Vous êtes sur la page 1sur 38

Presentasi Kasus

Hemoptisis et causa Pneumonia


dengan Rabdomiosarkoma

PEMBIMBING :
D R . D W I S . A N D R I A S A R I . S P. P

OLEH :
NUZMA ANBIA (1110103000015)

Kepanitraan Klinik SMF Paru


Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2014
Ilustrasi Kasus

Nama : Tn. Kardi Sutiman


Umur : 64 tahun
Jenis kelamin : laki-laki
Alamat :Dusun Miri RT/RW 004/001, Miri,
Kismatoro,Wonogiri, Jawa Tengah
Status pernikahan : Menikah
Agama : Islam
Pendidikan : Tamat SD
Pekerjaan : Petani
Tanggal masuk RS : 12/06/2014
Tanggal anamnesis : 17/06/2014
Anamnesis

a. Keluhan Utama
Pasien mengeluh batuk darah sejak 2 minggu SMRS
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan batuk darah sejak 2 minggu SMRS. Batuk darah tidak
keluar terus-menerus, dalam 1 hari 3-4 kali. Darah yang keluar merah segar,
berupa bercak, bercampur dengan lendir tidak berbuih dan tidak tercampur dengan
makanan. Keluhan disertai sesak napas, terutama memberat jika pasien sedang
batuk. Pasien juga mengeluhkan benjolan pada leher kanannya terasa nyeri,
memberat 3 minggu terakhir. Benjolan pada leher sudah ada sejak 2 tahun yang
lalu, semakin membesar. Awalnya bisa digerakkan dan tidak terasa nyeri, kini merah,
nyeri dan sulit digerakan. Pasien juga mengeluhkan benjolan di leher sebelah kiri,
punggung sebelah kanan, selangkangan, serta pada tungkai kanan dan kirinya.
Benjolan-benjolan ini tidak tumbuh bersamaan, pertama kali ada 5 tahun yang lalu
pada tungkai kanan. Benjolan-benjolan tidak merah, tidak terasa nyeri dan dapat
digerakkan. Tidak ada keluhan demam, mual dan muntah. Riwayat batuk lama
disangkal oleh pasien, tetapi berat badan terasa menurun sejak 2 bulan terakhir,
tidak mengetahui berapa banyak penurunan BB nya. Hal ini dirasa pasien karena
memang sulit makan dan nafsu makan berkurang. Keluhan belum pernah diobati oleh
pasien.
Definisi
Gangguan inflamasi kronik yang terjadi pada
saluran napas yang melibatkan banyak sel
dan elemennya

INFLAMASI KRONIK PADA ASMA MENYEBABKAN


PENINGKATAN HIPERESPONSIF JALAN NAPAS
YANG MENIMBULKAN GEJALA EPISODIK
BERULANG BERUPA MENGI, SESAK NAPAS,
DADA TERASA BERAT DAN BATUK-BATUK
TERUTAMA MALAM DAN ATAU DINI HARI
Etiologi dan Faktor
Risiko Asma
Inflamasi pada Asma

Inflamasi akut Inflamasi


kronik

Kerusakan Healing process repair


jaringan dan pergantian selsel
Fase cepat Fase lama mati/rusak dengan sel-sel
yang baru skar

1 jam. Alergen terikat


pada IgE yang menempel Reaksi ini timbul
pada sel mast dan terjadi antara 6-9 jam Perubahan
degranulasi sel mast, setelah provokasi struktur
mengeluarkan preformed alergen dan airway
mediator seperti histamin, melibatkan remodeling
protease dan newly pengerahan serta
generated mediator seperti aktivasi eosinofil, sel
leukotrin, prostaglandin T CD4+, neutrofil dan
dan PAF yang makrofag
menyebabkan kontraksi .
otot polos bronkus, sekresi
mukus dan vasodilatasi.
Patogenesis Asma
Patogenesis Asma

IgE yang dihasilkan akan


Alergen yang spesifik akan
Alergen mengadakan cross link
menempel pada IgE
dengan sel mast

Th2 release sitokin IL-4


(menginduksi Th0 ke arah
Th2) , IL-13 (induksi sel
Ditangkap oleh sel Degranulasi sel mast pro
limfosit B sintesis IgE) IL-
dendritik, APC utama pada sitokin dan mediator
3,IL-5, dan GM-
sal. respiratori inflamasi
CSF(maturasi, aktivasi serta
memperpanjang ketahanan
hidup eosinofil)

