Vous êtes sur la page 1sur 4

Aspek hukum

(PERMENKES No.1419/MENKES/PER/2005 tentang Penyelenggaraan Praktik


Dokter dan Dokter Gigi pasal 17)
o Dokter atau dokter gigi dalam memberikan pelayanan tindakan kedokteran atau
kedokteran gigi terlebih dahlu harus memberika penjelasan kepada pasien
tentang tindakan kedokteran yang akan dilakukan dan mendapat persetujuan
pasien
o Pasien berhak menolak tindakan yang dilakukan terhadap dirinya dan
mengakhiri pengobatan serta perawatan atas tanggung jawab sendiri sesudah
memperoleh informasi yang jelas tentang penyakitnya.
o Pemberian obat-obatan juga harus dengan persetujuan pasien dan bila pasien
meminta untuk dihentikan pengobatan, maka terapi harus dihentikan kecuali
dengan penghentian terapi akan mengakibatkan keadaan gawat darurat atau
kehilangan nyawa pasien
Undang-Undang No. 29 tahun
2004 tentang Praktik Kedokteran pasal 52.
Merima pelayanan praktik kedokteran mempunyai hak mendapatkan penjelasan secara
lengkap tentang tindakan medis yang akan diterimanya
Penjelasan tersebut sekurang-kurangnya mencakup :

1. Diagnosis dan tata cara tindakan medis


2. Tujuan tindakan medis yang dilakukan
3. Alternatif tindakan lain dan resikonya
4. Resiko dan komplikasi yang mungkin terjadi
5. Prognosis terhadap tindakan yang dilakukan. (Pasal 45 ayat 3).

Dalam praktek kedokteran dikenal dua macam euthanasia yaitu:

a. Euthanasia pasif: Ialah tindakan dokter mempercepat kematian pasien dengan memberikan
suntikan ke dalam tubuh pasien tersebut.
b. Euthanasia pasif:
Tindakan dokter berupa penghentian pengobatan pasien yang menderita sakit keras, yang
secara medis sudah tidak mungkin lagi dapat disembuhkan. Penghentian pemberian obat ini
berakibat mempercepat kematian pasien.
Tindakan upaya dokter menghentikan pengobatan terhadap pasien yang menurut penelitian
medis masih mungkin bisa sembuh.
Pasal 344 KUHP. Yang menyatakan : Barang siapa merampas nyawa orang
lain atas permintaan orang itu sendiri yang jelas dinyatakan dengan
kesungguhan hati diancam dengan pidana penjara palinglama dua belas
tahun
Pasal 340 KUHP menyatakan, Barang siapa dengan sengaja dan dengan
rencana lebih dulu merampas nyawa oranglain diancam, karena
pembunuhan berencana, dengan pidana mati atau pidana penjaraseumur
hidup atau selama waktu tertentu paling lama dua puluh tahun. 6
Pasal 356 (3) KUHP Penganiayaan yang dilakukan dengan memberikan
bahan yang berbahaya bagi nyawa dan kesehatan untuk dimakan atau
diminum. 6
Pasal 304 KUHP dinyatakan, Barang siapa dengan sengaja menempatkan
atau membiarkan seorang dalam keadaan sengsara, padahal menurut
hukum yang berlaku baginya atau karena persetujuan, dia wajib
memberikan kehidupan, perawatan atau pemeliharaan kepada orang itu,
diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun delapan bulan
atau denda paling banyak tiga ratus rupiah 6.
Ikatan Dokter Indonesia (IDI) menyiapkan perangkat lunak berupa SK PB
IDI no.319/PB/4/88 mengenai Pernyataan Dokter Indonesia tentang
Informed Consent. Disebutkan di sana, manusia dewasa dan sehat rohani
berhak sepenuhnya menentukan apa yang hendak dilakukan terhadap
tubuhnya. Dokter tidak berhak melakukan tindakan medis yang
bertentangan dengan kemauan pasien, walau untuk kepentingan pasien
itu sendiri.

Vous aimerez peut-être aussi