Vous êtes sur la page 1sur 22

UJI AKTIVITAS PENINGKAT

LIBIDO (UJI afrodisiaka)


MATA KULIAH ANALISIS JAMU

OLEH :
EKA DIAN SAFITRI 14.0042.F
RUANG LINGKUP
Afrodisiaka adalah semacam zat perangsang yang konon
dapat meningkatkan gairah seks. Afrodisiaka berasal dari kata
Aphrodite dalam mitologi Yunani yang berarti dewi cinta
(seksual), kecantikan, dan kesetiaan.
Afrodisiaka didefinisikan sebagai substansi yang mampu
meningkatkan dorongan dan kepuasan seksual, berupa
makanan, obat, tindakan serta alat. Rangsangan cahaya,
sentuhan, bau, rasa (pengecapan) dan suara (pendengaran) bisa
juga dikatakan sebagai afrodisiaka.
Lanjutan...
Berdasarkan mekanisme aksinya afrodisiaka dapat dibagi
menjadi tiga:
Afrodisiaka yang menyediakan nilai gizi, sehingga mampu
meningkatkan kesehatan atau kebugaran, akibatnya performa
seksual dan libido mengalami peningkatan. Contoh, dalam
tradisi orang-orang Cina menggunakan tanduk badak sebagai
afrodisiaka, sebab tanduk badak terdiri dari jaringan serabut
yang mengandung kalsium dan fosfat. Defisiensi kalsium dan
fosfat dapat menyebabkan lemah otot dan tubuh terasa lelah,
sedangkan penggunaan dosis tinggi kalsium dan fosfat dapat
meningkatkan stamina.
Afrodisiaka yang mempengaruhi efek psikologi secara spesifik.
Afrodisiaka mempengaruhi aliran darah, gairah seksual dan
meningkatkan durasi aktivitas seksual. Contoh: bahan aktif pada Spanish
fly, kristal lakton dan cantharidin yang diberikan secara topikal
menimbulkan gairah seksual luar biasa, karena dilaporkan bahwa
Spanish fly bisa meningkatkan aliran darah di dalam tubuh. Beberapa
penelitian awal menunjukkan bahwa tumbuhan afrodisiaka mengandung
senyawa-senyawa saponin, alkaloid, tannin dan senyawasenyawa lain
yang secara fisiologis dapat melancarkan peredaran darah pada sistem
saraf pusat (serebal) atau sirkulasi darah tepi (perifer). Efek
meningkatkan sirkulasi darah ini terjadi juga pada genital pria.
Peningkatan sirkulasi darah akan memperbaiki fungsi organ. Obat-obat
lain yang mempunyai efek psikologis digunakan untuk memperpanjang
ereksi, membantu membatasi pengaruh dari sistem saraf simpatetik.
Contoh: Sildenafil citrate (Viagra), dan yohimbe dari Pausinystalia
yohimbe.
Afrodisiaka yang aktif secara biologis adalah afrodisiaka yang alami aktif
secara psikologi. Afrodisiaka dapat melewati sawar darah otak dan
menstimulasi beberapa perangsang seksual. Contoh: hormon,
pheromone dan berbagai macam neurotransmitter
Metode Pengujian Afrodisiaka

Mating Behaviour test Libido Test

Tes Potensi
Mating Behaviour test
Hewan uji tikus jantan dan tikus betina dibagi menjadi 5 kelompok uji Masing-masing kelompok
terdiri dari 6 ekor tikus (1 ekor tikus jantan dan 5 ekor tikus betina).

Kelompok 1 sebagai kontrol negatif, kelompok 2-4 sebagai kelompok uji yang menerima
perlakuan sediaan uji dalam dosis yang berbeda satu kali dalam satu hari selama 7 hari pada
pukul 18.00, sedangkan kelompok 5 sebagai kontrol positif yang diberikan obat standar
(pembanding) 1 jam sebelum percobaan.

Percobaan dilakukan pada pukul 20.00, dimulai dengan memasukkan seekor tikus jantan dan
seekor tikus betina dari tiap-tiap kelompok ke dalam kandang.

Sebelumnya tikus betina telah dibuat estrus dengan diberikan ethynil estradiol 48 jam sebelum
percobaan dan injeksi progesteron 6 jam sebelum percobaan.

