Vous êtes sur la page 1sur 38

ASUHAN KEPERAWATAN

PASIEN
DENGAN DIAGNOSA MEDIS
LARINGEKTOMI

By :
KELOMPOK 5
Anatomi dan Fisiologi Laring
Laring atau organ suara adalah struktur
epitel kartilago yang menghubungkan
antara faring dan trakea.

Laring juga sering disebut sebagai kotak suara


dan terdiri atas :
1. Epiglotis : Daun katup kartilago yang
menutupi
ostium ke arah laring selama menelan.
2. Glotis : Ostium antara pita suara dalam
laring.
3. Kartilago tiroid : Kartilago terbesar pada
trakea,
sebagian darai kartilago ini memebentuk
jakun (Adam s Apple).
LANJUTAN .

4. Kartilago krikoid : satu satunya cincin


kartilago yang komplit dalam laring
(terletak di baewah kartilago tiroid).
5. Kartilago aritenoid : digunakan dalam
gerakan pita suara dengan kartilago tiroid.
6. Pita Suara : Ligamen yang dikontrol oleh
otot yang menghasilkan bunyi suara, pita
suara melekat pada lumen laring.
Stuktur penyangga Laring
Kerangka laring tersusun dari satu
tulang yaitu tulang hyoid dan
beberapa tulang rawan.
Tulang hyoid
Tulang yang berbentuk seperti huruf U.
Terletak di antara laring dan
mandibula.
LANJUTAN .
Tulang rawan (kartilago)
a. Kartilago krikoid (Cartilago cricoidea)
Merupakan kartilago yang berbentuk
cincin utuh,terletak di belakang
kartilago tiroid dan merupakan
tulangrawan paling bawah dari laring.
b. Kartilago tiroid(Cartilago thyroidea)
Kartilago tiroid terletak di bagian
proksimal kelenjar tiroid, biasanya di
sebut dengan jakun.
LANJUTAN .

c. Kartilago epiglotis
Epiglotis atau kartilago epiglotis adalah
katub kartilago elastis yang merupakan
lipatan tulang rawan berbentuk daun
dan menonjol keatas dibelakang dasar
lidah yang melekat pada tepian anterior
kartilago tiroid. Epiglotis akan terus
terbuka ketika kita bernapas.
d. Kartilago aritenoid (Cartilago
arytenoidea)
Kartilago aritenoidbertanggung jawab
terutama untuk membuka dan
menutupnya laring.
LANJUTAN .

