Vous êtes sur la page 1sur 13

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN DENGAN


HARGA DIRI RENDAH
Ruang lingkup yang meliputi :
1. Pengertian harga diri rendah
2. Penyebab harga diri rendah
3. Tanda & gejala harga diri rendah
4. Proses terjadinya masalah
5. Akibat harga diri rendah
6. Faktor predisposisi dan presipitasi
7. Mekanisme koping
8. Asuhan keperawatan
Pengertian
Gangguan harga diri rendah digambarkan sebagai
perasaan yang negatif terhadap diri sendiri, termasuk
hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa gagal
mencapai keinginan. Gangguan harga diri atau harga
diri rendah dapat terjadi secara kronik, yaitu perasaan
negatif terhadap diri telah berlangsung lama.
Gangguan harga diri rendah merupakan masalah bagi
banyak orang dan diekspresikan melalui tingkat
kecemasan yang sedang sampai berat. Umumnya
disertai oleh evaluasi diri yang negatif, membenci diri
sendiri dan menolak diri sendiri (Keliat, 1998).
Gangguan harga diri yang disebut harga diri rendah
dapat terjadi secara
1. Situasional
yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, misalnya harus
operasi, kecelakaan, dicerai suami, putus sekolah, putus
hubungan kerja, perasaan malu karena sesuatu ( korban
perkosaan, ditubuh KKN, dipenjara tiba-tiba ).
1. .
2. Kronik, yaitu perasaan negatif terhadap diri telah berlangsung
lama, yaitu sebelum sakit atau dirawat. Klien mempunyai cara
berfikir yang negatif. Kejadian sakit dan dirawat akan menambah
persepsi negatif terhadap dirinya. Kondisi ini mengakibatkan
respon yang maladaptif. Kondisi ini dapat ditemukan pada klien
gangguan fisik yang kronis atau pada klien gangguan jiwa.
Bagai mana Pada klien yang
dirawat dapat terjadi harga diri
rendah
1. Privacy yang kurang diperhatikan, misalnya: pemeriksaan
fisik yang sembarangan, pemasangan alat yang tidak sopan (
pencukuran pubis, pemasangan kateter, pemeriksaan
perineal ).
2. Harapan akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang tidak
tercapai karena dirawat/ sakit/ penyakit.
3. Perlakuan petugas kesehatan yang yidak menghargai,
misalnya berbagai pemeriksaan dilakukan tanpa penjelasan,
tanpa persetujuan. Kondisi ini banyak ditemukan pada klien
gangguan fisik.
2.Penyebab Harga Diri Rendah

Faktor yang mempengaruhi harga diri meliputi penolakan orang tua,


harapan orang tua yang tidak realistik, kegagalan yang berulang kali,
kurang mempunyai tanggung jawab personal, ketergantungan pada
orang lain dan ideal diri yang tidak realistik.
Stressor pencetus mungkin ditimbulkan dari sumber internal dan
eksternal, seperti : trauma fisik maupun psikis, ketegangan peran,
transisi peran situasi dengan bertambah atau berkurangnya anggota
keluarga melalui kelahiran atau kematian, serta transisi peran sehat
sakit sebagai transisi dari keadaan sehat dan keadaan sakit. (Stuart
& Sundeen, 1991).
Tanda dan Gejala Harga Diri Rendah
Tanda dan gejala yang dapat dikaji pada gangguan harga diri
rendah adalah:
1.Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan akibat
tindakan terhadap penyakit, misalnya: malu dan sedih karena
rambut jadi rontok setelah mendapat terapi sinar pada kanker.
2. Rasa bersalah pada diri sendiri, misalnya ini tidak akan terjadi
jika saya segera ke rumah sakit, menyalahkan, mengejek, dan
mengkritik diri sendiri.
3.Merendahkan martabat, misalnya saya tidak bisa, saya tidak
mampu, saya tidak tahu apa-apa atau saya orang bodoh.
4.Gangguan hubungan sosial, seperti menarik diri. Klien tidak ingin
bertemu dengan orang lain, suka menyendiri.
5.Percaya diri kurang. Klien sukar mengambil keputusan, misalnya
memilih alternatif tindakan.
Mencederai diri, akibat harga diri rendah disertai harapan
yang suram, mungkin klien ingin mengakhiri kehidupan.
. Proses terjadinya Masalah

