengarahkan
pada kesimpulan yang memberikan keamanan pada kebutuhan atau keinginan
tertentu. Solomon menjelaskan kebebasan dari bias sebagai financial map
making, dimana suatu peta yang baik adalah peta yang dapat menunjukkan
seluruh fakta yang ada.
A CRITIQUE OF CONCEPTUAL
FRAMEWORK PROJECTS
Circularity of Reasoning
Dalam sudut pandang yang dangkal terhadap conceptual framework
mengindikasikan bahwa paling tidak akuntan mengikuti satu jalur ilmiah, yaitu
menarik kesimpulan dari prinsip dan praktik yang disamaratakan. Namun,
banyak pula negara yang conceptual framework-nya ditandai dengan adanya
internal circularity, maksudnya satu kualitasnya, bergantung pada kualitas
aspek yang lain. Namun, tidak dituliskan diperlukannya kondisi tertentu untuk
mencapai berbagai kualitas tersebut. Sehingga tidak terdapat arahan yang
spesifik mengenai cara pencapaian kondisi yang seharusnya.
A CRITIQUE OF CONCEPTUAL
FRAMEWORK PROJECTS
An Unscientific Disipline
Stamp (1981):
Until we are sure in our minds about the nature of accounting, it is fruitless
for the profession to invest large resources in developing a conceptual
framework to support accounting standards

Stamp meyakini bahwa akuntansi lebih berpihak kepada hukum daripada physical
science karena profesi akuntansi dan hukum berhubungan dengan konflik yang terjadi
diantara kelompok pengguna ilmu tersebut dengan kepentingan dan tujuan yang
bermacam-macam. Menurutnya, hukum merupakan normative discipline yang penuh
dengan konsep nilai sarat, dan akuntansi berhadapan dengan kondisi pasar tidak
sempurna dan bersifat subjektif sesuai dengan proses pembuatan keputusan.
Sedangkan yang dimaksud physical science adalah positive discipline, hal yang dapat
dideskripsikan dan memiliki karakteristik bebas dari nilai konsep.
A CRITIQUE OF CONCEPTUAL
FRAMEWORK PROJECTS
Positive Research
Tujuan utama dari dibuatnya conceptual framework adalah untuk menyediakan
informasi keuangan yang dapat membantu pengguna menentukan economic
decision. Namun, sekarang riset pasar meragukan kemampuan data akuntasi
yang dipublikasikan untuk mempengaruhi harga saham. Beberapa teknik
akuntansi digunakan untuk memanipulasi keadaan pasar. Tujuan dari
conceptual framework adalah untuk meyakinkan pengguna laporan keuangan
dapat mendapatkan informasi yang berguna untuk proses pengambilan
keputusan.
A CRITIQUE OF CONCEPTUAL
FRAMEWORK PROJECTS
The Conceptual Framework as A Policy Document
Sebuah cara yang dapat digunakan untuk melihat conceptual framework
menjadi scientific adalah dengan mempertimbangkannya menjadi sebuah
policy model. Ijiri membedakan normative dan policy model. Normative model
dibuat berdasarkan asumsi pasti mengenai tujuan yang akan dicapai. Meskipun
normative model memiliki implikasi, namun tetap berbeda dengan policy
judgement yang melibatkan komitmen terhadap tujuannya.
A CRITIQUE OF CONCEPTUAL
FRAMEWORK PROJECTS
Professional Values and Self-Preservation

Professional value merupakan tindakan yang berlandaskan idealisme dan lebih


mengutamakan kepentingan umum daripada kepentingan pribadi, sedangkan self
preservation adalah kebalikannya.

Efek dari adanya professional values ada terciptanya nilai sosial yang dapat
membuat kelompok professional bertanggung jawab dan menyediakan segala
kepentingan komunitas.
A CRITIQUE OF CONCEPTUAL
FRAMEWORK PROJECTS
Professional Values and Self-Preservation

Professional value merupakan tindakan yang berlandaskan idealisme dan lebih


mengutamakan kepentingan umum daripada kepentingan pribadi, sedangkan self
preservation adalah kebalikannya.

Efek dari adanya professional values ada terciptanya nilai sosial yang dapat
membuat kelompok professional bertanggung jawab dan menyediakan segala
kepentingan komunitas.
CONCEPTUAL FRAMEWORK - IFRS
CONCEPTUAL FRAMEWORK - IFRS

First Level
Basic objective - Untuk memberikan informasi keuangan
tentang entitas pelapor yang berguna untuk investor
sekarang dan potensial, lenders dan kreditur lain dalam
pengambilan keputusan dalam kapasitasnya penyedia
modal.
CONCEPTUAL FRAMEWORK - IFRS
Second Level
Karakteristik kualitatif

Fundamental qualities: Enhancing



qualities:
a. Comparability
a. Relevance :
b. Verifiability
Predictive Value
Confirmatory Value c. Timeliness
d. Understandability
b. Faithful Representation :
Completeness
Neutrality
Free from error
CONCEPTUAL FRAMEWORK - IFRS

Second Level

2. Unsur-unsur laporan keuangan

a. Assets: manfaat ekonomi masa datang


b. Liabilities: pengorbanan manfaat ekonomi di masa yang akan
datang
c. Equity and net assets: nilai sisa antara selisih assets dan liabilities
d. Revenues: aliran masuk atau perluasan assets
e. Expenses: aliran keluar atau penggunaan/penghabisan assets
CONCEPTUAL FRAMEWORK - IFRS

Third Level
Recognition, measurement, and disclosure concept

Asumsi Dasar
Economic entity
Going concern
Monetary unit
Periodicity
Accrual basis of accounting: transaksi dicatat dalam periode di mana
peristiwa terjadi.
CONCEPTUAL FRAMEWORK - IFRS
Third Level
Prinsip Dasar
a. Measurement
Cost
Fair value
b. Revenue recognition
c. Expense recognition
d. Full disclosure

Constraint
Biaya : biaya dan penyediaan mformasi harus mempertimbangkan manfaat
yang dapat ditimbulkan darimenggunakannya
Materialitas : suatu item dianggap material jika dimasukkannya atau kelalaian
memasukkannya akanmempengaruhi atau mengubah penilaian dari orang
yang menggunakannya.
THANK YOU

Vous aimerez peut-être aussi