Vous êtes sur la page 1sur 54

Oleh:

Emma Rahmadania, S. Ked

NIM. I4A012004
Pembimbing :
dr. Agung Ary Wibowo, Sp.B(K)BD

Bagian/SMF Ilmu Bedah


FK UNLAM/RSUD ULIN BANJARMASIN
Januari, 2017
1
Akalasia merupakan salah satu
penyakit yang jarang terjadi. Prevelensi
akalasia esofagus adalah sekitar 10
kasus per 100.000 populasi

Komplikasi yang ditimbulkan dari


penyakit ini dapat mengancam
nyawa seperti adanya obstruksi
saluran pernapasan hingga sudden
death.
2
AKALASIA ESOFAGUS
Gangguan motilitas esofagus yang ditandai
dengan aperistalsis atau gangguan
peristalsis esofagus dan relaksasi yang
inadekuat pada sfingter esofagus bagian
bawah (lower esophageal sphincter/LES)
yang disebabkan karena kerusakan pleksus
myenterikus.
3
1. Akalasia Primer
Akibat tidak adanya seluruh atau sebagian sel
ganglion inhibitor pada pleksus myenterikus
(Auerbachs) pada esofagus.
2. Akalasia Sekunder
Penyebab sekunder tersering dari akalasia
esofagus adalah penyakit Chagas.
Penyebab sekunder laindari akalasia esofagus
dapat berupa malignansi (karsinoma lambung,
esofagus).
Prevelensi akalasia esofagus adalah
sekitar 10 kasus per 100.000 populasi

Rasio kejadian penyakit ini sama antara


laki-laki dengan perempuan.

Akalasia esofagus lebih sering terjadi


pada orang dewasa, dengan prevalensi
terbanyak sekitar usia 25-60 tahun.
5
Anamnesis
Trias Klasik

1 Disfagia

2 Regurgitasi

3 Penurunan Berat Badan


Pemeriksaan Penunjang

1. Foto Polos Thoraks

-Adanya pelebaran mediastinum yang


disebabkan esofagus yang membesar
dan melebar dengan gambaran air
fluid level di setinggi arkus aorta
-Tidak didapatkan gelembung udara
di lambung yang disebabkan karena
kegagalan relaksasi LES.
Pemeriksaan Penunjang

2. Barium Esofagogram

Tampak gambaran birds beak di


gastroesofageal junction
Pemeriksaan Penunjang

3. Time Barium Esophagogram (TBE)

Gambaran:
Terdapat barium yang
persisten di esofagus dan LES
inkomplet atau mengalami
pengosongan parsial lebih
dari 5 menit disertai
gambaran birds beak atau rat
tail appearance
Pemeriksaan Penunjang

4. Esofagoskopi

Pemeriksaan yang dianjurkan


pada semua pasien akalasia. - -
Untuk menentukan adanya
esofagitis retensi dan derajat
keparahannya
- Untuk melihat sebab dari
obstruksi, dan untuk
memastikan ada tidaknya tanda
keganasan
Pemeriksaan Penunjang

5. CT Scan

Konfirmasi diagnosis atau untuk


mengetahui tanda lain yang
mengarah adanya penyakit lain
atau proses benigna maupun
maligna.
Pemeriksaan Penunjang

6. Manometri Esofagus

Gold standart dalam penegakan


diagnosis akalasia.

Ditegakkan apabila:
-ditemukan tekanan LES yang
meningkat pada fase istirahat
-relaksasi LES inkomplet
-tidak adanya peristaltik.
Terdapat dua defek penting pada pasien akalasia esofagus:
1. Obstruksi pada sambungan esofagus dan lambung
akibat peningkatan sfingter esofagus bawah (SEB)
istirahat jauh di atas normal dan gagalnya SEB untuk
berelaksasi sempurna.
2. Hal ini disebabkan penurunan tekanan sebesar 30-40%
dimana dalam keadaan normal turun sampai 100% yang
akan mengakibatkan bolus makanan tidak dapat masuk
ke dalam lambung. Kegagalan ini menyebabkan
tertahannya makanan dan minuman di esofagus.
13
Terapi Non Bedah