Presentasi antigen melalui Polarisasi sel Th0 dominan Hiperaktiviti bronkus


MHC klas II pada sel limfosit ke Th2 pada individu atopik
T CD4+ naif (Th0) Airway obstruction
Derajat
Asma
Klasifikasi (GINA, 2013)
Terkontrol??
Serangan
Akut
Diagnosis

Anamnesis
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Penunjang
Anamnesis

Serangan asma bersifat episodik dan seringkali


reversibel dengan atau tanpa pengobatan
gejala asma terdiri atas batuk , sesak napas,
rasa berat di dada dan berdahak
Gejala timbul/ memburuk terutama malam/ dini
hari
Diawali oleh faktor pencetus yang bersifat
individu
Riwayat (atopi)
Riwayat atopi dalam keluarga
Pemeriksaan Penunjang

Laboratorium (eosinophil, IgE)


Skin test
Radiologi (Diagnosis Banding dan
Komplikasi)
Uji Faal Paru (spirometri dan APE)
Uji Provokasi Bronkus
Bronkodilator tes
Penatalaksanaan Asma

1. Edukasi Asma Terkontrol, jika :


2. Menilai dan monitor berat asma 1. Gejala minimal (sebaiknya tidak
secara berkala ada), termasuk gejala malam
3. Identifikasi dan mengendalikan 2. Tidak ada keterbatasan aktiviti
faktor pencetus termasuk exercise
4. Merencanakan dan memberikan 3. Kebutuhan bronkodilator (agonis
pengobatan jangka panjang 2 kerja singkat) minimal
5. Menetapkan pengobatan pada (idealnya tidak diperlukan)
serangan akut 4. Variasi harian APE kurang dari 20%
6. Kontrol secara teratur 5. Nilai APE normal atau mendekati
7. Pola hidup sehat normal
6. Efek samping obat minimal (tidak
ada)
7. Tidak ada kunjungan ke unit
darurat gawat
Farmakologi untuk Asma

Reliever Controller

Agonis beta2 kerja Kortikosteroid inhalasi


singkat Kortikosteroid sistemik
Kortikosteroid sistemik Sodium kromoglikat
Antikolinergik Nedokromil sodium
Aminofillin Metilsantin
Adrenalin Agonis beta-2 kerja lama,
inhalasi
Agonis beta-2 kerja lama, oral
Leukotrien modifiers
Antihistamin generasi ke dua
(antagonis -H1)
Lain-lain
Controllers

Global Initiative for Asthma. 2013


Glukokortikosteroid inhalasi

Pengobatan paling efektif


mengontrol asama ringan-berat
ES : kandidiasis orofaring, disfonia dan batuk karena iritasi
saluran napas atas atasi ES dengan spacer
Glukokortikoid Oral

Pengontrol pada keadaan asma persisten berat (setiap


hari atau selang sehari), tetapi penggunaannya terbatas
mengingat risiko efek sistemik
Gunakan prednison, prednisolon, atau metilprednisolon
karena mempunyai efek mineralokortikoid minimal,
waktu paruh pendek dan efek striae pada otot minimal
Bentuk oral, bukan parenteral
Penggunaan selang sehari atau sekali sehari pagi hari
ES : osteoporosis, hipertensi, diabetes, supresi aksis
adrenal pituitari hipotalamus, katarak, glaukoma, obesiti,
penipisan kulit, striae dan kelemahan otot
Agonis -2 kerja lama

Pemberian inhalasi agonis beta-2 kerja lama, menghasilkan


efek bronkodilatasi lebih baik dibandingkan preparat oral
Sebaiknya diberikan ketika dosis standar
glukokortikosteroid inhalasi gagal mengontrol dan, sebelum
meningkatkan dosis glukokortikosteroid inhalasi tersebut.
Pengobatan jangka lama dengan agonis beta-2 kerja lama
tidak mengubah inflamasi yang sudah ada, maka sebaiknya
selalu dikombinasikan dengan glukokortikosteroid inhalasi
ES : rangsangan kardiovaskular, tremor otot rangka dan
hipokalemia, yang lebih sedikit atau jarang daripada
pemberian oral
Agonis -2 kerja lama

