Vous êtes sur la page 1sur 20

REFERAT

ABSES PARU

RESTI PUTERI APRIYUSLIM


I 11110058
PEMBIMBING:
dr. Handriyani, Sp. P
KEPANITERAAN KLINIK STASE PULMONOLOGI
RSUD ADE MOH DJOEN SINTANG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2017
PENDAHULUAN Kematian jaringan paru dan pembentukan rongga
yang berisi sel-sel mati atau cairan akibat infeksi
destruktif berupa lesi nekrotik pada jaringan paru
yang terlokalisir sehingga membentuk kavitas
berisi pus dalam parenkim paru pada satu lobus
atau lebih.

Laki-laki > perempuan, usia tua >>.

Peningkatan insidens penyakit periodontal,

prevalensi disfagi, dan prevalensi aspirasi.

Dulu operasi thoraks dan tindakan anastesi merupakan penyebab

terjadinya infeksi di daerah thoraks kemajuan ilmu kedokteran

kejadian abses paru menurun.

Era preantibiotik angka kematian 30-40%.

Era antibiotik morbiditi dan mortiliti (angka

kematian <10%, 10-15% memerlukan operasi, angka

penyembuhan mencapai 90-95%) prognosis baik.


Abses paru adalah suatu daerah lokal
DEFINISI nekrosis supurativa di dalam parenkim
paru, yang menyebabkan terbentuknya satu
atau lebih kavitas besar akibat nekrosis.
Kavitas berisi material purulen sel radang
akibat proses nekrotik parenkim paru
oleh proses infeksi.
Bila diameter kavitas < 2 cm dan jumlahnya
banyak (multiple small abscesses) dinamakan
necrotizing pneumonia.
Prevalensi tertinggi berasal dari infeksi
saluran pernapasan dengan
mikroorganisme penyebab umumnya berupa
campuran dari bermacam-macam kuman yang
berasal dari flora mulut, hidung, dan
tenggorokan.
PATOFISIOLOGI
Abses paru yang paling sering terjadi akibat aspirasi kuman dari saluran napas bagian

atas (>>>anaerob, normal aspirasi teratasi oleh mekanisme siliari, batuk, makrofag

alveolar) teraspirasi kedalam paru paru kanan (bronkus utama kanan lebih lurus

dibanding kiri) lebih banyak berupa kavitas tunggal.

Abses karena aspirasi dimulai dari suatu infeksi lokal bronkus bronkiolus pembuluh

darah lokal trombosis nekrosis + likuefaksi. Jaringan granulasi nekrosis kaviti

(Air Fluid Level).

Penyebaran secara hematogen (septikemi atau sebagai fenomena septik emboli, sekunder

dari fokus infeksi bagian lain tubuh seperti tricuspid valve endocarditis) biasanya

disebabkan oleh stafilokokus (bakteri aerob) abses multipel kavitasi.

Perluasan abses hepar (bakterial atau amubik)ruptur menembus diafragmaabses

paru kanan lobus bawah dan rongga pleura.


PATOFISIOLOGI(2)
Faktor predisposisi :

Kondisi yang mempermudah terjadi aspirasigangguan kesadaran (alkoholisme, epilepsi,


gang. serebrovaskular, anastesi umum, penyalahgunaan obat IV, koma, trauma, sepsis),
gangguan esofagus dan saluran cerna lainnya (gangguan motilitas), fistula trakeoesopageal.

Sebab-sebab iatrogenik.

Penyakit-penyakit periodontal, kebersihan mulut yang buruk, pencabutan gigi.

Pneumonia akut, bronkiektasis.

Imunosupresi.

Kanker paru.

Infeksi saluran nafas atas dan bawah yang belum teratasi. Pasien HIV yang terkena abses
paru umumnya dengan kadar CD4<50/mm3 kebanyakan didahului oleh infeksi paru.
ETIOLOGI
Bakteri anaerob (89% penyebab abses paru) biasanya akibat pneumonia
aspirasiBacteriodes melaninogenus, Bacteriodes fragilis, Peptostreptococcus
species, Bacillus intermedius, Fusobacterium nucleatum, Microaerophilic
streptococcus.