1. Medikamentosa

Pemberian obat yang bersifat merelaksasikan otot polos,


seperti nitrogliserin 5 mg sublingual atau 10 mg per oral, dan
juga methacholine, dapat membuat sfingter esofagus bawah
berelaksasi sehingga membantu membedakan antara suatu
striktur esofagus distal dan suatu kontraksi sfingter esofagus
bawah.
Hanya sekitar 10% pasien yang berhasil dengan terapi ini.
Terapi ini sebaiknya digunakan untuk pasien lanjut usia yang
mempunyai kontraindikasi terhadap pneumatic dilation atau
tindakan pembedahan.
Terapi Non Bedah

2. Injeksi Botulinum Toksin

Digunakan untuk menghambat


pelepasan asetilkolin sfingter esofagus
bawah, yang akan menyeimbangkan
neurotransmiter eksitatorik dan
inhibitorik.
Akan tetapi, terapi ini sering
menyebabkan reaksi inflamasi pada
bagian gastroesophageal junction, yang
dapat membuat myotomi menjadi lebih
sulit.
Terapi ini sebaiknya diaplikasikan pada
pasien lanjut usia, yang mempunyai
kontraindikasi terhadap pneumatic dilation
atau tindakan pembedahan.
Terapi Non Bedah

3. Pneumatic Dilation

Suatu balon dikembangkan pada


bagian gastroesophageal junction
yang bertujuan untuk merupturkan
serat otot dan membuat mukosa
menjadi intak.
Insidensi dari refluks
gastroesophageal yang abnormal
adalah sekitar 25%.
Pasien yang gagal dalam
penanganan pneumatic dilation
biasanya diterapi dengan miotomi
Heller.
Terapi Bedah

Laparoskopik miotomi Heller dan partial fundoplication

suatu prosedur pilihan untuk akalasia esofagus.


Operasi ini terdiri dari suatu pemisahan serat otot (myotomi)
dari sfingter esofagus bawah (5 cm) dan bagian proksimal
lambung (2 cm), yang diikuti oleh partial fundoplication.
Prognosis bergantung pada durasi penyakit dan
banyak sedikitnya gangguan motilitas.

Semakin singkat durasi penyakit dan semakin


sedikit gangguan motilitasnya, maka prognosis untuk
kembali ke ukuran esofagus yang normal setelah
pembedahan (miotomi Heller) memberikan hasil yang
sangat baik.

18
19
Nama : Ny. H
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 59 tahun
Status : Menikah
RMK : 0-82-57-56
MRS : 16 Desember 2016

20
KU: Sesak Nafas

Pasien mengeluhkan sesak nafas sejak 3 hari SMRS. Pasien


mengeluhkan adanya rasa penuh dan tertekan pada daerah leher
dan dada. Pasien juga mengeluhkan rasa sulit menelan karena
nyeri dan pasien tidak dapat menelan makanan dan minuman
sehingga pasien tidak nafsu makan. Berat badan pasien juga
turun sebanyak 8 kg. Pasien juga mengeluhkan batuk berdahak.
Dahak yang keluar berwarna bening. Tidak ada darah yang keluar
pada dahak tersebut
Keluhan demam disangkal pasien. Tidak ada keluhan perubahan
suara seperti serak pada saat pasien berbicara. Pasien kemudian
dibawa ke IGD RSUD Ulin dan dirawat inap di bagian paru selama
15 hari. Kemudian alih rawat ke bagian bedah digestif.
21
RPD RPK

Keluhan Keluhan
Serupa (-) Serupa (-)
Hipertensi (-) Hipertensi (-)
Diabetes Diabetes
Mellitus (-) Mellitus (-)
Asma (-) Asma (-)
22
Kesadaran : GCS E4V5M6
Tekanan Darah : 130/90 mmHg
Denyut jantung : 82 kali/menit
Suhu : 36,0C
Respirasi : 28 kali/menit
Saturasi : 95% tanpa O2

23
Mata cekung (-/-)
Edema palpebra (-/-)

K/L


konjungtiva pucat (-/-),
sklera ikterik (-/-),
diameter pupil 3 mm/3 mm,
refleks cahaya +/+, pupil isokor.

