Vous êtes sur la page 1sur 38

Anti Bakteri, Anti Fungi

dan Anti Virus


Kelompok I :
1.Akmal Luthf

2.Viona Eka Zulvinda
3.Wafa

DOSEN : MIRA FEBRINA ,M.Sc.,


Apt
Pengertian Anti
Bakteri

Kata antibiotik berasal dari bahasa
yunani yaitu-anti(melawan) dan-
biotikos (cocok untuk kehidupan).
Mikroorganisme yang dihambat
oleh antibiotik khususnya adalah
bakteri.
ANTI
BAKTERI/ANTI
BIOTIK

Antibiotik berbeda dengan istilah


disinfectantkarena desifektant
membunuh kuman dengan cara
membuat lingkungan yang tidak
wajar bagi kuman.
Resistensi Bakteri

Resistensi merupakan kemampuan
alami bakteri untuk tidak
terpengaruh (resisten) terhadap
Pengertian agen anti-mikrobial.

Transfer bakteri antar individu


Transfer gen resisten antar
bakteri, biasanya dalam
Disebarka plasmid
Transfer gen resisten antar
n melalui elemen genetik dalam bakteri
biasanya dalam transposon
Cont...
Produksi enzim yang dapat
menginaktivasi obat.

Perubahan sisi ikatan obat (drug-


Penyebab binding site).
bakteri
resisten Penurunan pengambilan otak
kembali (drug uptake).

Perkembangan jalur lain


menghindari reaksi yang dihambat
oleh antibiotika.
Cont...

Mutasi, perubahan sifat mikroba
dari sensitif menjadi resisten yang
diturunkan vertikal ke sel-sel
keturunannya.

Transduksi, proses masuknya


Penyebaran bakteriofag suatu virus penginfeksi
bakteri yang menyimpan gen
bakteri resisten, pada suatu bakteri lain.
melalui
Transformasi, proses masuknya
DNA yang mengandung informasi
genetik dari lingkungan ke dalam
bakteri.
Konjugasi, proses pemindahan gen
dari satu sel ke sel lain melalui
kontak langsung.
Penggolongan Obat Anti
Bakteri

Anti Bakteri

Penghambat
Penghambat
sintesis Antagonis Quinolon dan
sintesis
dinding sel folat golongan lain
protein (DNA)
bakteri

Golongan B-
laktam dan
Golongan
peptida
Golongan Penghambat sintesis
dinding sel bakteri

Obat golongan ini mempunyai
struktur kimia yang
antibiotik mengandung cincin B-laktam.
golongan b- Obat ini bersifat bakterisidal.
laktam Cincin B-laktam tersebut
bertanggung jawab terhadap
aktivitas antimikrobial.

Senyawa non B-laktam. Contoh


dari antibiotik jenis ini adalah
vancomisin dan basitrasin
Antibiotik mempunyai aksi mencegah
golongan proses polimerasi dan
polipeptida peptidoglikan linear. Obat ini
hanya efektif terhadap bakteri
gram positif.
Sefalospori
n
Penisilin

golongan
b-laktam

Karbapene
m
Monobakta
m
Penisilin

Penisilin merupakan antibiotik pilihan pertama pada beberapa
infeksi.
Penisilin pertama kali ditemukan oleh Alexander Fleming pada
tahun 1928 dari jamur golongan penicilium.
Penghambatan pada proses tersebut oleh probenesid
menyebabkan proses eksresi penisilin terhambat sehingga
kadarnya dalam darah lebih besar dan aksi penisilin menjadi
lebih lama. Oleh karena itu, penisilin sering dikombinasi
dengan probenesid.Penisilin alami, Contohnya penisilin G
dan penisilin V
Resisten terhadap penisilase, Contohnya
methisilin, oksasilin,
Golongan
Aminopenisilin, Contohnya amoksisilin
Penisilin
dan ampisilin
Turunan penisilin lain, Contohnya
mezlosilin
Sefalosporin