Harga diri rendah dapat terjadi karena adanya kegagalan


atau berduka disfungsional dan individu yang mengalami
gangguan ini mempunyai koping yang tidak konstruktif atau
kopingnya maladaptive.
Resiko yang dapat terjadi pada individu dengan gangguan
harga diri rendah adalah isolasi sosial: menarik diri karena
adanya perasaan malu kalau kekurangannya diketahui oleh
orang lain. ( Stuart dan Sundeen, 1991 )
Akibat Harga Diri Rendah

Klien yang mengalami gangguan harga diri rendah


bisa mengakibatkan gangguan interaksi sosial :
menarik diri, perubahan penampilan peran,
keputusasaan maupun munculnya perilaku kekerasan
yang beresiko mencederai diri, orang lain dan
lingkungan. (Keliat, 1998)
Faktor Predisposisi dan Presipitasi
. Faktor Predisposisi
Faktor yang mempengaruhi harga diri rendah adalah pengalaman masa
kanak-kanak merupakan suatu faktor yang dapat menyebabkan masalah
atau gangguan konsep diri. Anak-anak sangat peka terhadap perlakuan
dan respon orang tua, lingkungan, sosial serta budaya. Orang tua yang
kasar, membenci dan tidak menerima akan mempunyai keraguan atau
ketidakpastian diri, sehingga individu tersebut kurang mengerti akan arti
dan tujuan kehidupan, gagal menerima tanggung jawab terhadap
dirinya sendiri, tergantung pada orang lain serta gagal mengembangkan
kemampuan diri. Sedangkan faktor biologis, anak dengan masalah
biologis juga bisa menyebabkan harga diri rendah. Misalnya anak lahir
menilai dirinya rigatif. (Stuart & Sundeen, 1991)
Faktor Presipitasi

Masalah khusus tentang konsep diri disebabkan oleh


situasi yang dihadapi individu dan individu yang tidak
mampu menyelesaikan masalah. Situasi atau stresor
dapat mempengaruhi konsep diri dan komponennya.
Stresor yang mempengaruhi harga diri dan ideal diri
adalah penolakan dan kurang penghargaan diri dari
orang tua yang berarti : pola asuh anak tidak tepat,
misalnya: terlalu dilarang, dituntut, dituruti, persaingan
dengan saudara, kesalahan dan kegagalan yang
terulang, cita-cita yang tidak dapat dicapai, gagal
bertanggung jawab terhadap diri sendiri (Stuart
Sundeen, 1991).
Mekanisme Koping
Menurut Keliat (1998), mekanisme koping pada klien dengan
gangguan konsep diri dibagi dua yaitu:

. Koping jangka pendek


1.Aktivitas yang memberikan kesempatan lari sementara dari krisis,
misalnya : pemakaian obat, ikut musik rok, balap motor, olah raga
berat dan obsesi nonton televisi.
2.Aktivitas yang memberi kesempatan mengganti identitas, misalnya:
ikut kelompok tertentu untuk mendapat identitas yang sudah dimiliki
kelompok, memiliki kelompok tertentu, atau pengikut kelompok
tertentu.
3.Aktivitas yang memberi kekuatan atau dukungan sementara
terhadap konsep diri atau identitas diri yang kabur, misalnya: aktivitas
yang kompetitif, olah raga, prestasi akademik, kelompok anak muda.
4.Aktivitas yang memberi arti dari kehidupan, misalnya: penjelasan
tentang keisengan akan menurunnya kegairahan dan tidak berarti
pada diri sendiri dan orang lain.
Koping jangka panjang
Semua koping jangka pendek dapat berkembang menjadi koping jangka
panjang. Penyelesaian positif akan menghasilkan ego identitas dan
Keunikan individu.
Identitas negatif merupakan rintangan terhadap nilai dan harapan
masyarakat. Remaja mungkin menjadi anti sosial, ini dapat disebabkan
karena ia tidak mungkin mendapatkan identitas yang positif. Mungkin
remaja ini mengatakan saya mungkin lebih baik menjadi anak tidak
baik.
Individu dengan gangguan konsep diri pada usia lanjut dapat
menggunakan ego-oriented reaction (mekanisme pertahanan diri) yang
bervariasi untuk melindungi diri. Macam mekanisme koping yang sering
digunakan adalah : fantasi, disosiasi, isolasi, proyeksi.
Dalam keadaan yang semakin berat dapat terjadi deviasi perilaku dan
kegagalan penyesuaian sebagai berikut: psikosis, neurosis, obesitas,
anoreksia, nervosa, bunuh diri criminal, persetubuhan dengan siapa
saja, kenakalan, penganiayaan.

Vous aimerez peut-être aussi