Vous êtes sur la page 1sur 21

ARDS

HARDIYANTO
STIKES KEPANJEN
PENGERTIAN

Acute respiratory distress syndrome (ARDS; previously called adult


respiratory distress syndrome) is a clinical syndrome characterized by a
Sudden and progressive pulmonary edema, increasing bilateral infiltrates on
chest x-ray, hypoxemia refractory to oxygen supplementation, and reduced
lung compliance

ARDS merupakan keadaan darurat medis yang dipicu oleh berbagai proses akut
yang berhubungan langsung ataupun tidak langsung dengan kerusakan paru
(Aryanto Suwondo, 2006) ARDS diawali dengn penyakit paru yg srius yg akhirnya
mengakibatkan edema paru.
Sindrom distress respirasi dewasa (ARDS) adalah bentuk khusus kegagalan
pernafasan yang ditandai dengan hipoksemia yang jelas dan tidak dapat diatasi
dengan penangganan konvensional. Sindrom ini dikenal dengan banyak nama
lainnya (shock lung, wet lung, adult hyaline membrane disease, stiff lung
syndrome). Diperkirakan ada 150.000 orang yang menderita ARDS tiap tahunnya,
dan tingkat mortalitasnya 50 %.
Pasien dengan ARDS biasnya membutuhkan ventiasi mekanik
dengan tekanan lebih dari udara normal biasa.
Banyak faktor terkait dengan perkembangan ARDS yaitu cidera
langusng pada paru (pneumonia, kontusio, inhalasi,), atau tidak
langsung seperti syok, sepsis, DIC, uremia.
Kematian yg tinggi sekitar 50-60% dikarenakan nonpulmonary
multile organ failure, sering karena sepsis.
patofis

ARDS terjadi karena inflamasi yang kemudian akan melepaskan mediator


selular dan kimia, yang akan menimbulkan cidera pada membran kapiler
alveolus. Hal ini akan mengakibatkan bocornya cairan ruang interstisial paru
dan menimbulkan gangguan pada ruang pergantian alveolus.
Ketidakcocokan ventilasi-perfusi berat terjadi pada pasien ARDS.
Alveoli kolaps, jalan nafas mengecil, kelenturan paru berkurang sehingga
akhirnya hipoksemia.
Pada keadaan normal, paru mempunyai mekanisme proteksi untuk
melindungi sel-sel parenkim paru karena adanya antiprotease dan
antioksidan dalam bentuk glutation. Pada sindrom gagal nafas ini didapatkan
adanya defisiensi glugation serta hambatan aktivitas antiprotease.
Manifestasi klinik

Fase akut dari ARDS : adanya perjalanan cepat dari dyspnea parah
yang terjadi 12-48 jam setelah kejadian awal.
Hypoxemia yang tidak bersepon dengan oksigen
X-ray : billateral infiltrate
Perfusi yang kurang walaupun ada ventilasi yang cukup
Penurunan compliance/kelenturan paru.
Clinically, a patient is thought to be in the recovery phase if the
hypoxemia gradually resolves, the chest x-ray improves, and the
lungs become more compliant (Ware & Matthay, 2000).
Pengkajian dan DIagnostik

Retraksi interkostal, crakles pemeriksaan fisik


Sejarah penyakit paru sebelumnya
Akut onset dari respiratory distres
Bilateral pulmonary infiltrates x-ray
PaO2/FiO2 kurang dari 200 mmHg (normal lebihkurang 400)
Managemen Medis

Identifikasi dan penangnan masalah utama yang mendasari


Perawatan agresive yang suportive harus diberikan : intubasi dan
ventilasi
Pemberian cukup cairan dan nutrisi juga penting
Monitor BGA, pulse oksimetry, tanda2 sianosis
Positive end-expiratory pressure (PEEP) penting dalam penanganan ARDS.
Meningkatkan kapasitas residu paru untuk tingkatkan oksigenasi darah
Tujuan menjaga PaO2 lebih dari 60% dan saturasi lebih dari 90%.
Hipotensi sistemik mungkin terjadi, sebagai akibat hipovolemia karena
bocornya cairan ke rongga interstisial.
Pengobatan

Obat menekan proses inflamasi :


Kortikosteroid
Prostagandlin
Anti sitokinin
Obat perbaiki paru
Amil nitrit : perbaiki ventilasi
Okida nitrit : dilatasi pemb darah
Nursing Management

Pasien dalam keadaan kritis dan perlu observasi terus menerus.


Pengkajian secara teratur dibutuhkan untuk mengevaluasi hasil
tatalaksana
Perubahan posisi berkala dapat membantu ventilasi, perfusi dan
drainage sekret jika ada.
Pasien biasanya cemas dan gelisah karena sulit nafas. penjelasan
secar jelas dan menenangkan dari perawat
Ventilator

PEEP meningkatkan tekanan akhir ekspirasi, tidak alami dan terasa


aneh untuk pasien
Pemebrsihan kotoran atau sekret yang menggangu
Sedasi dapat membantu ventilasi dgn menurunkan konsumsi
oksigenbila kurang maka agen paralisis otot diberikan dan pasien
masih bisa merasa dan mendengar.
Pengkajian Keperawatan

Keluhan utama : brapa lama? Onset?


Riwayat kesehatan sekarang
Kaji apakah kline sebelum masuk rumah sakit memiliki riwayat penyakit
yang sama ketika kline masuk rumah sakit
Riwayat kesehatan dahulu
Kaji apakah kline pernah menderita riwayat penyakit yang sama sebelumnya
Riwayat pemakaian obat-obatan
Diagnosa 1

Bersihan jalan nafas tak efektif b.d penumpukan sekret


Tujuan : Jalan nafas efektif
K.H :
Airway patent
Tidak ada suara nafas tambahan
Tidak ada tanda-tanda distress pernafasan
RR dalam rentang normal
Tindakan
Rawat bersihan jalan nafas
Observasi
Postural drainage, chest phsyioteraphy
Suction, nebulizer
Diagnosa 2

Gangguan Pertukaran gas b.d terendamnya ruang alveoli


Tujuan : pertukaran gas lancar
K.H : PaO2 >60%, SaO >90%
Tidak ada tanda-tanda sianosis
Diagnosa 3

Ketidakefektifan Pola Nafs b.d kelemahan


Tujuan : pola nafas pasien efektif
K.H : - Tidak ada penggunan otot nafas tambahan
Tidak ada usaha nafas berlebih
RR dalam rentang normal
Tindakan :
Pemberian oksigen
Mengatasi kecemasan dan gelisah pasien
Diagnosa lain

Kecemasan
Nutrisi
Nyeri
dll
Jika kamu harus mendaki bukit tinggi, menunggu saja tak akan
membuatnya kecil,

Tapi bergeraklah dan mulai mendaki!

-Trimakasih

Vous aimerez peut-être aussi