Sefalosporin merupakan antibiotik pilihan kedua pada
beberapa infeksi.
Klasifkasi obat golongan ini berdasarkan generasi, yang
pada dasarnya ditentukan oleh aktivitas antimikrobialnya.
Generasi pertama bersifat sensitif terhadap enzim B-
laktamase dan berspektrum sempit.
Generasi kedua mempunyai stabilitas yang lebih baik, dan
aktivitasnya terhadap bakteri gram negatif lebih tinggi.
Generasi ketiga mempunyai spektrum luas dan lebih
resisten terhadap enzim B-laktamase.
Generasi keempat mempunyai aktivitas baik terhadap
bakteri gram positif maupun gram negatif, dan mempunyai
resistensi terhadap enzim B-laktamase yang lebih baik.
Generas
Contoh obat
i
Pertam

sefazolin atau
sefaleksin
a
Generas sefaklor, sefamandol dan
i Kedua sefoksitin

Generas sefotaksim, seftazidim dan


i Ketiga seftriakson
Generas
i sefepim dan sefripom
Keempa
t
Karbapenem

Karbapenem merupakan antibiotika golongan B-laktam yang
baru , contohnya adalah imipenem dan meropenem.
Keduanya hanya bisa diberikan secara intravena.
Imipenem mempunyai spektrum yang sangat luas, dan aktif
terhadap baik bakteri aerob dan anaerob, juga bakteri gram
positif maupun gram negatif.
Obat tersebut dihidrolisis oleh renal dipetidase dalam
epitelium tubulus proksimal ginjal menjadi metabolit toksik.
Meropenem lebih stabil terhadap renal dipeptidase sehingga
tidak memerlukan cilastatin.
Obat golongan ini sangat resisten terhadap B-laktamase.
Monobaktam

Monobaktam juga merupakan antibiotika golongan B-
laktam baru, mempunyai struktur B-laktam monosiklik.
Contoh satu-satunya obat golongan ini adalah aztreonam.
Obat ini efektif terhadap bakteri gram negatif termasuk
pseudomonas, namun kurang efektif terhadap bakteri
gram positif.
Aminoglikosida, Mekanisme aksi obat ini
adalah menyebabkan proses codon-
anticodon tidak normal sehingga


menyebabkan proses pembacaan
(intepretasi) yang salah pada transkripsi
mRNA.

Tetrasiklin, Mekanisme aksi tetrasiklin


Penghambat adalah berkompetisi dengan komponen
sintesis tRNA terhadap sisi A pada mRNA sel
bakteri.
protein

Kloramfenikol, Mekanisme aksinya


menghambat proses transpepsidasi pada
sintesis protein. Obat mengalami inaktivasi
dalam hati melalui reaksi konjugasi.
Contoh obat

Gentamisin
Trobamisin
Aminoglikosida Neomisin
Streptomisin
Amikasin Chloracol
Cloramidina
Kloramfenikol Hufamycetin
Palmicol
Tetrasiklin Xepanicol
Oksitetrasiklin
Tetrasiklin Klortetrasiklin
Minosiklin
Doksisiklin
Antagolonis folat

Asam folat merupakan senyawa yang digunakan dalam
sintesis asam amino dan DNA dalam sel.
Bakteri tidak dapat mengabsorspsi asam folat sehingga harus
membuat sendiri dari substrat PABA (para-amino benzoic
acid), glutamat dan pteridin.
Sulfonamid mempunyai struktur kimia mirip dengan PABA,
sehingga dapat berkompetisi dengan PABA terhadap enzim
dihydropteroate reductase.
Contoh obat : sulfonamid
Antibiotika golongan
quinolon

Obat golongan ini mempunyai mekanisme aksi
menghambat DNA gyrase sehingga dapat menghambat
proses sintesis DNA bakteri.
Quinolon merupakan satu-satunya antibiotika yang
menghambat replikasi DNA.
Antibiotik golongan ini digunakan pada pengobatan infeksi
saluran kencing.
Contoh obat : ciprofloksacin, ofloksacin, onoksacin
dan levofloksacin
Pengertian Anti Fungi
Anti fungi atau anti mikotik yaitu obat yang
Pengertian digunakan untuk membunuh atau
menghilangkan jamur.

Anti Fungi 1) obat infeksi fungi sistemik dan


dibedakan 2) obat infeksi fungi superfsial.
Penggolongan Obat Anti
Fungi
Obat Antifungi
Obat Antifungi
Topikal Sistemik

Poliene
Pemberian obat anti jamur
Azol-imidazol sistemik digunakan untuk
Alilamin pengobatan infeksi jamur
superfcial dan sistemik
Golongan Lain
(DEEP MIKOSIS)
A. Obat Antijamur Topikal

1. Antifungi golongan poliena


Obat termasuk golongan ini adalah amfoterisin B dan nistatin. Obat
ini mempunyai aksi mengikat ergosterol, suatu sterol pada membran
fungi, sehingga membentuk pori-pori atau saluran dan menghasilkan
peningkatan permeabilitas. Hal ini akan menyebabkan kebocoran
membran terhadap berbagai molekul kecil termasuk elektrolit.

