Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
2
Organisasi yang tepat fungsi dan tepat ukuran
Organisasi (right sizing)
H a s i l Ya n g I n g i n D i c a p a i
Sumber daya manusia SDM apatur yang berintegritas, netral , kompeten, capable, profesional,
Area Perubahan
3
POLA PIKIR MANAJEMEN SDM APARATUR
DASAR HUKUM
UU No. 5 Tahun 2014 tentang ASN dan PP No. 11 tahun 2017 tentang Manajemen PNS.
(Pasal 56 UU ASN)
5
PP No. 11 Tahun 2017
Pasal 5
(1) Setiap Instansi Pemerintah wajib menyusun kebutuhan
jumlah dan jenis Jabatan PNS berdasarkan analisis Jabatan
dan analisis beban kerja.
(2) Penyusunan kebutuhan jumlah dan jenis Jabatan PNS
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan untuk
jangka waktu 5 (lima) tahun yang diperinci per 1 (satu)
tahun berdasarkan prioritas kebutuhan.
(3) Penyusunan kebutuhan PNS sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) harus mendukung pencapaian tujuan Instansi
Pemerintah.
(4) Penyusunan kebutuhan PNS untuk jangka waktu 5 (lima)
tahun sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur
berdasarkan rencana strategis Instansi Pemerintah.
(5) Dalam rangka penyusunan kebutuhan PNS sebagaimana
dimaksud pada ayat (4) mempertimbangkan dinamika/
perkembangan organisasi Kementerian/Lembaga.
Pasal 6
(1) Analisis Jabatan dan analisis beban kerja
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5
ayat (1) dilakukan oleh Instansi
Pemerintah mengacu pada pedoman
yang ditetapkan oleh Menteri.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai
pedoman pelaksanaan analisis Jabatan
dan analisis beban kerja sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur dengan
Pasal 7
Penyusunan kebutuhan jumlah dan jenis
Jabatan PNS sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 5 ayat (1) meliputi kebutuhan jumlah
dan jenis:
a. JA;
b. JF; dan
c. JPT.
Pasal 8
Rincian kebutuhan PNS setiap tahun sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) disusun
berdasarkan:
a. hasil analisis Jabatan dan hasil analisis beban kerja;
b. peta Jabatan di masing-masing unit organisasi yang
menggambarkan ketersediaan dan jumlah
kebutuhan PNS untuk setiap jenjang Jabatan; dan
c. memperhatikan kondisi geografis daerah, jumlah
penduduk, dan rasio alokasi anggaran belanja
pegawai.
Pasal 9
(1) Hasil penyusunan kebutuhan PNS 5 (lima) tahunan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) disampaikan oleh PPK Instansi
Pemerintah kepada Menteri dan Kepala BKN dengan
melampirkan dokumen rencana strategis Instansi Pemerintah.
(2) Rincian penyusunan kebutuhan PNS setiap tahun sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) untuk penetapan kebutuhan PNS
tahun berikutnya disampaikan oleh PPK Instansi Pemerintah
kepada Menteri dan Kepala BKN paling lambat akhir bulan Maret
tahun sebelumnya.
(3) Dalam hal terjadi perubahan rencana anggaran tahun berikutnya
yang mengakibatkan perubahan dalam perencanaan kebutuhan
PNS, penyampaian rincian penyusunan kebutuhan PNS setiap
tahun sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) dilakukan
paling lambat akhir bulan April tahun sebelumnya.
Pasal 10
(1) Penyusunan kebutuhan PNS dilaksanakan dengan
menggunakan aplikasi yang bersifat elektronik.
(2) Ketentuan mengenai tata cara pelaksanaan
penyusunan kebutuhan yang bersifat elektronik
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur
dengan Peraturan Menteri.
Pasal 11
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara
pelaksanaan penyusunan kebutuhan PNS diatur
dengan Peraturan Kepala BKN.
Pasal 12
(1) Kebutuhan PNS secara nasional ditetapkan oleh Menteri pada
setiap tahun, setelah memperhatikan pendapat menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang keuangan dan
pertimbangan teknis Kepala BKN.
(2) Pertimbangan teknis Kepala BKN sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) disampaikan kepada Menteri paling lambat akhir bulan Juli
tahun sebelumnya.
(3) Berdasarkan pertimbangan teknis Kepala BKN sebagaimana
dimaksud pada ayat (2), Menteri menyusun rencana pemenuhan
kebutuhan PNS berdasarkan prioritas pembangunan nasional.
(4) Rencana pemenuhan kebutuhan PNS sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) disampaikan oleh Menteri kepada menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang keuangan untuk
dimintakan pendapat paling lambat akhir bulan April untuk
rencana pemenuhan kebutuhan PNS tahun berikutnya.
