Vous êtes sur la page 1sur 28

Infeksi Virus pada Kulit

Pembimbing : dr. Herny, Sp. KK


Penyaji : Rizky Ramadhani Arisyandi
Herpes Zooster

Herpes Zooster (Shingles) adalah


penyakit neurokutan akibat reaktivasi
infeksi laten endogen virus Varisela
zooster dalam neuron ganglion dengan
manifestasi erupsi vesikular berkelompok
dengan dasar eritematosa disertai nyeri
radikular unilateral yang umumnya
terbatas pada satu dermatom.
Etiopatogenesis

Virus DNA, alphaherpesvirus dengan besar genom 125.000 bp,


berselubung/berenvelop, dan berdiameter 80-120 nm. Virus menginfeksi sel
Human diploid, sel limfosit T teraktivasi, sel epitel dan sel epidermal in vivo
untuk replikasi produktif, serta sel neuron. Virus varicella dapat membentuk
sel sinsitia dan menyebar secara langsung dari sel ke sel.
Diagnosis
Gejala Prod romal
Berlangsung 1-5 hari. Keluhan biasanya diawali
dengan nyeri pada daerah dermatom yang akan
timbul lesi dan dapat berlangsung dalam waktu
yang bervariasi. Nyeri bersifat segmental dan
dapat berlangsung terus-menerus atau sebagai
serangan yang hilang timbul. Keluhan bervariasi
dari rasa gatal, kesemutan, panas, pedih, nyeri
tekan, hiperestesi sampai rasa ditusuk-tusuk.
Selain nyeri, dapat didahului dengan
cegukan atau sendawa. Gejala konstitusi
berupa malaise, sefalgia, other flu like
symptom yang biasanya akan menghilang
setelah erupsi kulit timbul. Kadang-kadang
terjadi limfadenopati regional.
Lesi dimulai dengan makula
eritroskuamosa, kemudian terbentuk papul-
papul dan dalam waktu 1224 jam lesi
berkembang menjadi vesikel. Pada hari
ketiga berubah menjadi pustul yang akan
mengering menjadi krusta dalam 7-10 hari.
Krusta dapat bertahan sampai 2-3 minggu
kemudian mengelupas. Pada saat ini
biasanya nyeri segmental juga menghilang.
Lesi baru dapat terus muncul sampai hari
ketiga dan kadang-kadang sampai hari
ketujuh.
Erupsi kulit hampir selalu unilateral dan
terbatas pada satu dermatom ganglion
sensorik. Erupsi dapat terjadi di seluruh
bagian tubuh, yang tersering di daerah
ganglion torakalis.
Erupsi kulit yang berat dapat
meninggalkan makula hiperpigmentasi
dan jaringan parut (pitted scar)
Erupsi umumnya disertai nyeri (60-90%
kasus)
Pengobatan
Sistemik
Antivirus : Famsiklovir 3 x 500mg, valasiklovir
3 x 1000 mg, asiklovir 5 x 800mg diberikan
sebelum 72 jam awitan selama 7 hari.
Analgetik : OAINS ( asetosal, piroksikam,
ibuprofen, natrium diclofenak) atau analgetik
non-opioid ( paracetamol, tramadol, asam
mefenamat), opioid ( kodein, morfin,
oksikodon).
Antidepresan dan antikonvulsan : kombinasi terapi
asiklovir dengan antidepresan trisiklik atau
gabapentin.
Topikal
Anlgetik topikal :
Kompres terbuka dengan Solusio Burowi dan solusio
calamin (Caladryl) 4-6 kali/hari selama 30-60 menit.
Kompres dingin
Anti inflamasi non steroid (AINS) topikal
Anestetik topikal pada jaras saraf yang terlibat.
Krim kortikosteroid : tidak pada lesi akut
Moluskum Kontagiosum
Moluskum Kontagiosum adalah
penyakit yang disebabkan oleh virus Poks,
