Vous êtes sur la page 1sur 24

JOURNAL READING

Pembimbing: Dr. Faisal S, Sp.PD M imam MN


LATAR BELAKANG

Pneumonia kominiti (CAP) merupakan penyebab utama pasien rawat inap


dan menyebabkan kematian di dunia

Banyak sumber rujukan yang merekomendasikan bahwa pemberian antibiotik


pada pasien yang diduga secara klinis sebagai CAP didasarkan pada tingkat
keparahan penyebaran penyakit, baik dinilai dari tingkat perawatan yang
dibutuhkan atau dari resiko prognosis penyakit

Ada sumber rujukan yang merekomendasikan pemberian terapi kombinasi


dengan beta-lactam ditambah macrolide atau ditambah ciprlofloxacin atau
monoterapi dengan moxifloxacin atau levofloxacin untuk terapi empiris.
TUJUAN

Menilai apakah strategi pengobatan empiris yang dipakai pada kasus


yang diduga secara klinis sebagai CAP adalah monoterapi beta-lactam
atau terapi kombinasi beta-laktam-macrolide ataupun juga monoterapi
fluoroquinolone
BAHAN DAN METODE

Didapatkan pada 7 rumah sakit di Belanda, dari februari tahun 2011 sampai
agustus 2013.

Data dilaporkan sesuai Consolidated Standards of Reporting Trials


(CONSORT) statements for cluster-randomized dan noninferiority studies.

Kriteria inklusi:
- usia 18 tahun atau lebih yang dicurigai CAP yang telah diberikan antibiotic
dan di rawat di ruang non-ICU (lihat table 1)
Kriteria eksklusi:
- pasien dengan penyakit cystic fibrosis
CARA PENGAMBILAN DATA
RESULTS
KESIMPULAN

Kesimpulannya, di antara pasien dengan dugaan CAP yang dirawat


di ruangan non-ICU, kami menemukan bahwa strategi pengobatan
empiris yang digunakan yaitu monoterapi beta-laktam dibandingkan
dengan terapi kombinasi beta-laktam-macrolide atau monoterapi
fluoroquinolone dalam hal mortalitas sepanjang 90 hari. Selain itu,
monoterapi beta-laktam tidak dikaitkan dengan lama perawatan di
rumah sakit atau insiden komplikasi yang lebih tinggi
TERIMAKASIH

Vous aimerez peut-être aussi