Jantung :

Thorax I
P
P
A
= Iktus tidak terlihat
= Thrill tidak teraba
= Tidak ada pembesaran jantung
= S1 dan S2 tunggal
Paru :
I = Bentuk simetris
P = Fremitus raba simetris
Thorax P
A
= Sonor
= Suara napas vesikuler,
ronkhi (-/-), wheezing (-/-)

I = distensi (-)
A = bising usus normal
Abdomen P = timpani
P = defans muscular (-)
Atas : Akral hangat
(+/+), edema (-/-), gerak
normal, nyeri gerak (-/-)
Ekstremitas
Bawah: Akral hangat
(+/+), edema (-/-), gerak
normal, nyeri gerak (-/-)
PEMERIKSAAN NILAI NILAI RUJUKAN SATUAN

HEMATOLOGI

Hemoglobin 13,7 12,0-15,6 g/dl

Leukosit 9,2 4,65-10,3 ribu/ul

Eritrosit 4,37 4,00-5.30 juta/ul

Hematokrit 41,9 37-47 vol%

Trombosit 297 150-356 ribu/ul

RDW/CV 14,0 12,1-14,0 %

MCV,MCH.MCHC

MCV 96,0 75,0-96,0 Fl

MCH 31,3 28,0-32,0 Pg

MCHC 32,6 33,0-37,0 %

GULA DARAH
PEMERIKSAAN NILAI NILAI RUJUKAN SATUAN
FAAL LEMAK DAN
JANTUNG
CKMB 24 0-24 U/I
FUNGSI HATI
SGOT 34 0-46 U/I
SGPT 22 0-45 U/l
FUNGSI GINJAL
Ureum 30 10-50 mg/dl
Kreatinin 1,1 0,6-1,2 mg/dl
ELEKTROLIT
Natrium 138 135-146 mmol/l
Kalium 3,7 3,4-5,4 mmol/l
Klorida 109 95-100 mmol/l
PEMERIKSAAN NILAI NILAI RUJUKAN SATUAN

IMUNOSEROLOGI

CEA 1,57 <3,0 ng/dl

FAAL LEMAK DAN

JANTUNG

LDH 395 225-450 U//I


PEMERIKSAAN NILAI NILAI RUJUKAN SATUAN
HEMATOLOGI
Hemoglobin 12,5 12,0-15,6 g/dl
Leukosit 12,0 4,65-10,3 ribu/ul
Eritrosit 4,01 4,00-5.30 juta/ul
Hematokrit 36,0 37-47 vol%
Trombosit 360 150-356 ribu/ul
RDW/CV 12,4 12,1-14,0 %
MCV,MCH.MCHC
MCV 89,9 75,0-96,0 Fl
MCH 31,2 28,0-32,0 Pg
MCHC 34,7 33,0-37,0 %
PROTHROMBINE TIME
Hasil PT 8,7 9,9 13,5 Detik
INR 0,81 - -
Control normal PT 11,4 - -
PEMERIKSAAN NILAI NILAI RUJUKAN SATUAN
GULA DARAH
Gula Darah Puasa 100 70-105 Mg/dl
FUNGSI HATI
SGOT 34 0-46 U/I
SGPT 22 0-45 U/l
Protein Total 5,6 6,2-8,0 g/dl
Albumin 3,6 3,5-5,5 g/dl
FUNGSI GINJAL
Ureum 37 10-50 mg/dl
Kreatinin 0,9 0,6-1,2 mg/dl
ELEKTROLIT
Natrium 144 135-146 mmol/l
Kalium 3,4 3,4-5,4 mmol/l
Klorida 109 95-100 mmol/l
PEMERIKSAAN NILAI NILAI RUJUKAN SATUAN