e. Kartilago kornikulata(Cartilago
corniculata)
Kartilago kornikulata melekat pada bagian
ujung kartilago aritenoid dan kartilago ini
berjumlah dua buah (sepasang).
f. Kartilago kuneiformis (Cartilago
cuneiformis)
Merupakan kartilago kecil yang berjumlah
sepasang dan berbentuk batang yang
terdapat di dalam plica aryepiglottica yang
berfungsi untuk menyokong plica tersebut.
Laringektomi atau laryngostomy adalah
tindakan pembedahan untuk membuat
lubang tiruan kedalam laring
Apa yang dimaksud dengan
Kanker laring ??
Kanker laring adalah keganasan
yang terjadi pada sel skuamosa
laring ( Boeis, 1997). Atau
karsinoma laring adalah keganasan
pada laring yang meliputi bagian
supraglotis, glotis, dan subglotis
(Suddart and Brunner).
LARING KANKER
NORMAL LARING
ETIOLOGI
Penyebab kanker laring belum diketahui
dengan pasti. Dikatakan oleh para ahli
bahwa perokok dan peminum alkohol
merupakan kelompok orang orang
dengan resiko tinggi terhadap terjadinya
kanker laring. Penelitian epidemiologic
menggambarkan beberapa hal yang
diduga menyebabkan terjadinya kanker
laring yang kuat ialah rokok , alkohol, dan
oleh sinar radioaktif.
KLASIFIKASI
Berdasarkan Union International
Centre le Cancer (UICC) 1982,
klasifikasi dan stadium tumor ganas
laring terbagi atas :
1. Supraglotis
2. Glotis
3. Subglotis
Klasifikasi dan stadium
tumor berdasarkan UICC :
1. Tumor primer (T)
Supra glottis :
T is : tumor insitu
T 0 : tidak jelas adanya tumor primer
T 1 : tumor terbatas di supra glotis dengan pergerakan
normal
T 1a : tumor terbatas pada permukaan laring epiglotis,
plika ariepiglo ventrikel atau pita suara palsu satu sisi.
T 1b : tumor telah mengenai epiglotis dan meluas ke
rongga ventrikel pita suara palsu
T 2 : tumor telah meluas ke glotis tanpa fiksasi
T 3 : tumor terbatas pada laring dengan fiksasi dan / atau
adanya inf
ke dalam.
T 4 : tumor dengan penyebaran langsung sampai ke luar
laring.
Glotis :
T is : tumor insitu
T 0 : tak jelas adanya tumor primer
T 1 : tumor terbatas pada pita suara (termasuk
komisura anterior dan posterior) dengan
pergerakan normal
T 1a : tumor terbatas pada satu pita suara
asli
T 1b : tumor mengenai kedua pita suara
T 2 : tumor terbatas di laring dengan perluasan
daerah supra glotis maupun subglotis dengan
pergerakan pita suara normal atau terganggu.
T 3 : tumor terbatas pada laring dengan fiksasi
dari satu atau ke dua pita suara
T 4 : tumor dengan perluasan ke luar laring
Sub glotis :
T is : tumor insitu
T 0 : tak jelas adanya tumor primer
T 1 : tumor terbatas pada subglotis
T 1a : tumor terbatas pada satu sisi
T 1b : tumor telah mengenai kedua sisi
T 2 : tumor terbatas di laring dengan
perluasan pada satu atau kedua pita suara
asli dengan pergerakan normal atau
terganggu
T 3 : tumor terbatas pada laring dengan
fiksasi satu atau kedua pita suara
T 4 : tumor dengan kerusakan tulang rawan
dan/atau meluas keluar laring.
2. Pembesaran kelenjar getah bening leher (N)
N x : kelenjar tidak dapat dinilai
N 0 : secara klinis tidak ada kelenjar.
N 1 : klinis terdapat kelenjar homolateral dengan
diameter 3 cm
N 2 : klinis terdapat kelenjar homolateral dengan
diameter >3 <6 cm atau klinis terdapat
kelenjar homolateral multipel dengan diameter 6 cm
N 2a : klinis terdapat satu kelenjar homolateral dengan
diameter > 3 cm - 6 cm.
N 2b : klinis terdapat kelenjar homolateral multipel
dengan diameter 6 cm
N 3 : kelenjar homolateral yang masif, kelenjar bilateral
atau kontra lateral
N 3 a : klinis terdapat kelenjar homolateral dengan
diameter > 6 cm
N3b : klinis terdapat kelenjar bilateral
N3c : klinis hanya terdapat kelenjar kontra lateral
3. Metastase jauh (M)
M 0 : tidak ada metastase jauh
M 1 : terdapat metastase jauh

4. Stadium :
Stadium I : T1 N0 M0
Stadium II : T2 N0 M0
Stadium III : T3 N0 M0
T1, T2, T3, N1, M0
Stadium IV : T4, N0, M0
Setiap T, N2, M0,
Setiap T, setiap N, M1
STOMA
MANIFESTASI KLINIS
1. Suara serak dalah hal pertama yang akan
tampak pada pasien dengan kanker pada
daerah glotis karena tumor mengganggu
kerja pita suara selama berbicara . Suara
mungkin parau yang puncaknya suara
rendah.
2. Nyeri dan rasa terbakar saat minum air
hangat atau minum jus jerik adalah tanda
dini kanker subglotis atau supra glottis.
3. Teraba massa di belakang leher.
4. Batuk yang kadang kadang dengan reak
yang bercampur darah dikarenakan
adanya ulserai pada tumor tersebut.
LANJUTAN .