klinis berupa papul berbentuk kubah,
mengkilat, dan pada permukaannya
terdapat lekukan (delle/umbilikasi) berisi
massa yang mengandung badan
moluskum
Etiopatogenesis
Virus moluskum tergolong virus DNA
genus Molluscipox, ditemukan 4 subtipe
dan tipe 1 dianggap dapat menyerang
individu yang immunokompeten, masa
inkubasi 2-8 minggu.
Gejala Klinis
Biasa timbul di daerah wajah, leher, ketiak
dan ekstremitas (jarang pada telapak
tangan dan telapak kaki). Pada org dewasa
terdapat di daerah pubis dan genetalia.
Lesi berupa papul bulat bentuk kubah
(dome-shape) berukuran miliar sampai
lentikular dan berwarna putih mengkilat
seperti lilin.
Papul kemudian setelah membesar
membentuk lekukan (delle). Jika dipijat
akan tampak massa berwarna putih mirip
nasi. Kadang bisa timbul infeksi sekunder
membentuk supurasi.
Tatalaksana
Prinsipnya mengeluarkan badan moluskum
menggunakan alat seperti ekstraktor
komedo, jarum suntik, atau kuret. Bisa
dengan kauterisasi atau bedah beku
dengan CO2 dan N2. Gunakan anestetik
lokal sebelum tindakan seoerti lidokain
krim.
Obat topikal kantaridin 0,7-0,9 % dibiarkan
selama 4 jam kemudian dicuci.
Obat topikal campuran kantaridin-salisilat,
krim imiquimod 1-5%.
Keratolitik topikal : tretinoin, bichlorocetic-
acid atau trichloroacetic acid dan asam
salisilat.
Varisela
Varisela (cacar air, chicken pox) adalah
infeksi akut primer oleh virus varisela
zooster yang menyerang kulit dan
mukosa. Manifestasi didahului gejala
konstitusi. Kelainan kulit polimorfik
terutama berlokasi di wilayah sentral
tubuh.
Etiologi
Varisela zooster
Gejala Klinis
Masa inkubasi berlangsung 14-21 hari.
Gejala klinis dimulai dengan gejala
prodormal : demam yang tidak terlalu
tinggi, malaise dan nyeri kepala,
kemudian disusul timbulnya erupsi kulit
berupa papul eritematosa yang berubah
menjadi vesikel. Bentuk vesikel khas
seperti tetesan embun (teardrops) diatas
dasar yang eritem.
Penyebaran terutama di daerah badan,
kemudian menyebar secara sentrifugal ke
wajah dan ekstremitas, serta dapat
menyerang selaput lendir mata, mulut,
dan salnaf atas. Jika terdapat infeksi
sekunder KGB bisa membesar.
Tatalaksana
Pencegahan : vaksinasi
Pengobatan simptomatik : antipiretik,
analgetik, sedatif, dan antihistamin.
Terapi lokal : mencegah vesikel pecah
terlalu dini diberikan bedak yang ditambah
dengan zat antigatal (mentol, kamfora)
dan salep antibiotik jika ada infeksi
sekunder.
Indikasi pemberian antiviral jika sebelumnya
sudah ada anggota keluarga serumah yang
menderita varisela atau pasien
immunokompromais.
Dosis asiklovir diberikan sbb :
Bayi / anak : 10-20 mg/kgbb/hari, dosis terbagi 4-5 x
20 mg/kgbb/kali (maks. 800 mg/kali selama 7 hari)
Dewasa : 5x800mg selama 7 hari atau valasiklovir
3x1 gr selama 7 hari. Famsiklovir 3 x 250mg selama
7 hari.
Imunokompromais : asilklovir 10 mg / kgbb IV
atau iv drip 3 kali sehari minimal 10 hari.
Asiklovir 5 x 800 mg/ hari min 10 hari.
Valasiklovir 3x1 gr minimal 10 hari. Famsiklovir
3x500 mg minimal 10 hari

Vous aimerez peut-être aussi