2.Antifungi golongan azol-imidazol

Obat golongan ini dibagi menjadi dua kelompok yaitu golongan


imidazol dengan dua atom nitrogen, dan golongan trizol dengan tiga
atom nitrogen. Obat ini bereaksi dengan menghambat sterol 14-a-
demetilase, sehingga mengganggu biosintesis ergosterol yang
berperan pada membran sitoplasma. Hal ini mengakibatkan terjadi
akumulasi 14-a-metilsterol yang dapat mengganggu fosfolipid, fungi
enzim dalam membran maupun sistem enzim transport elektron
sehingga mengakibatkan penghambatan pertumbuhan fungi.
3. Antifungi golongan Alilamin /Benzilamin

Golongan alilamin yaitu naftivin, terdinafn dan golongan


Benzilamin yaitu Butenafn, bekerja dengan cara menekaan
biosintesis ergosterol pada tahap awal proses metabolism dan
enzim sitokrom V-450 akan menghambat aktiftas squalen pada sel
jamur dan akan mengakibatkan kematian sel jamur.

4. Antifungi golongan lainnya

Obat antifungi lainnya adalah flusitosin, griseofulvin dan


terbunafn. Dalam tubuh, flusitosin diubah menjadi anti metabolit
5-fluorourasil (5-FU) pada fungi namun tidak terjadi pada manusia
5-FU menghambat sintesis DNA.
B. Obat Antijamur Sistemik

1. Griseofulvin
MK : Griseofulvin merupakan obat anti jamuryang bersifat
fungistatik, berikatan

dengan protein mikrotubular dan menghambat mitosis sel jamur.

Dosis : Dosis griseofulvin (pemberian secara oral) yaitu dewasa


500 -1000 mg / hari (mikrosize) dosis tunggal atau terbagi dan 330
375 mg / hari (ultramikrosize) dosis tunggal atau terbagi. Anak -
anak 2 tahun 10 - 15 mg / kg BB/ hari (mikrosize), dosis tunggal
atau terbagi dan 5,5 - 7,3 mg / kg BB / hari (ultramikrosize) dosis
tunggal atau terbagi.

ESO : sakit kepala, mual, muntah dan sakit pada abodominal.


Timbunya reaksi urtikaria dan erupsi kulit dapat terjadi pada
sebagian pasien.
2. Ketokonazol

MK : Ketokonazol bekerja menghambat biosintesis ergosterol



yang merupakan sterol utama untuk mempertahankan
integritas membran sel jamur. Bekerja dengan cara
menginhibisi enzim sitokrom P-450, C-14--demethylase yang
bertanggungjawab merubah lanosterol menjadi ergosterol, hal
ini akan mengakibatkan dinding sel jamur menjadi permiabel
dan terjadi penghancuran jamur.

Dosis : Dosis ketokonazol yang diberikan pada orang dewasa


200 mg / hari, dosis tunggal dan untuk kasus yang serius
dapat ditingkatkan hingga 400 mg / hari sedangkan dosis
untuk anak-anak 3,3 6,6 mg / kg BB, dosis tunggal. Lama
pengobatan untuk tinea korporis dan tinea krurisselama 2 - 4
minggu, tinea versikolor selama 5 -10 hari sedangkan untuk
tinea kapitis dan onikomikosis biasanya tidak
direkomendasikan.
ESO : Anoreksia, mual dan muntah merupakan efek samping yang
sering di jumpai. Ketokonazol juga dapat menimbulkan efek
hepatotoksik yang ringan tetapi kerusakan hepar yang serius


jarang terjadi. Peninggian transaminase sementara dapat terjadi
pada 5-10% pasien. Efek samping yang serius dari hepatotoksik
adalah idiosinkratik dan jarang ditemukan yaitu 1:10000 dan
1:15000, biasanya djumpai pada pasien yang mendapat
pengobatan lebih dari 2 minggu. Untuk pengobatan jangka waktu
yang lama.