5. Disfagia, kesulitan bernafas dan nafas


bau merupakan gejala tahap lanjut.
6. Pembesaran nodus limfa servikal,
penurunan berat badan dan status
kelelahan umum dan nyeri yang
menjalar ke telinga dapat terjadi
bersama metastase.
7. Stridor ataupun dispnea terjadi oleh
karena sumbatan jalan napas.
8. Terjadi penurunan berat badan.
PATOFISIOLOGI
Paling dini adalah berupa suara parau atau serak
kronik, tidak sembuh-sembuh walaupun
penderita sudah menjalani pengobatan. Pada
fase lanjut dapat disertai rasa sakit untuk
menelan atau berbicara. Sesak nafas terjadi bila
rima lotis tertutup tumor. Sesak nafas tidak
timbul mendadak tetapi perlahan-lahan. Stridor
terjadi akibat sumbatan jalan nafas. Bila sudah
dijumpai pembesaran kelenjar berarti tumor
sudah masuk dalam stadium lanjut. Bahkan
kadang-kadang tumornya dapat teraba,
menyebabkan pembengkakan laring. Maka akan
timbul disfagia, rasa sakit bila menelan dan
penjalaran rasa sakit ke arah telinga.
Faktor Predisposisi
(alkohol, rokok,
radiasi)

Proliferasi sel laring

Diferensiasi buruk sel


laring

CA Laring

Obstruksi jalan Menekan/ Metastase Plica Vocalis


Nafas mengiritasi supraglotik
Mengiritasi Sel serabut saraf Obstruksi
Suara parau
Laring lumen
oesophagus
Infeksi sel Nyeri Tekan
Disfagia Afonia
mukosa Gangguan progresif
Ketidakefektifa rasa
Suara parau
n bersihan jalan nyaman: Intake kurang
nafas nyeri
Ketidakseimba
ngan BB Turun Hambatan
Nutrisi kurang komunikasi
dari verbal
KOMPLIKASI
1. Distres pernapasan (hipoksia,
obstruksi jalan napas, edema
trakea)
2. Hemoragi
3. Infeksi
PEMERIKSAAN
DIAGNOSTIK
1. Laringoskop
2. Foto thoraks
3. CT-Scan
4. Biopsi laring
5. Pemeriksaan hematologi
6. Laringografi
PENATALAKSANAAN
MEDIS
1. Terapi Radiasi
Hasil yang sangat memuaskan dapat
dicapai dengan terapi radiasi pada
pasien yang hanya mengalami 1 pita
suara yang sakit dan normalnya dapat
digerakan (bergerak saat fonasi), selain
itu pasien ini masih memiliki suara
yang hampir normal. Terapi radiasi juga
dapat digunakan secara praoperatif
untuk mengurangi ukuran tumor.
2. Operasi
a. Laringektomi Parsial (laringofisura-
tirotomi )
Dilakukan pada kanker area glottis tahap
dini ketika hanya 1 pita suara yang
terkena. Tindakan ini mempunyai
kesembuhan sangat tinggi. Dalam operasi
ini 1 pita suara diangkat dan semua
struktur lainnya tetap utuh. Suara pasien
kemungkinan akan menjadi parau. Jalan
nafas tetap utuh dan pasien seharusnya
tidak memiliki kesulitan menelan.
b. Laringektomi Supraglotis ( horizontal )
Laringektomi supra glottis digunakan dalam
penatalaksanaan tumor supraglotis. Tulang
hyoid, glottis, dan pita suara palsu diangkat.
Pita suara, kartilago krikoid dan trachea
tetap utuh. Selama operasi, dilakukan
diseksi leher radikal pada tempat yang sakit.
c. Laringektomi Hemivertikal
Laringektomi hemivertikal dilakukan jika
tumor meluas diluar pita suara, tetapi
perluasan tersebut kurang dari 1 cm dan
terbatas pada area subglotis.
d. Laringektomi Total
Laringektomi total dilakuukan ketika kanker
meluas dipita suara. Lebih jauh ketulang
hyoid, epoglotis, kartilago krikoid, dan 2
atau 3 cincin trachea diangkat.

