Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
KANTOR CABANG
CREATED BY :
FATHUR RIZKY S.
INDRA OCTOVAN S.
RIDHO DWI P.
RIZKY DWI S.
HUBUNGAN KANTOR PUSAT DENGAN
KANTOR AGEN DAN KANTOR CABANG
MERUPAKAN SUATU PEMBAHASAN YANG
MEMBERIKAN KITA GAMBARAN TENTANG
KANTOR AGEN DAN KANTOR CABANG
DALAM MELAKSANAKAN KEGIATANNYA DAN
PROSES PENCATATAN ATAS KEGIATANNYA
Pembukaan Agen
Penjualan
Banyak perusahaan menyelenggarakan aktivitas bisnisnya di
lokasi-lokasi yang berbeda-beda dengan cara membuka cabang
atau agen penjualan. Secara akuntansi, pembukaan agen
penjualan tidak mengharuskan dibentuknya entitas akuntansi
yang terpisah untuk masing-masing agen. Dengan kata lain,
sistem akuntansi hanya diselenggarakan di kantor pusat.
Sebaliknya, cabang merupakan entitas akuntansi yang terpisah
sehingga harus menyiapkan pembukuan dan laporan keuangan
yang terpisah dari kantor pusatnya.
PERBEDAAN AGEN DAN CABANG
Secara umum setiap perusahaan memiliki tujuan yaitu
untuk memperoleh laba sebesar-besarnya, untuk mencapai
tujuan tersebut volume penjualan harus ditingkatkan yaitu
dengan memperluas daerah pemasaran. Beberapa alternatif
langkah yang dapat ditempuh untuk meningkatkan daerah
pemasaran yaitu dengan konsinyasi, membuka agen
penjualan dan dengan membuka kantor cabang.
Adapun perbedaan dari kantor agen dan kantor cabang yaitu
AGEN CABANG
KETERANGAN
Dari sisi struktur Berada di luar organisasi Bagian dari perusahaan
ORGANISASI perusahaan (bendiri sendiri).
Persediaan barang Persediaan barang yang ada di agen persediaan pada cabang
tidak untuk dijual untuk dijual (sebagai
(sebagai sampel atau contoh saja) stok)
Transaksi- Agen tidak diberi wewenang untuk cabang boleh
transaksi dengan memutuskannya memutuskan sendiri
pihak ketiga tanpa seizin kantor pusat.
Penanggungan Tidak menanggung, tetapi Cabang mengelola
beban operasional ditanggung oleh kantor pusat. penjualan dan beban
dan modal kerja. operasional termasuk kas.
Lalu, perbedaan pengumpulan piutang pada agen ditangani
oleh kantor pusat, sedangkan cabang ditangani sendiri .
-Metode laba atau rugi dari penjualan melalui agen dicatat secara
tidak terpisah.
Hubungan antara kantor pusat dan cabang, dapat diikuti
dengan menggunakan akun timbal-balik ,yaitu pada buku kantor
pusat dengan menggunakan pembukuannya yang sudah
ditentukan, sedang pada buku kantor cabang dengan
menggunakan akun pada Kantor Pusat. Kedua akun tersebut
harus mempunyai saldo yang sama besarnya
SISTEM AKUNTANSI KANTOR
CABANG
Ada dua sistem yang digunakan dalam
pencatatan sistem akuntansi hubungan cabang
dengan pusat, yaitu melalui sistem sentralisasi
dan sistem desentralisasi
Dalam sistem sentralisasi, akuntansi kantor
cabang diselenggarakan oleh kantor pusat, jadi
hampir mirip dengan pencatatan kantor agen
dimana rugi-laba kantor agen dipisahkan dari
rugi-laba kantor pusat.
Sistem ini cocok dipakai apabila kantor cabang
letaknya dekat dengan kantor pusat dan
kegiatan kantor cabang masih terbatas/ kantor
cabang masih relatif kecil.
7
Dalam sistem desentralisasi, pencatatan
transaksi di kantor cabang diselenggarakan
oleh kantor cabang sendiri. Namun bila
dikehendaki oleh kantor pusat maka terdapat
pos-pos tertentu yang pencatatannya
dilakukan oleh kantor pusat.
Hal yang penting mengenai akuntansi dan
pencatatan sistem desentralisasi terhadap
transaksi yang menghubungkan antara Pusat
dengan cabang adalah Rekening Koran
Timbal Balik (R/K). Sehingga pencatatan
setiap transaksi dalam jurnalnya juga sedikit
berbeda dengan jurnal biasa.
