Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
DEHIDRASI DEHIDRASI
RINGAN
DEHIDRASI
DEHIDRASI
SEDANG
DEHIDRASI
BERAT
KOMPLIKASI
Renjatan hipovolemik
Hipokalemia
Hipoglikemia
Intoleransi laktosa sekunder
Kejang, terutama pada dehidrasi hipertonik
Malnutrisi energi protein
PENATALAKSANAAN
CAIRAN PER
ORAL
PEMBERIAN
CAIRAN
CAIRAN
PARENTERAL
MEDIS DIATETIK
OBAT-
OBATAN
INTERVENSI KEPERAWATAN
INTERVENSI:
Pantau tanda dan gejala kekurangan cairan dan elektrolit
R/ Penurunan sisrkulasi volume cairan menyebabkan kekeringan mukosa dan pemekatan
urin. Deteksi dini memungkinkan terapi pergantian cairan segera untuk memperbaiki
defisit
Berikan LRO sedikit tapi sering/anjurkan keluarga untuk memberi minum banyak pada kien, 2-3
lt/hr
R/ Mengganti cairan dan elektrolit yang hilang secara oral
Kaji TTV, turgor kulit, membrane mukosa, dan status mental setiap 4 jam atau sesuai indikasi
R/ Untuk mengkaji hidrasi
Hindari masukan cairan jernih seperti jus buah, minuman berkarbonat, dan gelatin
R/ Karena cairan ini biasanya tinggi karbohidrat, rendah elektrolit, dan mempunyai osmolaritas
yang tinggi
Kolaborasi :
Pemeriksaan laboratorium serum elektrolit (Na, K, Ca, BUN)
R/ koreksi keseimbang cairan dan elektrolit, BUN untuk mengetahui faal ginjal (kompensasi).
Cairan parenteral ( IV line ) sesuai dengan umur
R/ Mengganti cairan dan elektrolit secara adekuat dan cepat.
Obat-obatan : (antisekresin, antispasmolitik, antibiotik)
R/ anti sekresi untuk menurunkan sekresi cairan dan elektrolit agar simbang, antispasmolitik
untuk proses absorbsi normal, antibiotik sebagai anti bakteri berspektrum luas untuk
menghambat endotoksin.
Instruksikan
keluarga dalam memberikan terapi yang tepat, pemantauan masukkan dan keluaran, dan
mengkaji tanda-tanda dehidrasi
R/ Untuk menjamin hasil optimum dan memperbaiki kepatuhan terhadap aturan terapeutik
KESIMPULAN
Perlu penanganan yang tepat untuk mencegah diare. Pencegahan diare bisa dilakukan
dengan mengusahakan lingkungan yang bersih dan sehat :
Usahakan untuk selalu mencuci tangan sebelum menyentuh makanan.
Usahakan pula menjaga kebersihan alat-alat makan.
Sebaiknya air yang diminum memenuhi kebutuhan sanitasi standar di lingkungan tempst
tinggal. Air dimasak benar-benar mendidih, bersih, tidak berbau, tidak berwarna dan tidak
berasa.
Tutup makanan dan minuman yang disediakan di meja.
Setiap kali habis pergi usahakan selalu mencuci tangan, kaki, dan muka.
Biasakan anak untuk makan di rumah dan tidak jajan di sembarangan tempat. Kalau bisa
membawa makanan sendiri saat ke sekolah.
Buatlah sarana sanitasi dasar yang sehat di lingkungan tempat tinggal, seperti air bersih
dan jamban/WC yang memadai.
Pembuatan jamban harus sesuai persyaratan sanitasi standar. Misalnya, jarak antara
jamban (juga jamban tetangga) dengan sumur atau sumber air sedikitnya 10 meter agar air
tidak terkontaminasi. Dengan demikian, warga bisa menggunakan air bersih untuk
keperluan sehari-hari, untuk memasak, mandi, dan sebagainya.