HEMATOLOGI

Hemoglobin 12,1 12,0-15,6 g/dl

Leukosit 4,9 4,65-10,3 ribu/ul

Eritrosit 3,82 4,00-5.30 juta/ul

Hematokrit 36,7 37-47 vol%

Trombosit 144 150-356 ribu/ul

RDW/CV 14,3 12,1-14,0 %

MCV,MCH.MCHC

MCV 96,3 75,0-96,0 Fl

MCH 31,6 28,0-32,0 Pg

MCHC 32,9 33,0-37,0 %


33
34
35
36
Obs. dispneu ec. massa mediastinum

37
Pasien
O2 2-4lalu didiagnosis akalasia
lpm
esofagus
Inj. Nacldan dialih
0,9% rawat ke bagian
7 tpm
bedah digestif pada tanggal
Inj. Dexamethasone 2x1 amp 31
Desember 2016.
Inj. Furosemide 3x1 amp
Inj. Omeprazole 2x1 vial
Pasien kemudian dilakukan operasi
R/ periksaconvensional
laparoskopi LDH, CEA, CT(heller)
Scan
kontrasdan fundoplication pada
myotomi
tanggal 10 Januari 2017.
38
16-17/12/16 18-20/12/16 21/12/16 22/12/16

Sesak (+) Sesak (+) Sesak (<) Sesak (<)


SUBJECTIVE Nyeri menelan (+) Nyeri menelan (+) Nyeri menelan (+) Nyeri menelan (+)
Mual (+) Mual (+) Mual (+) Mual (+)
OBJECTIVE
Vital Signs TD: 150/80 TD: 130/80 TD: 130/80 TD: 120/80
N:91x/m N:96x/m N:90x/m N:90x/m
RR:24x/m RR:24x/m RR:24x/m RR:22x/m
T:36,3C T:36,6C T:36,7C T:36,5C
SpO2: 95% dgn O2 SpO2: 96% dgn O2 SpO2:95% dgn O2 SpO2: 95% tanpa O2
2lpm 2lpm 2lpm

Assessment
OBS. DISPNEU E.C. MASSA MEDIASTINUM
Management
O2 2-4 lpm O2 2-4 lpm O2 2-4 lpm O2 (k/p)
Inj. Nacl 0,9% 7 tpm Inj. Nacl 0,9% 7 tpm Inj. Nacl 0,9% 7 tpm Inj. Nacl 0,9% 7 tpm
Inj. Dexamethasone Inj. Inj. Dexamethasone Inj. Dexamethasone
2x1 amp Dexamethasone 2x1 amp 2x1 amp
Inj. Furosemide 3x1 2x1 amp Inj. Furosemide 3x1 Inj. Furosemide 3x1
amp Inj. Furosemide 3x1 amp amp
Inj. Omeprazole 2x1 amp Inj. Omeprazole 2x1 Inj. Omeprazole 2x1
vial Inj. Omeprazole 2x1 vial vial
vial
R/ periksa LDH, R/ CT Scan kontras R/ CT Scan kontras CT Scan kontras (+)
CEA, CT Scan Pasang NGT jika besok tunggu hasil CT
kontras sulit makan Scan 39
23/12/16 24/12/16 25-27/12/16 28/12/16

SUBJECTIVE Sesak (<) Sesak (<) Sesak (<) Sesak (<)