PROFESIONALISME SDM APARATUR
`
PERMASALAHAN
Jumlah, kualitas KONDISI PENYEBAB Perencanaan
distribusi dan Kebutuhan
komposisi pegawai Kompetensi belum Pegawai;
belum sesuai beban sepenuhnya digunakan Penerapan
kerja dan kebutuhan riil sebagai dasar pengadaan, manajemen
organisasi penempatan pengembangan kinerja, reward
pegawai dan remunerasi & punishment
belum konsisten
Dasar Hukum
Perubahan Budaya Kerja
STRATEGI
ARAHAN
Kondisi obyektif
Perubahan Perilaku
MANAJEMEN PERUBAHAN
PENATAAN
SISTEM
ORGANISASI SAAT INI 2025
PELAKSANAAN SISTEM
Assesmen Kompetensi Individu
dan strategi SOP Sistem Penilaian Kinerja
Restrukturisasi Pengadaan dan Seleksi
PENJAMIN
Analisis Beban Kerja Pengembangan dan Pelatihan
Pola Promosi, Rotasi, dan Mutasi
Pola Karir
Database Pegawai
PERATURAN PERUNDANG- PERBAIKAN
PENGUATAN UNIT ORGANISASI
UNDANGAN PENGADAAN SARANA
KEPEGAWAIAN
PENGUATAN UNIT KERJA PENEGAKAN DISIPLIN DAN PRASARANA
PENEGAKAN KODE ETIK 14
KEDIKLATAN
HUBUNGAN KEWAJIBAN MORATORIUM DENGAN PROGRAM RB
Struktural : 6 F
PRODUK Evaluasi Jabatan Fungsional : 9 F
Visi, Misi, Tujuan
Job class Remunerasi
Analisis
Jabatan apa saja dan Kebutuhan
Jabatan Uraian Tugas (ABK) Pegawai
berapa lama
4 PROYEKSI KEBUTUHAN 5 TAHUN PETA KEBUTUHAN 5 TAHUN ESTIMASI BUP PER JABATAN
ANALISIS JABATAN
1. PENATAAN
KELEMBAGAAN
URAIAN JABATAN
(JOB DESCRIPTION)
PENGHITUNGAN
BEBAN KERJA PER 2. PENATAAN SDM
BEBAN KERJA
JABATAN APARATUR
PETA JABATAN
BOBOT JABATAN 3. PENYUSUNAN &
PENYEMPURNA
EVALUASI JABATAN AN PROSEDUR
KERJA (SOP)
17
Analisis jabatan dan perhitungan beban kerja
merupakan titik awal dalam :
18
Proses, Metoda dan teknik untuk memperoleh data
jabatan mengolahnya menjadi informasi jabatan dan
menyajikannya bagi kepentingan program:
1. Kelembagaan;
2. Ketatalaksanaan;
3. Kepegawaian; dan
4. Perencanaan diklat.
ARTI KATA ANALISIS JABATAN
1. IDENTITAS JABATAN
a. NAMA JAB
b. UNIT KERJA
2. RINGKASAN TUGAS JAB (IKHTISAR JAB)
3. RINCIAN TUGAS JAB/KEGIATAN
4. WEWENANG
5. TANGGUN JAWAB
6. HASIL KERJA
7. BAHAN KERJA
8. PERANGKAT KERJA
9. HUBUNGAN KERJA JABATAN
10. KEADAAN TEMPAT KERJA
11. UPAYA FISIK
12. KEMUNGKINAN RESIKO BAHAYA
13. SYARAT JABATAN
Ada 3 Kesimpulan Dari Pengertian Anjab :
KESIMPULAN I :
ANJAB DILAKUKAN KESIMPULAN II :
DENGAN 3 HASIL ANJAB ADALAH
TAHAPAN YAITU : INFORMASI JAB (UJ &
1.TAHAP
MENGUMPULKAN
PJ)
DATA JAB
2.TAHAP MENGOLAH/
MENGANALISIS DATA
JAB MENJADI
INFORMASI JAB (UJ DAN
PJ)
3.TAHAP MENYAJIKAN
INFORMASI JAB (UJ DAN
PJ) BAGI PENGGUNA
KESIMPULAN III :
ANJAB ADALAH SARANA/ALAT UTK
MENGHASILKAN INFORMASI JAB YG
BERGUNA UTK MENATA
KELEMBAGAAN, KEPEGAWAIAN
DAN KETATALAKSANAAN
LANGKAH
PENYELENGGARAANANALISIS
JABATAN
I. PERSIAPAN PENYE-
LENGGARAAN
ANALISIS JABATAN
2
PENENTU 3
INFORMASI
II. PENGUMPULAN
JABATAN DATA JABATAN
4
1
III. PENGOLAHAN
DATA JABATAN
PROGRAM YANG MEMBUTUHKAN
INFORMASI JABATAN 5
IV.VERIFIKASI
8
6
8
INFORMASI V. PEMBETULAN
JABATAN
TEKNIK PENGUMPULAN DATA
a. daftar pertanyaan;
b. wawancara;
c.c. pengamatan
pengamatan langsung;
langsung;
d. referensi; dan
INFORMASI JABATAN
Peta jabatan
Bentangan seluruh jabatan baik jabatan
struktural maupun jabatan fungsional dalam
suatu unit organisasi atau dalam suatu
instansi
KEGUNAAN HASIL ANJAB
Penataan kelembagaan, meliputi :
a. penyusunan organisasi dan unit unitnya;
b. penataan organisasi yang rightsizing;
c. penyempurnaan tupoksi;
d. Pemberdayaan kapasitas organisasi; dan
e. evaluasi organisasi.