3. ITRAKONAZOL

MK : Mekanisme kerja itrakonazol dengan cara menghambat 14--


demethylase yang merupakan suatu enzim sitokrom P-450 yang
bertanggung jawab untuk merubah lanosterol menjadi ergosterol
pada dinding sel jamur.
Dosis : Dosis pengobatan untuk dermatoftosis adalah 100
mg/hari. Lama pengobatan untuk tinea korporis atau tinea kruris
adalah selama 2 minggu tetapi untuk tinea manus dan tinea pedis
adalah selama 4 minggu. Pengobatan untuk pitirisis versikolor
dengan dosis 200 mg/hari selama 1 minggu. Untuk pengobatan

onikomikosis dengan dosis 200 mg selama 3 bulan atau
menggunakan dosis denyut yaitu kuku jaritangan sebanyak 2
pulsa itrakonazol dengan dosis 400 mg/hari selama 1 minggu dan
3 minggu tanpa pengobatan sedangkan kuku jari kaki sebanyak 3
pulsa atau lebih.

ESO : Efek samping yang sering dijumpai adalah masalah


gastrointestinal seperti mual, sakit pada abdominal dan konstipasi.
Efek samping lain seperti sakit kepala, pruritus dan ruam allergi.
Efek samping yang lain yaitu kelainan test hati yang dilaporkan
pada 5% pasien yang ditandai dengan peninggian serum
transaminase, ginekomasti dilaporkan terjadi pada 1% pasien yang
menggunakan dosis tinggi.
4. VORIKONAZOL

MK : Vorikonazol merupakan inhibitor yang poten terhadap biosintesis


ergosterol, bekerja pada enzim sitokrom p-450, lanosterol 14--


demethylase. Hal ini menyebabkan berkurangnya ergosterol dan
penumpukan methilat sterols yang mengakibatkan rusaknya struktur
dan fungsi membran jamur.

Dosis : Pengobatan intravenous vorikonazol harus di awali dengan 2


loading dose sebanyak 6 mg/ kg BB dengan jarak 12 jam dan
selanjutnya 4 mg/kg BB dengan interval 12 jam. Setiap dosis harus di
infus dengan rata-rata maksimum 3 mg/kg BB/jam selama periode 1-2
jam. Konsentrasi cairan infus tidak melebihi 5 mg/ml. Pasien dengan
berat badan lebih dari 40 kg dapat diberikan dosis oral sebanyak 200 mg
dengan interval 12 jam sedangkan berat badan yang kurang dari 40 kg
dapat diberikan dosis 100 mg dengan interval 12 jam. Obat harus
dikonsumsi 1 jam sebelum atau sesudah makan.

ESO : Kebanyakan efek samping yang dapat di jumpai pada pasien yaitu
demam, adanya ruam pada kulit, mual, muntah, diare, sakit kepala dan
sakit abdominal. Sekitar 13 % pasien di jumpai peninggian test fungsi
hati selama pengobatan.
AntiVirus

Parasit intrasel yang tidak dapat bereplikasi
Virus
sendiri, tetapi harus menggunakan sel inang.

Sebuah agen yang membunuh virus dengan


Anti Virus menekan kemampuan untuk bereplikasi,
menghambat kemampuan untuk
menggandakan dan memperbanyak diri.
Karakteristik Virus


Ukuran : sangat kecil (20-30nm)
50 kali lebih kecil dari bakteri
Tidak dapat dilihat di mikroskop biasa, digunakan
mikroskop electron
Mampu memperbanyak diri, tetapi hanya pada she
hidup (host)
Dalam host dapat bersifat inaktif
Menggunakan DNA atau RNA nya sendiri untuk
menginstruksikan sel host untuk membuat salinan-
salinan baru
Tidak mampu mensintesis protein dan membentuk ATP
Fase-fase Pada Virus

1. Fase Inisiasi
Virus menempel pada membrane sel (attachment)
Virus masuk ke dalam sel (penetration)
Selubung virus terbuka (uncoating)

2. Fase Repilkasi
Sintesis DNA
Sintesis RNA
Sintesis Protein

3. Fase Pelepasan (release)


Fase perakitan virus (assembly)
Pendewasaan virus (maturation)
Keluarnya virus dari dalam sel
Penggolongan Obat Anti
Virus
Antinonretrovirus
Antiretrovirus