Nyeri menelan (+) Nyeri menelan (+) Nyeri menelan (+) Nyeri menelan (+)
Mual (<) Mual (<) Mual (<) Mual (<)
OBJECTIVE
Vital Signs TD: 120/80 TD: 120/80 TD: 130/80 TD: 120/80
N:90x/m N:92x/m N:86x/m N:90x/m
RR:22x/m RR:24x/m RR:22x/m RR:22x/m
T:36,6C T:36,3C T:36,5C T:36,8C
SpO2: 95% tanpa O2 SpO2: 96% tanpa O2 SpO2:95% tanpa O2 SpO2: 95% tanpa O2
Assessment
AKALASIA ESOFAGUS
Management Hasil CT Scan: tidak Hasil OMD: Akalasia
ditemukan massa dengan esofagitis
mediastinum dan massa kronik
intrapulmonal
O2 (k/p) O2 (k/p) O2 (k/p) O2 (k/p)
Inj. Nacl 0,9% 7 tpm Inj. Nacl 0,9% 7 tpm Inj. Nacl 0,9% 7 tpm Inj. Nacl 0,9% 7 tpm
Inj. Dexamethasone 2x1 Inj. Dexamethasone Inj. Dexamethasone Inj. Dexamethasone
amp 2x1 amp (tappering 1x1 amp 1x1 amp
Inj. Furosemide 3x1 amp off) Inj. Furosemide 3x1 Inj. Furosemide 3x1
Inj. Omeprazole 2x1 vial Inj. Furosemide 3x1 amp amp
R/ co. bedah digestif amp Inj. Ranitidine 2x1 Inj. Ranitidine 2x1
untuk alih rawat Inj. Ranitidine 2x1 amp amp
amp
R/ OMD R/OMD R/OMD R/Alih rawat ke
bagian bedah digestif 40
29-31/12/16 01-04/01/17 05-09/01/17 10/01/17

Sesak (-) Sesak (-) Sesak (-) Sesak (-)


SUBJECTIVE
Nyeri menelan (+) Nyeri menelan (+) Nyeri menelan (+) Nyeri menelan (+)
Mual (<) Mual (-) Mual (-) Mual (<)
OBJECTIVE
Vital Signs TD: 130/90 TD: 120/80 TD: 130/80 TD: 120/80
N:90x/m N:94x/m N:90x/m N:90x/m
RR:24x/m RR:22x/m RR:22x/m RR:22x/m
T:36,1C T:36,7C T:36,5C T:36,8C
SpO2: 95% tanpa SpO2: 95% tanpa SpO2:95% tanpa O2 SpO2: 95% tanpa O2
O2 O2
Assessment
AKALASIA ESOFAGUS
Management
Inj. Nacl 0,9% : Inj. Nacl 0,9% : Inj. Nacl 0,9% : Inj. Nacl 0,9% :
Aminofluid 15 tpm Aminofluid 15 tpm Aminofluid 15 tpm Aminofluid 15 tpm
Inj. Inj. Inj. Dexamethasone Inj. Dexamethasone
Dexamethasone Dexamethasone 1x1 amp 1x1 amp
1x1 amp 1x1 amp Inj. Ranitidine 2x1 Inj. Ranitidine 2x1
Inj. Ranitidine 2x1 Inj. Ranitidine 2x1 amp amp
amp amp
R/ co anestesi
R/ op elektif R/op elektif R/op elektif Pasien dilakukan
Post op ICU operasi laparotomi
hari ini.
41
Post op ICU
11/01/17 12-13/01/17 14-16/01/17 17/01/16

Sesak (-) Sesak (-) Sesak (-) Sesak (-)


SUBJECTIVE Nyeri post op (+) Nyeri post op (+) Nyeri post op (<) Nyeri post op (<)
Luka post op masih Luka post op masih Luka post op masih
basah (+) basah (+) basah (+)
OBJECTIVE
Vital Signs TD: 110/70 TD: 120/80 TD: 130/80 TD: 120/80
N:78x/m N:84x/m N:80x/m N:90x/m
RR:18x/m RR:20x/m RR:20x/m RR:18x/m
T:36,7C T:36,2C T:36,4C T:36,8C
SpO2: 95% tanpa O2 SpO2: 96% tanpa O2 SpO2:96% tanpa O2
SpO2: 95% tanpa O2
Assessment POST LAPAROSCOPY CONVENSIONAL (HELLER) MYOTOMI DAN FUNDOPLICATION
AKALASIA ESOFAGUS
Management
Inj. RL:D5 2000cc/24 Inj. RL 20 tpm Inj. RL 20 tpm Inj. RL 20 tpm
tpm Inj. Ceftriaxone Inj. Ceftriaxone 1gr/12 Inj. Ceftriaxone 1gr/12
Inj. Ceftriaxone 1gr/12 jam/IV jam/IV jam/IV
1gr/12 jam/IV Inj. Ranitidine Inj. Ranitidine Inj. Ranitidine
Inj. Ketorolac 30mg/8 1amp/12 jam/IV 1amp/12 jam/IV 1amp/12 jam/IV
jam/IV
Inf. Metronidazole
0,5gr/8 jam
Inj. Ranitidine
1amp/12 jam/IV
Puasa Pertahankan NGT 2 Pertahankan NGT 2 Pertahankan NGT 2
Pertahankan NGT minggu minggu minggu
Pindah ruangan
42
bedah umum
18/01/17 19/01/17 20/01/17 21/01/16