Parameter yang diamatai adalah Mounting Frequency (MF) , Intromission Frequency (IF),
Mounting Latency (ML) , Intromission Latency (IL) , Ejaculatory Latency (EL), dan Post
Ejaculatory Interval (PEI) .
Keterangan...
Mounting Frequency (MF) yaitu jumlah tunggangan sebelum
ejakulasi
Intromission Frequency (IF) yaitu jumlah intromisi dari waktu
perkenalan pada hewan betina sampai ejakulasi
Mounting Latency (ML) yaitu interval waktu dari perkenalan pada
hewan betina sampai tunggangan pertama oleh hewan jantan
Intromission Latency (IL) yaitu interval waktu dari perkenalan pada
hewan betina sampai intromisi pertama oleh hewan jantan
Ejaculatory Latency (EL) yaitu interval waktu dari intromisi
pertama sampai ejakulasi pertama
Post Ejaculatory Interval (PEI) yaitu interval waktu dari ejakulasi
pertama sampai intromisi berikutnya oleh hewan jantan.
Libido Test
Hewan uji dikondisikan seperti yang telah disebutkan pada mating behaviour test.

Hewan uji diamati dengan parameter Mounting Frequency (MF) yaitu jumlah tunggangan
sebelum ejakulasi. Pengamatan dilakukan

pada hari ke-7, jam 20.00. Penis diolesi salep xylocaine 5% sebelum percobaan. Hewan uji juga
diamati untuk intromisi dan ejakulasi
Tes Potensi
Hewan jantan dikandangkan secara terpisah selama percobaan. Larutan uji diberikan 1 jam
sebelum percobaan selama 7 hari.

Pada hari ke-8 tes reflek penile dilakukan dengan meletakkan hewan di belakang gelas silinder
yang sebagian dibuang. Pembungkus preputial didorong ke belakang glan dengan
menggunakan ibu jari dan telunjuk jari, selama periode 15 menit.

Rangsangan tersebut secara normal membatasi reflek alat kelamin. Frekuensi reflek penile yang
dapat dicatat yaitu : Ereksi (E), Quick Flip (QF), Long Flip (LF). Total Penile Reflexes (TPR) yaitu
E + QF + LF
ANALISIS JURNAL

UJI EFEK AFRODISIAK EKSTRAK


ETANOL BUAH PARE (Momordica
charantia L.) TERHADAP LIBIDO TIKUS
PUTIH JANTAN GALUR WISTAR
(Rattus norvegicus)
Vini Alvionita Sarapi1), Widdhi Bodhi1), Gayatri Citraningtyas1)
1)Program Studi Farmasi FMIPA UNSRAT Manado, 95115
KONSEP UJI

Penentuan Dosis
Pembuatan Ekstrak
Persiapan Sampel Ekstrak Etanol
Etanol Buah Pare
Buah Pare

Pembuatan Larutan
Uji Ekstrak Etanol Uji Efek Afrodisiak
Buah Pare
PROSEDUR UJI EFEK AFRODISIAK
Pengujian efek afrodisiak terhadap tikus putih jantan galur wistar dilakukan selama 7 (tujuh) hari
berturut-turut

Setiap hari, tikus jantan diberikan larutan uji dengan volume pemberian masing-masing dosis 2 ml secara
per oral.

Pemberian larutan uji diberikan satu kali sehari pada pukul 18.00 wita. Selang 1 jam setelahnya (pukul
19.00 WITA), masing-masing 1 tikus betina dimasukkan ke dalam tiap kandang tikus jantan.