Nucleoside reverse
Antivirus untuk herpes transcriptase inhibitor (NRTI)
Antivirus untuk influenza Nucleotide reverse
Antivirus untuk HBV dan transcriptase inhibitor (NtRTI)
HCV Non-nucleotide reverse
trancrptase inhibitor (NNRTI)
Protease inhibitor (PI)
Viral Entry Inhibitor
Anti Nonretrovirus
A. Antivirus untuk herpes

1. Asiklovir

MK: dimetabolisme menjadi asiklovir trifosfat melalui 3 tahap
fosfolirase, yang akan menghambat DNA polymerase virus.
Dosis : 5 x 200 mg asiklovir untuk 10 hari untuk HSV
3x 200 mg asiklovir untuk 1 bulanuntuk h.genital
Salep asiklovir 5% untuk 6 x sehari untuk 7 hari
Indikasi : Infeksi HSV-1 dan HSV-2 baik lokal maupun sistemik
( termasuk keratitis herpetik , herpetik ensefalitis, herpes
genitalia,herpes neonataldan herpes labialis ) dan infeksi VZV
( varisela dan herpes zoster ).
Efek samping : mual, muntah dan pusing , namunAsiklovir pada
umumnya dapat ditoleransi dengan baik. Pemberian selama
kehamilan tidak dianjurkan.
B. Antivirus untuk Influenza

1. Amantadin

MK : merupakan antivirus yang bekerja pada protein M2 virus (mengganggu
replikasi virus) , suatu kanal ion transmembran yang diaktivasi oleh Ph yg
berperan penting dalam pelepasan selubung virus.
Dosis : 2 x 100 mg
Indikasi : pencegahan dan terapi awal infeksi virus influenza A, juga
diindikasikan untuk terapi penyakit parkinson.
Efek samping : yang tersering adalah gangguan GI ringan yang tergantung
dosis . Efek samping pada SSP seperti kegelisahan , kesulitan
berkonsentrasi, insomnia, hilang nafsu makan, kejang bahkan koma.
C. Antivirus untuk HBV dan HCV

1. Lamivudin

MK : Lamivudin bekerja dengan cara menghentikan
sintesis DNA , secara kompetitif menghambat
polimerase virus ( reverse transcriptase , RT ) .
Indikasi : infeksi HBV ( wild type dan precore
variants )
Efek samping : fatigue, sakit kepala dan mual.
AntiRetrovirus
A. Nucleoside Reverse Transcriptase Inhibitor (NRTI )

1. Zidovudin

MK : target zidovudin adalah enzim reverse
transcriptase (RT ) HIV. Bekerja dengan menghambat
enzim RT virus , setelah ggs azidotimidin(AZT)pada
zidovudin mengalami fosforilasi.
Indikasi : infeksi HIV , dalam kombinasi dengan anti
HIV lainnya seperti lamivudin dan abakavir.
Efek Samping : granulositopenia dan Anemia setelah
2-6 minggu terapi (periksa darah lengkap setelah 1-2
minggu pemakaian) sakit kepala, mual, insomnia.
B. Nucleotide Reverse Transcriptase Inhibitor ( NtRTI )

1. Tenofovir Disoproksil

MK : bekerja pada HIV RT ( dan HBV RT ) dengan cara
menghentikan pembentukan rantai DNA virus.
Indikasi : infeksi HIV dalam kombinasi dengan
evafrenz , tidak boleh dikombinasikan dengan
lamivudin dan abakavir
Efek Samping : mual, muntah , flatulens , diare
C. Non Nucleoside Reverse Transcriptase Inhibitor
(NNRTI)

1. Nevirapin
MK : bekerja pada situs alosterik tempat ikatan non
subtrat HIV -1 RT
Indikasi : infeksi HIV -1 , dalam kombinasi dengan
anti-HIV lainnya , terutama NRTI
Efek Samping : ruam, demam, fatigue, sakit
kepala,somnolens, mual, dan peningkatan enzim hati.
D. Protease Inhibitor ( PI )

1. Sakuinavir

MK : sakuinavir bekerja pada tahap transisi ,
merupakan HIV protease peptidomimetic inhibitor
Indikasi : infeksi HIV , dalam kombinasi dengan anti
HIV lain ( NRTI dan beberapa PI seperti ritonavir )
Efek Samping : diare, mual, nyeri abdomen .

THANK
YOU

Vous aimerez peut-être aussi