Sesak (-) Sesak (-) Mual (+)


SUBJECTIVE Sesak (-)
Nyeri post op (<) Nyeri post op (<) Nyeri (<)
Nyeri post op (<)
BAB cair sedikit2 Luka post op masih BAB Cair (2x)
Luka post op masih
basah (+) Luka post op masih
basah (+)
Drainase dilepas basah (+)
OBJECTIVE
Vital Signs TD: 120/80 TD: 120/70 TD: 130/80 TD: 120/80
N:78x/m N:91x/m N:80x/m N:90x/m
RR:18x/m RR:16x/m RR:20x/m RR:18x/m
T:37C T:36,8C T:36,4C T:36,8C
SpO2: 96% tanpa O2 SpO2: 97% tanpa O2 SpO2:96% tanpa O2 SpO2: 95% tanpa O2

Assessment POST LAPAROSCOPY CONVENSIONAL (HELLER) MYOTOMI DAN FUNDOPLICATION AKALASIA


ESOFAGUS
Management
Inj. RL 20 tpm Inj. RL 20 tpm Inj. RL 20 tpm Po. Cefixim 2x100
Inj. Ceftriaxone 1gr/12 Inj. Ceftriaxone 1gr/12 Inj. Ceftriaxone 1gr/12 Po Asam mefenamat
jam/IV jam/IV jam/IV 3x500
Inj. Ranitidine 1amp/12 Inj. Ranitidine 1amp/12 Inj. Ranitidine 1amp/12 GV pagi dan sore
jam/IV jam/IV jam/IV Diet cair 8x250 cc
Inj. Antrain 1 gr/8 Inj. Antrain 1 gr/8 Mobilisasi
jam/IV jam/IV

Diet via NGT Diet via NGT Diet via NGT Diet via NGT
Diet cair 6x 200 cc Diet susu 8x250 cc GV pagi dan sore
Ganti verban pagi & DC (Aff) Diet cair 8x250 cc
sore Besok ganti obat oral Mobilisasi
Mobilisasi Mobilisasi Kultur pus a/r luka op
Rawat luka
43
22/01/17 23/01/17 24/01/17 25/01/16 26/01/16

Nyeri pada luka BAB cair 8x Keluhan (-)


SUBJECTIVE op (<) (berampas, tidak BAB cair (-)
BAB cair (+) berdarah) Nyeri pada luka op (- Keluhan (-)
Nyeri pada luka op )
(<)

OBJECTIVE
Vital Signs TD: 130/90 TD: 130/80 TD: 130/80 TD: 120/80 TD: 110/70
N:81x/m N:85x/m N:80x/m N:98x/m N:85x/m
RR:19x/m RR:23x/m RR:20x/m RR:20x/m RR:22x/m
T:36,7C T:36,8C T:36,4C T:36,7C T:36,5C
SpO2: 96% tanpa SpO2: 95% tanpa O2 SpO2:96% tanpa O2 SpO2: 95% tanpa O2 SpO2: 97%
O2 tanpa O2