Bakteri aerob Gram positif (sekunder)obstruksi bronkial (karsinoma


bronkogenik); penyebaran hematogen (endokarditis bakterial); penyebaran infeksi
mediastinum, subphrenic)Staphillococcus aureus, Streptococcus micraerophilic,
Streptococcus pyogenes, Streptococcus pneumoniae.

Bakteri aerob Gram negatif (nosokomial)K. pneumoniae, P. aeroginosa, E. coli,


H. influenza, Actinomyces species, Nocardia species, Gram negatif bacilli.

Jamur (mucoraceae, aspergillus species), parasit, amuba, mikobakterium.

Immunocompromised (AIDS) bakteri aerob, P.carinii, dan jamur


(Criptococcus neoforman, M. tuberculosis).
GAMBARAN KLINIS
Riwayat perjalanan penyakit 1-3 minggu dengan gejala awal malaise, tidak

nafsu makan, penurunan BB, keringat malam, demam bisa disertai


menggigil, batuk kering, setelah beberapa hari purulen,
mengandung darah.

Tidak ada demam tidak menyingkirkan adanya abses paru.

Sputum berbau amis dan berwarna anchovy menunjukkan

penyebabnya bakteri anaeraob (putrid abscesses). Foetor ex oro ~


anaerob.

Tidak didapatkannya sputum dengan ciri tersebut tidak menyingkirkan


kemungkinan infeksi anaerob.

Nyeri dada, sesak, anemia.


GAMBARAN KLINIS(2)
Pemeriksaan fisis : nyeri tekan lokal. Perkusi redup dengan suara

napas bronkial. Bila abses luas dan letaknya dekat dinding dada
kadang terdengar suara amforik, ronki.

Bila abses paru letaknya dekat pleura dan pecah akan terjadi empiema

torakis pergerakan dinding dada tertinggal di tempat lesi, fremitus


vokal menghilang, perkusi redup/pekak, bunyi nafas menghillang, dan
terdapat tanda-tanda pendorongan mediastinum terutama
pendorongan jantung ke arah kontralateral tempat lesi.

Jari tabuh.
DIAGNOSTIK

Laboratorium Radiologi

Foto dada PA dan lateral untuk melihat


Hitung leukosit berkisar 10.000-30.000/mm3
lokasi lesi dan bentuk abses paru.
dengan hitung jenis bergeser ke kiri dan sel
Pada gambaran radiologik ditemukan
PMN yang banyak terutama neutrofil immatur. gambaran satu atau lebih kavitas yang

disertai dengan adanya air fluid level.


Pemeriksaan dahak untuk mengetahui
Khas pada abses paru anaerobik kavitasnya
mikroorganisme penyebab, sebaiknya diperoleh
singel (soliter) yang biasanya ditemukan
dari aspirasi transtrakheal, transtorakal atau pada infeksi paru primer, sedangkan abses

bilasan/sikatan bronkus. paru sekunder (aerobik, nososkomial atau

hematogen) lesinya biasanya multipel.


Kultur darah dan pemeriksaan serologi untuk
Ukuran abses bervariasi secara umum bentuk
jamur dan parasit.
bulat. Dinding abses umumnya tebal dan

permukaan dalamnya irreguler.


Foto X-ray AP menunjukkan
kavitas pada hilum kanan.
Foto X-ray posisi lateral
memperlihatkan kavitas memiliki
dinding yang tipis dan terletak
pada segmen apikal dari lobus
paru kanan bawah.
Gambaran radiologis pada tuberkulosis aktif diantaranya
terdapat kavitas, bisa tunggal atau multipel. Lesi/kavitas pada
tuberkulosis umumnya terletak di lapangan paru atas. Pada
tuberkulosis didapatkan BTA. Air-fluid level dilaporkan
terjadi hanya pada 9%-21% dari kavitas pada TB.
Tumor paru

Lesi pada bagian atas paru kanan


adalah abses paru dengan
internal air-filled cavity, dinding
tebal tidak beraturan, dan pada
bagian bawah paru kiri adalah
empiema (tampak pemisahan
pleura viseral dan parietal (pleura
split) dan kompresi paru).
DIAGNOSTIK(2)
CT-Scan
Kontras yang diberikan adalah
kontras yang dapat bercampur
dengan perselubungan disekitar
lesi sehingga batas margin dapat
diidentifikasi.
Gambaran khas CT scan abses
paru berupa lesi dens bundar
dengan kavitas berdinding tebal,
tidak teratur, dan terletak di
daerah jaringan paru yang rusak.