Sebagai patokan dapat dikatakan stadium 1


dikirim untuk mendapatkan radiasi, staium
2 dan 3 dikirim untuk dilakukan operasi,
stadium 4 dilakukan operasi dengan
rekontruksi, bila masih memungkinkan atau
dikirim untuk radiasi.
3. Kemoterapi
Diberikan pada tumor stadium
lanjut, sebagai terapi adjuvant
ataupun paliativ. Obat yang diberikan
adalah cisplatinum 80120 mg/m2
dan 5 FU 8001000mg/m
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
1. Ketidak efektifan bersiahan jalan nafas
berhubungan dengan perubahan dalam jalan
nafas.
2. Nyeri akut berhubungan dengan insisi bedah.
3. Perubahan nutrisi : Kurang dari kebutuhan
tubuh, yang berhubungan dengan kesulitan
menelan.
4. Kerusakan komunikasi verbal yang
berhubungan dengan pengangkatan laring
dan terhadap edema.
INTERVENSI
Mempertahankan jalan nafas
1. Posisikan pasien dalam posisi fowler/ fowler
setelah pemulihan dari ansestesi
2. Amati pasien terhadap kegelisahan pernafasan
labored, aprehensi, dan peningkatan frekuensi nadi.
Rasional : tanda-tanda ini menunjukan masalah
pernafasan atau sirkulasi
3. Ambulasi dini jika dianjurkan.
Rasional : mencegah atelektasis dan pulmoni
4. Jika dilakukan laringektomi total, perawatan untuk
selanng ini sama dengan perawatan untukj selang
trakheostomi. Bersihkan stoma setiap hari dengan
larutan salin atau larutan lain yang diresepkan,
oleskan salep antibiotic yang mungkin diresepkan
dsekitar stoma dan garis jahitan
LANJUTAN .

5. Amati drainase ukur dan catat. Jika


drainase kurang dari 50-60 mml/hari,
dokter biasanya melepaskan drain
6. Lepaskan selang laringektomi jika
stoma telah sembuh dengan baik,
biasanya dalam 3-6 minggu setelah
pembedahan
7. Ajarkan pasien cara membersihkan dan
mengganti selang laringektomi
8. Ajarkan bagaimana cara
membersihkan sekresi jalan nafas.
Peningkatan nutrisi yang adekuat
1. Pada pascaoperatif pasien tidak diizinkan
makan dan minum selama 10-14 hari
2. Berikan nutrisi dan hidrasi yang cukup
melalui intravena, NGT, dan nutrisi
parenteral total.
3. Bila pasien telah siap untuk makan
peroral, jelaskan pada pasien bahwa
cairan kental seperti ensure dan gelatin
akan digunakan pertama kali karena
cairan ini mudah ditelan.
LANJUTAN .

4. Instruksikan pasien untuk


menghindari makanan yang manis.
Rasional : makanan yang dapat
meningkatkan saliva dan menekan
nafsu makan
5. Berikan makanan padat sesuai
toleransi pasien
6. Instruksikan pasien untuk membilas
mulut dengan cairan hangat atau
mouth wash dan menyikat gigi
dengan tratur.
Meningkatkan komunikasi dan rehabilitasi
bicara
1. Berikan penyuluhan pada pasien
dan keluarga tentang bentuk
alternative komunikasi meliputi :
magic slet, bel pemanggil
2. Anjurkan klien untuk bicara melalui
esophagus (trakheoesofagal pungtur
)

Vous aimerez peut-être aussi