Efek relaksasi otot polos, meningkatkan pembersihan mukosilier,


menurunkan permeabiliti pembuluh darah dan memodulasi
penglepasan mediator dari sel mast dan basofil. Pada pemberian
jangka lama, mempunyai efek antiinflamasi walau kecil. Inhalasi
agonis beta-2 kerja lama yang diberikan jangka lama mempunyai efek
protektif terhadap rangsang bronkokonstriktor.
Kromolin (sodium kromoglikat
Metilsantin
teofilin/aminofilin dan nedokromil sodium)
antiinflamasi nonsteroid, hambat
berefek bronkodilator dan
release mediator dari sel mast
antiinflamasi
lebih baik melalui reaksi yang diperantarai
IgE
dikombinasikan dengan
butuh waktu 4-6 minggu untuk
bronkodilator lain
ES : mual gangguan GI melihat manfaat obat

Leukotriene modifiers
Hambat 5-lipoksigenaseblok sintesis semua leukotrin atau
memblok reseptor-reseptor leukotrien sisteinil pada sel target
diberikan secara oral
Di Indonesia: zafirlukas (antagonis reseptor leukotrien sisteinil)
Efek samping jarang ditemukan. Zileuton dihubungkan dengan
toksik hati, sehingga monitor fungsi hati dianjurkan apabila
diberikan terapi zileuton.
Agonis beta-2 kerja singkat

Di Indonesia : salbutamol, terbutalin, fenoterol, dan


prokaterol
Merupakan terapi pilihan pada serangan akut dan
sangat bermanfaat sebagai praterapi pada
exercise-induced asthma
Efek sampingnya adalah rangsangan
kardiovaskular, tremor otot rangka dan hipokalemia.
Pemberian secara inhalasi jauh lebih sedikit
menimbulkan efek samping daripada oral
Metilsantin Antikolinergik
Efek bronkodilatasinya lebih lemah Pemberiannya secara inhalasi
dibandingkan agonis beta-2 kerja
Efek bronkodilatasi tidak
singkat
Aminofillin kerja singkat dapat seefektif agonis beta-2 kerja
dipertimbangkan untuk mengatasi singkat, onsetnya lama dan
gejala walau disadari onsetnya dibutuhkan 30-60 menit untuk
lebih lama daripada agonis beta-2 mencapai efek maksimum.
kerja singkat. Tidak mempengaruhi reaksi
alergi tipe cepat ataupun tipe
lambat dan juga tidak
Adrenalin
berpengaruh terhadap
pilihan pada asma eksaserbasi
inflamasi
sedang sampai berat, bila tidak
Contoh : ipratropium bromide
tersedia agonis beta-2, atau tidak
respons dengan agonis beta-2 dan tiotropium bromide
kerja singkat Efek samping berupa rasa
kering di mulut dan rasa pahit
Asma Akut
Penatalaksanaan Asma Akut di RS
Serangan Asma di Rumah
Kesimpulan

Asma adalah inflamasi kronik saluran napas yang melibatkan


peranan banyak sel dan elemen seluler.Inflamasi kronik
menyebabkan peningkatan hiperesponsivitas jalan napas yang
menimbulkan gejala episodik berulang : mengi, sesak napas; dada
terasa berat, dan batuk batuk khususnya pada malam dan atau dini
hari. Episodik tersebut berhubungan dengan obstruksi jalan napas
yang luas, bervariasi dan seringkali bersifat reversibel dengan atau
tanpa pengobatan.
Secara etiologis, asma adalah penyakit yang heterogen, dipengaruhi
oleh berbagai faktor seperti genetik (atopik, hipereaktivitas bronkus,
jenis kelamin, dan ras) dan faktor-faktor lingkungan (infeksi virus,
pajanan dari pekerjaan, rokok, alergen, dan lain-lain).
Kontrol pemeriksaan diri harus secara teratur dilakukan agar asma
tidak menjadi berat dan pengobatan yang paling baik adalah
menghindari faktor pencetusnya.
Referensi

Diagnosis dan Penatalaksanaan Asma di


Indonesia. PDPI
Asma Bronkial. Ilmu Penyakit Paru

Vous aimerez peut-être aussi