Penataan kepegawaian, meliputi:
a. rencana kebutuhan pegawai (formasi);
b. sistem rekrutmen dan penempatan;
c. pengembangan pola karier;
d. mutasi;
e. penilaian kinerja;
f. reward and punishment; dan
g. Kesejahteraan.
Penataan ketatalaksanaan, meliputi:
a. tata kerja;
b. hubungan kerja; dan
c. sistem operasional dan prosedur kerja.
Penataan Pendidikan dan Pelatihan, meliputi :
a. program diklat;
b. jenis-jenis diklat; dan
c. pengembangan diklat.
PENGGUNAAN ANALISIS JABATAN DAN BEBAN
KERJA UNTUK PENATAAN KELEMBAGAAN
27
PENGGUNAAN ANALISIS JABATAN DAN BEBAN KERJA
UNTUK PENATAAN PEGAWAI
HASIL ANJAB , BEBAN PENGGUNAAN HASIL
KERJA, EVALUASI JABATAN
ANALISIS
JABATAN
PEKERJAAN Jabatan A
SEHARI-HARI
Jabatan B
STRUKTUR
ORGANISASI DAN Tugas riel yang Jabatan C
TATA KERJA dilakukan
pegawai Jabatan D
Dan seterusnya
Diurai informasi
jabatannya
ANALISIS JABATAN bukan
ANALISIS ORANG
HASIL ANALISIS TERHADAP KE 13 UNSUR-
UNSUR JABATAN TERSEBUT DITUANG DLM
FORMAT URAIAN JABATAN (UJ) DAN
KEMUDIAN JABATAN-JABATAN YANG SUDAH
DIANALISIS DIPETAKAN DALAM PETA
JABATAN (PJ).
PELAKSANAAN ANALISIS JAB MULAI
DILAKUKAN PD UNIT KERJA TERENDAH
(ESELON IV), KEMUDIAN SECARA
BERJENJANG KE ESELON III DAN ESELON II.
HASIL ANJAB YAITU INFORJAB DITETAPKAN
DGN KEPUTUSAN KEPALA DAERAH .
ANALISIS UNSUR-UNSUR JABATAN
I. Identitas Jabatan :
1. 2. Nama Jabatan :
1) JABATAN STRUKTURAL :
RINCIAN TUGASNYA
MENCERMINKAN 2) JABATAN FUNGSIONAL :
PELAKS FUNGSI MENEJERIAL SPT : RINCIAN TGSNYA MENCERMINKAN
MEMBAGI TGS, MEMBERI PETUNJUK, PELAKS TGS TEKNIS OPERASIONAL
MEMBIMBING, MEMBINA, SPT : MEMBUAT, MENGETIK,
MENGKOORDINASIKAN, DSB MENYUSUN, MENGOLAH,
MENCATAT, DSB.
CONTOH : MEMBERI PETUNJUK KPD
BWHAN BERDSRKAN CONTOH : MENGETIK KONSEP SRT
KETENTUAN DAN DGN MESIN KOMPUTER
PROSEDUR KERJA AGAR AGAR DPT DIPROSES
TDK TERJADI KESALAHAN/ SELANJUTNYA.
PENYIMPANGAN.
1
2
40
2. NORMA RINCIAN TUGAS
A. NORMA PENYUSUNAN KALIMAT.
PREDIKAT : MERENCANAKAN
OBYEK : KEGIATAN PER TAHUN ANGGARAN SUB
BAGIAN ANALISA JAB
KET. CARA : DENGAN CARA MEMBUAT KONSEP KERANGKA
ACUAN/TOR (TERM OF REFERENCE)
KET.TUJUAN : SEBAGAI PEDOMAN PELAKSANAAN
KEGIATAN
C. GAYA PENULISAN KALIMAT.
1) KALIMAT LANGSUNG :
KALIMAT RINCIAN TGS HRS DIAWALI DGN PREDIKAT
SEBAB PREDIKAT INILAH YG MERUP INTI RINCIAN TGS.