Gambaran abses paru dengan CT-scan kontras.


CT-scan memperlihatkan kavitasi pada lobus
paru dengan jelas.
GAMBARAN
HISTOPATOLOGIS

Gambaran
histopatologik abses
paru terdapat
supurasi yang
dikelilingi oleh
jaringan parut
fibrosa dan infiltrasi
sel mononukleus
(limfosit, sel plasma,
makrofag)
PENATALAKSANAAN
Tujuan utama pengobatan eradikasi secepatnya patogen penyebab, drainase yang

adekuat dan pencegahan komplikasi.

Drainase postural & pemberian antibiotik. Drainase spontan terjadi melalui cabang

bronkus, dengan produksi sputum purulen.

Antibiotik diberikan sampai terjadi resolusi dan kavitasnya hilang, tinggal lesi kecil dan

stabil dalam waktu 2-3 minggu. Resolusi sempurna 6-10 minggu dengan antibiotik oral
pasien rawat jalan. Pemberian antibiotik yang kurang dari waktu inikekambuhan,
resisten antibiotik.

Bronkoskopimenyingkirkan lesi obstruktif, dilakukan aspirasi dan pengosongan

abses yang tidak mengalam drainase yang adekuat, dapat diberikannya larutan
antibiotik melewati bronkus langsung ke lokasi abses.

Bedahbila terapi antibiotik gagallobektomi (paling sering), reseksi segmental,

pneumoektomi.
Table. Antibiotics in Lung Absces

Anaerobic organisms
First choice : Clindamycin (600mg/day q6h IV for 8 days)
Alternative : Penicillin G (high dose 12-18 millions unit perday IV) combine with
metronidazole (2 g/day IV in 4 divided dose or load 15 mg/kg over 1 hour & main
7,5 mg/k over 1 hour qid)
Oral therapy : Clindamycin (300mg/day qid), Metronidazole (500 mg/day tid),
Amoxicillin (500 mg qid)

Gram negative organisms


First choice : Cephalosporins, aminoglycosides, quinolones
Alternative : Penicillins and cephalexin
Oral therapy : Trimethoprim/sulfamethoxazole
Pseudomonal organisms
First choice include aminoglycosides, quinolones, and cephalosporin
Gram positif organisms
First choice : Oxacilin, clindamycin, cephalexin,nafcilin, and amoxicillin
Alternative : Cefuroxime and clindamycin
Oral therapy : Vancomycin

Nocardial organisms
First choices include trimethroprim/sulfametoxazole and tetracycline
Drainase postural
Posisi berbaring
miring dengan paru
yang terkena abses
berada di atas supaya
gravitasi drainase
lebih baik.
KOMPLIKASI
Abses paru yang drainasenya kurang baik, bisa mengalami
ruptur ke segmen lain, apabila ruptur ke rongga
pleuraempiema.
Komplikasi sering lainnyaabses otak, hemoptisis masif,
ruptur pleura viseralis dan bronkopleura.
Abses paru kronik (resisten dgn pengobatan 6 minggu),
menyebabkan kerusakan paru permanenmenyisakan
suatu bronkiektasis, kor pulmonal dan amiloidosis.
Abses paru kronik juga dapat mengakibatkan anemia,
malnutrisi, kakesia, gangguan cairan dan elektrolit serta
gagal jantung terutama pada manula.
PROGNOSIS
Bergantung pada KU pasien, letak abses serta luasnya
kerusakan paru yang terjadi, dan respons pengobatan yang
diberikan.
Bila tidak terlambat ditangani prognosisnya baik, > 90%
sembuh dengan manajemen medis saja, kecuali disebabkan oleh
obstruksi bronkial sekunder, karsinoma.
Penderita dengan beberapa faktor predisposisi mempunyai
prognosis yang lebih jelek, yaitu kavitas besar >6 cm, penyakit
dasar yang berat, immunocompromised, umur sangat tua,
empiema, nekrosis paru progresif, lesi obstruktif, abses
disebabkan bakteri aerobik (S.aureus dan basil gram negatif),
abses yang belum dapat pengobatan dalam jangka waktu yang
lama.
Angka mortalitas bisa mencapai 75% dan bila sembuh angka
kekambuhannya tinggi.

Vous aimerez peut-être aussi