8
Sistem Sentralisasi
Kantor pusat mengirim kas sebesar Rp. 200.000 untuk
pembukaan kantor cabang.
Kas - Ktr Cabang 200.000
Kas (aktiva) 200.000
Kantor cabang membeli aktiva tetap senilai Rp. 150.000 secara
kredit.
Aktiva tetap - Ktr Cabang 150.000
Kas Ktr.Cabang 150.000
Pembelian barang dagangan semuanya secara kredit: Kantor
Pusat Rp.1200.000, kantor cabang Rp. 800.000
Persediaan 1.200.000
Utang Dagang 1.200.000
Persed. ktr cabang 800.000
Utang Dagang 800.000
Pengiriman barang dagangan dari kantor pusat ke kantor
cabang Rp. 275.000.
Persediaan-Ktr Cabang 275.000
Persediaan 275.000
9
Penjualan barang semuanya dilakukan secara kredit: Kantor
Pusat Rp.1500.000, kantor cabang Rp. 700.000. Harga pokok
atas barang dagangan yang dijual tersebut masing-masing Rp.
1000.000 dan Rp. 400.000.
Kas 1.300.000
Piutang Dagang 1.300.000
Kas 5.00.000
Piutang Dagang 500.000
10
Sistem Desentralisasi
Transaksi keuangan kantor cabang di dalam sistem
desentralisasi dikelompokkan menjadi 2 transaksi, yaitu:
11
Contoh transaksi yg memengaruhi kantor pusat
dan kantor cabang, a.l:
12
Kantor Pusat Kantor Cabang
R/K K. Cabang xxx Kas xxx
Kas xxx R/K K. Pusat xxx
R/K K. Cabang xxx Pengiriman brg dr K. Pusat xxx
Pengiriman brg ke K. cabang xxx R/K K. Pusat xxx
R/K K. Cabang xxx Biaya xxx
Biaya xxx R/K K. Pusat xxx
13
Pengiriman barang ke cabang
dinota di atas harga pokok
Dalam pembahasan di muka pengiriman barang
dagangan dari kantor pusat ke kantor cabang
selalu di nota dan di catat berdasarkan harga
pokok. Namun bisa jadi Pengiriman barang
dagangan dari kantor pusat ke kantor cabang di
nota diatas harga pokok.
15
Kantor cabang tidak akan mengetahui kalau harga nota
yang dibebankan oleh kantor pusat tersebut adalah di
atas harga pokok. Jadi kantor cabang akan mencatat
berdasarkan harga nota yang diterima.
16
Agar laporan keuangan kantor pusat dan laporan
keuangan konsolidasi memberikan informasi
yang sesungguhnya, dengan kata lain agar laba
atau rugi dari kantor cabang menunjukkan laba
yang sesungguhnya, maka cadangan kelebihan
atas barang dagangan yang dijual oleh kantor
cabang akan diperlakukan sebagai penambah
laba dari kantor cabang melalui jurnal:
17
Biaya Kantor
Pusat & Kantor
Cabang
Kantor pusat maupun kantor cabang
dalam kegiatan operasional perusahaan
pastilah mengeluarkan biaya-biaya untuk
menghasilkan pendapatan misalnya saja
biaya pengiriman barang dagangan, biaya
promosi, biaya pensiun dan umum, dan
lain-lain.
Contoh kasus : biaya kirim
barang
Ongkos kirim yang dibayar Kantor Pusat sebesar Rp 2.500.000, untuk
mengirimbarang dagangan ke kantor cabang senilai 12,5% dari harga
pokok Rp20.000.000. Dari transaksi tersebut, maka jurnal yang dibuat
adalah sebagai berikut : (dalam Rp dan 000)
Alokasi biaya
kantor pusat dan cabang
VII. REKONSILIASI R/K KANTOR CABANG
DENGAN R/K KANTOR PUSAT
pengiriman aktiva (biasanya barang dagangan) dari kantor pusat ke kantor cabang
yang masih dalam perjalanan
pembebanan biaya oleh kantor pusat kepada kantor cabang.