Assessment POST LAPAROSCOPY CONVENSIONAL (HELLER) MYOTOMI DAN FUNDOPLICATION AKALASIA


ESOFAGUS
Management Po. Cefixim 2x100 Po. Cefixim 2x100 Po. Cefixim 2x100 Po. Cefixim 2x100 Po. Cefixim
Po Asam Po Asam mefenamat Po Asam Po Asam 2x100
mefenamat 3x500 3x500 mefenamat 3x500 mefenamat 3x500 Po Asam
GV pagi dan sore GV pagi dan sore GV pagi dan sore GV pagi dan sore mefenamat
Diet cair 8x250 cc Diet cair 8x250 cc Diet minum bebas Diet minum bebas 3x500
Mobilisasi Mobilisasi Mobilisasi Mobilisasi GV pagi dan
sore
Diet minum
bebas
Mobilisasi
Aff NGT BLPL
44
45
KASUS Teori
-Sesak Nafas
Trias klasik :
-Rasa penuh dan tertekan
daerah leher dan dada 1.Disfagia
sesuai 2.Regurgitasi
-Sulit menelan
-Tidak dapat menelan 3.Penurunan berat badan.
makanan dan minuman
- Berat badan menurun

Diagnosis akalasia esofagus seharusnya disuspekkan pada


setiap pasien yang mempunyai keluhan disfagia makanan padat
dan cair disertai regurgitasi makanan dan saliva.

46
Foto Thoraks

Didapatkan lesi opak pada


paratracheal kanan disertai
pelebaran mediastinum dan
tidak didapatkan gelembung
udara di lambung.

Pada kasus, awalnya


dicurigai terdapat adanya
tumor mediastinum.

47
-Tumour marker merupakan protein
Pemeriksaan Lanjutan: yang dihubungkan dengan proses
Pemeriksaan Tumour keganasan yang bisa mendeteksi
Marker tumor solid pada darah perifer,
kelenjar getah bening dan cairan
tubuh lain.
Kasus -Salah satu tumour marker
Dilakukan pemeriksaan terutama yang berkaitan dengan
LDH dan CEA golongan tumor sel germinal
mediastinum adalah LDH.

Hasil pemeriksaan tumour marker didapatkan kadar LDH dan


CEA pasien normal.
Pemeriksaan penunjang kemudian dilanjutkan dengan
pemeriksaan CT Scan dan OMD.
48
CT Scan

Hasil:
didapatkan gambaran akalasia
esofagus
Tidak terlihat adanya gambaran
tumor mediastinum atau pulmonal.

49
OMD

50
OMD

Hasil:
Terdapat kekosongan parsial pada
daerah esofagus yang akhirnya
memberikan gambaran birds beak yang
menegakkan diagnosis akalasia esofagus.

51
Kasus
Pasien dilakukan operasi
laparoskopi convensional (heller)
myotomi dan fundoplication

sesuai

TEORI
Merupakan suatu prosedur pilihan untuk akalasia esofagus.
Operasi ini terdiri dari suatu pemisahan serat otot (myotomi) dari sfingter
esofagus bawah (5 cm) dan bagian proksimal lambung (2 cm), yang diikuti
oleh partial fundoplication. Tambahan prosedur antirefluks parsial, seperti
Toupet atau Dor fundoplication, akan mengembalikan perlindungan
terhadap refluks dan menurunkan gejala-gejala postoperatif.
Secara efektif, terapi pembedahan ini berhasil mengurangi gejala sekitar 85-
95% dari pasien
52
Telah dilaporkan suatu kasus akalasia esofagus pada Ny. H
yang berusia 59 tahun yang masuk RSUD Ulin Banjarmasin pada
tanggal 16 Desember 2016. Dari anamnesis, pemeriksaan fisik,
dan pemeriksaan penunjang, pasien didiagnosis dengan akalasia
esofagus.
Pasien lalu dilakukan operasi laparoskopi convensional (heller)
myotomi dan fundoplication pada tanggal 10 Januari 2017.
Pada tanggal 26 Januari 2017, pasien diperbolehkan pulang dari
RSUD Ulin Banjarmasin 53
54

Vous aimerez peut-être aussi