Diamati dan dicatat aktivitas seksual tikus jantan terhadap tikus betina dengan parameter jumlah
pendekatan penunggangan dan kawin selama satu jam.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengamatan efek afrodisiak terhadap tikus putih jantan galur wistar dilakukan pada
pukul 19.00 WITA. Hal ini disesuaikan dengan kecenderungan jam biologis tikus
melakukan aktivitas seksual. Parameter uji yang digunakan yaitu frekuensi
pendekatan, penunggangan dan kawin. Digunakan tiga parameter uji tersebut karena
aktivitas seksual terjadi akibat libido yang meningkat, dimana peningkatan libido
merupakan fase awal respon seksual.
Dari hasil pengujian didapatkan perbedaan bermakna
antar kelompok perlakuan yaitu pada hari ke-1 dengan nilai
p=0,031. Data tersebut menunjukkan bahwa terdapat perbedaan
frekuensi pendekatan yang signifikan antar kelompok perlakuan.
Uji Mann-Whitney selanjutnya dilakukan untuk menunjukkan
dimana letak perbedaan yang bermakna antar kelompok
perlakuan. Hasil pengujian menunjukkan perbedaan yang
bermakna terjadi antara kelompok EEP Dosis 2 dengan EEP
Dosis 4 (p=0,046).
Meskipun perbedaan ini bukan didasarkan pada perbedaan
dengan pembanding yaitu kontrol negatif, namun data tersebut
menunjukkan bahwa pemberian ekstrak etanol buah pare dosis
0,28 gram/200 g BB terbukti dapat meningkatkan frekuensi
pendekatan secara signifikan dibandingkan kelompok perlakuan
yang lainnya.
DATA FREKUENSI PENUNGGANGAN
Uji Kruskal-Wallis menunjukkan adanya perbedaan yang
bermakna antar perlakuan pada hari ke-3 dengan nilai p=0,016. Hal ini
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan frekuensi penunggangan yang
signifikan antar kelompok perlakuan pada hari ke-3. Uji Mann-Whitney
menunjukkan letak perbedaan frekuensi penunggangan yang bermakna
(p=<0,05) terjadi antara kelompok perlakuan K (-) dengan EEPDosis1
(p=0,034); K (-) dengan EEPDosis2 (p=0,034); K (-) dengan
EEPDosis4 (p=0,037); EEPDosis1 dengan EEPDosis2 (p=0,043);
EEPDosis1 dengan EEPDosis4 (p=0,046); serta EEPDosis3 dengan
EEPDosis4 (p=0,046).
Data tersebut menunjukkan bahwa ekstrak etanol buah pare
dosis 0,035 gram/200 g BB; 0,07 gram/200 g BB; dan 0,28 gram/200 g
BB dapat meningkatkan frekuensi penunggangan secara signifikan jika
dibandingkan dengan pembanding yaitu kontrol negatif, dimana yang
paling banyak menunjukkan perbedaan secara berturut-turut, yaitu dosis
0,28 gram/ 200 g BB; 0,07 gram/200 g BB; 0,035 gram/200 g BB.
Data Frekuensi Kawin
Selanjutnya hasil uji Kruskal- Wallis menunjukkan bahwa tidak
terdapat perbedaan yang bermakna antar kelompok perlakuan
(p=>0,05) selama 7 (tujuh) hari sehingga uji ini tidak lagi dilanjutkan
dengan uji Mann-Whitney. Tabel 3. menunjukkan bahwa pada
pengujian aktivitas kawin selama 7 (tujuh) hari berturut-turut, hanya
terdapat 2 pasang hewan uji yang melakukan aktivitas kawin yaitu hari
ke-3 pada kelompok perlakuan EEPDosis4 (ekstrak etanol pare dosis
0,28 gram/BB). Diduga hal ini disebabkan karena tikus betina sedang
tidak dalam periode estrus.
Hewan jantan biasanya tidak menunjukkan perhatian seksual
terhadap betina di luar masa estrus, disamping itu jantan akan ditolak
oleh betina yang tidak estrus (Nalbandov, 1990). Tikus jantan selalu
siap kawin bila ditempatkan bersama dengan tikus betina, namun tikus
betina hanya akan menerima pejantanpada awal fase estrus saja. Dalam
sehari, seekor tikus jantan akan mengawini seekor tikus betina apabila
populasi tikus betina konstan dipertahankan di dalam kandang.
Efek afrodisiak yang ditimbulkan akibat
pemberian ekstrak etanol buah pare diduga
karena senyawa aktif yang terkandung dalam
buah pare yaitu flavonoid dan triterpenoid yang
merangsang produksi hormon testosteron yakni
hormon yang bertanggung jawab terhadap
dorongan seksual (libido).
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang
diperoleh, dapat disimpulkan bahwa ekstrak
etanol buah pare (Momordica charantia L.)
memiliki efek afrodisiak terhadap peningkatan
libido dimana dosis optimal yang paling
menunjukkan efek yaitu dosis 0,28 gram/BB.
DAFTAR PUSTAKA
Arnida. 2003. Uji Afrodisiaka Kayu Sanrego (Lunasia Amara Blanco)
Terhadap Tikus Putih Jantan. Tesis Fakultas Farmasi Ugm. Yogyakarta
Vini Alvionita Sarapi, Widdhi Bodhi, Gayatri Citraningtyas. 2015. Uji Efek
Afrodisiak Ekstrak Etanol Buah Pare (Momordica Charantia L.) Terhadap
Libido Tikus Putih Jantan Galur Wistar (Rattus Norvegicus). Pharmacon Jurnal
Ilmiah Farmasi Unsrat Vol. 4 No. 3 Agustus 2015 Issn 2302 2493.
Harsanto, Winoto Adi. 2010. Uji Afrodisiaka Fraksi Etil Asetat Ekstrak Etanol
70% Kuncup Bunga Cengkeh (Syzygium Aromaticum (L.) Merr.& Perry)
Terhadap Libido Tikus Jantan. [Skripsi]. Surakarta : Gelar Sarjana. Fakultas
Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Novianti, Shinta. 2015. Pemberian Ekstrak Etanol Akar Pasak Bumi (Eurycoma
Longifolia ) Secara Oral Dapat Meningkatkan Kadar Hormon Testosteron
Pada Tikus (Rattus Norvegicus) Wistar Jantan Tua. [Tesis]. Denpasar : Pasca
Sarjana. Universitas Udayana Denpasar
TERIMA KASIH

Vous aimerez peut-être aussi