Berdasarkan pengaruhnya terhadap R/K- kantor cabang dan R/K- kantor pusat penyebab
perbedaaan tersebut dikelompokkan lagi menjadi 4, yatu:
A) Penyebab yang berakibat saldo R/K- kantor cabang terlalu besar,
termasuk dalam kelompok ini antara lain:
laba kantor cabang yang belum diakui atau diakui terlalu kecil
oleh kantor pusat
Rugi kantor cabang yag dicatat terlalu besar oleh kantor pusat
C) Penyebab yang berakibat saldo R/K kantor pusat terlalu besar,
termasuk dalam kelompok ini adalah:
Setelah saldo yang benar dihitung, maka saldo per catatan harus disesuaikan dengan saldo
yang benar melalui jurnal penysuian dan/atau jurnal koreksi tergantung pada penyebab
terjadinya selisih tersebut. Perlu diperhatikan bahwa yang membuat rekonsiliasi adalah kantor
pusat, yang tentunya hanya menyelenggarakan R/K kantor cabang. Oleh karma itu
perlakuan selanjutnya terhadap penyebab tersebut akan tergantung pada akibat yang di
timbulkan, yang dalam hal ini dikelompokkan menjadi 2, yaitu:
Yang berakibat saldo R/K kantor cabang terlalu besar atau terlalu kecil.
Yang membuat rekonsiliasi adalah kantor pusat. Oleh karna itu penyebab
perbedaan yang memerlukan jurnal koreksi dan/atau jurnal penyesuian adalah
hanya penyebab yang mempengaruhi saldo R/K kantor cabang saja (yang
diselenggarakan oleh kantor pusat). Jurnal penyesuaian/jurnal koreksi ini diposting
ke rekening yang bersangkutan.
Yang berakibat saldo R/K kantor pusat terlalu besar atau terlalu kecil.
Pendebitan :
- Pengiriman kas ke pusat Rp. 25.000.000
- Pengiriman kas ke pusat 15.000.000 +
Jumlah pendebitan 40.000.000 -
Saldo akhir R/K kantor pusat Rp. 45.100.000(K)
Keterangan lain-lain :
Sepanjang mengenai pengakuan laba kotor cabang maka
catatan menurut kantor cabang yang benar.
Pengiriman barang ke cabang sebesar Rp. 17.500.000 yang sudah dicatat oleh kantor
pusat belum dicatat oleh kantor cabang karena belum diterima (masih dalam perjalanan).
Hal ini berarti R/K kantor pusat kurang dikredit sebesar Rp. 17.500.000 sehingga saldo
R/K kantor pusat terlalu kecil Rp. 17.500.000.
Laba kantor cabang sebesar Rp. 5.600.000 adalah dicatat sebesar Rp. 6.500.000 oleh
kantor pusat. Hal ini berarti R/K kantor di debet terlalu besar Rp. 900.000 sehingga
saldo R/K kantor cabang terlalu besar Rp. 900.000.
Penagihan piutang kantor pusat sebesar Rp. 7.500.000 yang dilakukan oleh kantor
cabang belum dicatat oleh kantor pusat. Hal ini berarti R/K kantor cabang kurang
didebet sebesar Rp. 7.500.000 sehingga saldo R/K kantor cabang terlalu kecil Rp.
7.500.000.
Penagihan piutang kantor cabang sebesar Rp. 5.000.000 yang dilakukan oleh kantor
pusat belum dicatat oleh kantor cabang. Hal ini berarti saldo R/K kantor pusat kurang
didebet sebesar Rp. 5.000.000 sehingga saldo R/K kantor pusat terlalu besar Rp.
5.000.000.
Pengiriman kas ke pusat sebesar Rp. 15.000.000 belum diterima dan belum dicatat oleh
kantor pusat. Hal ini berarti saldo R/K kantor cabang kurang dikredit sebesar Rp.
15.000.000 sehingga saldo R/K kantor cabang terlalu besar Rp. 15.000.000.
Penyusunan Rekonsiliasi
1) Untuk mencatat pengiriman barang dari kantor pusat ke kantor cabang sebesar Rp. 17.500.000 yang masih
dalam perjalanan :
2) Untuk mengoreksi laba dari kantor cabang yang dicatat terlalu besar :
3) Untuk mencatat penagihan piutang kantor pusat sebesar Rp. 7.500.000 yang dilakukan oleh kantor cabang
belum dicatat oleh kantor pusat :
5) Untuk mencatat pengiriman kas ke pusat sebesar Rp. 15.000.000 belum diterima dan
belum dicatat oleh kantor pusat.