PREDIKAT MENUNJUKKAN APA YG DIKERJAKAN/
MENUNJUKKAN TINDAK KERJA/PERBUATAN YG HRS
DILAKSANAKAN OLEH PEMEGANG JAB.
2) KALIMAT AKTIF :
RINCIAN TGS MERUP RINCIAN ATAS TINDAKAN/PERBUATAN
YG DILAKUKAN OLEH PEMEGANG JAB. OLEH KRN ITU
KALIMAT RINCIAN TGS HRS KALIMAT AKTIF YAITU
KALIMAT YG PREDIKATNYA KATA KERJA AKTIF.
CONTOH :
Nama Jabatan : Kepala Sub Bagian Analisa Jabatan
Kementerian dan Provinsi
(Struktural)
Rincian Tugas:
1. Merencanakan kegiatan Sub Bagian Analisa Jabatan Kementerian dan
Provinsi sesuai evaluasi tahun sebelumnya dan menyiapkan TOR (Term
of Reference) sebagai rencana kegiatan per tahun anggaran;
2. Membagi tugas kepada bawahan dengan cara disposisi atau lisan agar
tugas terbagi habis sesuai bidang masing-masing;
3. Memberi petunjuk kepada bawahan sesuai ketentuan dan prosedur
dengan cara menjelaskan tentang apa, bagaimana dan output yang harus
dihasilkan agar produktivitas kerja bawahan optimal;
4. Memeriksa hasil kerja bawahan dengan membandingkan hasil yang
dicapai dengan petunjuk yang sudah diberikan untuk penyempurnaan
hasil kerja;
5. Memberikan penilaian terhadap kinerja dan prestasi kerja
bawahan berdasarkan capaian hasil kerja sebagai bahan untuk
peningkatan karier dan pemberian penghargaaan dan sanksi;
6. Memfasilitasi komponen Kementerian Dalam Negeri, provinsi
dalam rangka pelaksanaan analisis jabatan dengan pemberian
konsultasi, asistensi dan bimbingan teknis untuk menghasilkan
informasi jabatan yang akurat, tepat dan dapat
dipertanggungjawabkan;
7. Mengoordinasikan pelaksanaan kegiatan sesuai bidang
pekerjaan baik secara internal maupun eksternal;
8. Mengoreksi draft konsep surat/naskah dinas dengan cara
menuliskan perbaikan di atas yang salah untuk
penyempurnaan ketikan konsep;
9. Melaksanakan dukungan kegiatan sosialisasi peraturan sesuai
bidang tugas agar imflementasi dilapangan sinkron dn
konsisten;
10.Monitoring dan evaluasi implementasi kebijakan bidang
analisa jabatan dengan meninjau ke Provinsi untuk
memperoleh informasi tentang permasalahan atau
hambatan dalam pelaksanaannya;
11.Menyiapkan draft naskah dinas termasuk draft
peraturan maupun petunjuk teknis sebagai pedoman
dalam pelaksanaan tugas baik di pusat maupun daerah;
12.Mengikuti rapat-rapat pembahasan dengan instansi
terkait berdasarkan disposisi pimpinan untuk
memberikan atau memperoleh masukan dan saran
dalam rapat;
13.Melaporkan hasil pelaksanaan tugas dan kegiatan Sub
Bagian Analisa Jabatan Kementerian dan Provinsi
kepada pimpinan secara berkala sebagai bahan
masukan bagi pimpinan dalam pengambilan keputusan
lebih lanjut.
CONTOH :
Nama Jabatan : Analis Jabatan (JFU)
Rincian Tugas :
Hak yang dimiliki oleh pemangku jabatan untuk mengambil suatu tindakan atau
keputusan mengenai suatu hal agar tugas yang dilaksanakan dapat berhasil
dengan baik, dengan adanya perumusan yang jelas maka dapat dihindarkan
terjadinya penyalahgunaan atau duplikasi wewenang.
CONTOH :
1. Nama Jabatan : Pengaplikasi Program (JFU)
Hasil Kerja : Aplikasi Program
CONTOH :
1. Nama Jabatan : Pengentri Data Perangkat Daerah (JFU)
Hasil Kerja : Entrian Data Perangkat Daerah
Bahan Kerja : Data Perangkat Daerah
Merupakan alat yang digunakan dalam memproses input/ bahan kerja untuk
memperoleh hasil kerja, seperti alat tulis, komputer, dan alat-alat lain yang spesifik
sesuai dengan jabatannya.
CONTOH :
1. Nama Jabatan : Pengentri Data Perangkat Daerah (JFU)
Hasil Kerja : Entrian Data Perangkat Daerah
Bahan Kerja : Data Perangkat Daerah
Alat Kerja : Alat tulis, Komputer/Laptop/NoteBook