penyakit neurokutan akibat reaktivasi infeksi laten endogen virus Varisela zooster dalam neuron ganglion dengan manifestasi erupsi vesikular berkelompok dengan dasar eritematosa disertai nyeri radikular unilateral yang umumnya terbatas pada satu dermatom. Etiopatogenesis
Virus DNA, alphaherpesvirus dengan besar genom 125.000 bp,
berselubung/berenvelop, dan berdiameter 80-120 nm. Virus menginfeksi sel Human diploid, sel limfosit T teraktivasi, sel epitel dan sel epidermal in vivo untuk replikasi produktif, serta sel neuron. Virus varicella dapat membentuk sel sinsitia dan menyebar secara langsung dari sel ke sel. Diagnosis Gejala Prod romal Berlangsung 1-5 hari. Keluhan biasanya diawali dengan nyeri pada daerah dermatom yang akan timbul lesi dan dapat berlangsung dalam waktu yang bervariasi. Nyeri bersifat segmental dan dapat berlangsung terus-menerus atau sebagai serangan yang hilang timbul. Keluhan bervariasi dari rasa gatal, kesemutan, panas, pedih, nyeri tekan, hiperestesi sampai rasa ditusuk-tusuk. Selain nyeri, dapat didahului dengan cegukan atau sendawa. Gejala konstitusi berupa malaise, sefalgia, other flu like symptom yang biasanya akan menghilang setelah erupsi kulit timbul. Kadang-kadang terjadi limfadenopati regional. Lesi dimulai dengan makula eritroskuamosa, kemudian terbentuk papul- papul dan dalam waktu 1224 jam lesi berkembang menjadi vesikel. Pada hari ketiga berubah menjadi pustul yang akan mengering menjadi krusta dalam 7-10 hari. Krusta dapat bertahan sampai 2-3 minggu kemudian mengelupas. Pada saat ini biasanya nyeri segmental juga menghilang. Lesi baru dapat terus muncul sampai hari ketiga dan kadang-kadang sampai hari ketujuh. Erupsi kulit hampir selalu unilateral dan terbatas pada satu dermatom ganglion sensorik. Erupsi dapat terjadi di seluruh bagian tubuh, yang tersering di daerah ganglion torakalis. Erupsi kulit yang berat dapat meninggalkan makula hiperpigmentasi dan jaringan parut (pitted scar) Erupsi umumnya disertai nyeri (60-90% kasus) Pengobatan Sistemik Antivirus : Famsiklovir 3 x 500mg, valasiklovir 3 x 1000 mg, asiklovir 5 x 800mg diberikan sebelum 72 jam awitan selama 7 hari. Analgetik : OAINS ( asetosal, piroksikam, ibuprofen, natrium diclofenak) atau analgetik non-opioid ( paracetamol, tramadol, asam mefenamat), opioid ( kodein, morfin, oksikodon). Antidepresan dan antikonvulsan : kombinasi terapi asiklovir dengan antidepresan trisiklik atau gabapentin. Topikal Anlgetik topikal : Kompres terbuka dengan Solusio Burowi dan solusio calamin (Caladryl) 4-6 kali/hari selama 30-60 menit. Kompres dingin Anti inflamasi non steroid (AINS) topikal Anestetik topikal pada jaras saraf yang terlibat. Krim kortikosteroid : tidak pada lesi akut Moluskum Kontagiosum Moluskum Kontagiosum adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Poks, klinis berupa papul berbentuk kubah, mengkilat, dan pada permukaannya terdapat lekukan (delle/umbilikasi) berisi massa yang mengandung badan moluskum Etiopatogenesis Virus moluskum tergolong virus DNA genus Molluscipox, ditemukan 4 subtipe dan tipe 1 dianggap dapat menyerang individu yang immunokompeten, masa inkubasi 2-8 minggu. Gejala Klinis Biasa timbul di daerah wajah, leher, ketiak dan ekstremitas (jarang pada telapak tangan dan telapak kaki). Pada org dewasa terdapat di daerah pubis dan genetalia. Lesi berupa papul bulat bentuk kubah (dome-shape) berukuran miliar sampai lentikular dan berwarna putih mengkilat seperti lilin. Papul kemudian setelah membesar membentuk lekukan (delle). Jika dipijat akan tampak massa berwarna putih mirip nasi. Kadang bisa timbul infeksi sekunder membentuk supurasi. Tatalaksana Prinsipnya mengeluarkan badan moluskum menggunakan alat seperti ekstraktor komedo, jarum suntik, atau kuret. Bisa dengan kauterisasi atau bedah beku dengan CO2 dan N2. Gunakan anestetik lokal sebelum tindakan seoerti lidokain krim. Obat topikal kantaridin 0,7-0,9 % dibiarkan selama 4 jam kemudian dicuci. Obat topikal campuran kantaridin-salisilat, krim imiquimod 1-5%. Keratolitik topikal : tretinoin, bichlorocetic- acid atau trichloroacetic acid dan asam salisilat. Varisela Varisela (cacar air, chicken pox) adalah infeksi akut primer oleh virus varisela zooster yang menyerang kulit dan mukosa. Manifestasi didahului gejala konstitusi. Kelainan kulit polimorfik terutama berlokasi di wilayah sentral tubuh. Etiologi Varisela zooster Gejala Klinis Masa inkubasi berlangsung 14-21 hari. Gejala klinis dimulai dengan gejala prodormal : demam yang tidak terlalu tinggi, malaise dan nyeri kepala, kemudian disusul timbulnya erupsi kulit berupa papul eritematosa yang berubah menjadi vesikel. Bentuk vesikel khas seperti tetesan embun (teardrops) diatas dasar yang eritem. Penyebaran terutama di daerah badan, kemudian menyebar secara sentrifugal ke wajah dan ekstremitas, serta dapat menyerang selaput lendir mata, mulut, dan salnaf atas. Jika terdapat infeksi sekunder KGB bisa membesar. Tatalaksana Pencegahan : vaksinasi Pengobatan simptomatik : antipiretik, analgetik, sedatif, dan antihistamin. Terapi lokal : mencegah vesikel pecah terlalu dini diberikan bedak yang ditambah dengan zat antigatal (mentol, kamfora) dan salep antibiotik jika ada infeksi sekunder. Indikasi pemberian antiviral jika sebelumnya sudah ada anggota keluarga serumah yang menderita varisela atau pasien immunokompromais. Dosis asiklovir diberikan sbb : Bayi / anak : 10-20 mg/kgbb/hari, dosis terbagi 4-5 x 20 mg/kgbb/kali (maks. 800 mg/kali selama 7 hari) Dewasa : 5x800mg selama 7 hari atau valasiklovir 3x1 gr selama 7 hari. Famsiklovir 3 x 250mg selama 7 hari. Imunokompromais : asilklovir 10 mg / kgbb IV atau iv drip 3 kali sehari minimal 10 hari. Asiklovir 5 x 800 mg/ hari min 10 hari. Valasiklovir 3x1 gr minimal 10 hari. Famsiklovir 3x500 mg minimal 10 hari