Vous êtes sur la page 1sur 30

PENGERTIAN DEPRESI

Depresi adalah gangguan alam perasaan


(mood) yang ditandai dengan kemurungan
dan kesedihan yang mendalam dan
berkelanjutan sehingga hilangnya kegairahan
hidup, tidak mengalami gangguan dalam
menilai realitas (Reality Testing Ability, masih
baik), kepribadian tetap utuh atau tidak
mengalami keretakan kepribadian (Splitting of
personality), prilaku dapat terganggu tetapi
dalam batas-batas normal (Hawari Dadang,
2001

PENYEBAB DEPRESI PADA LANSIA:
Penyakit fisik
Penuaan
Kurangnya perhatian dari pihak keluarga
Gangguan pada otak (penyakit cerebrovaskular)
Faktor psikologis, berupa penyimpangan perilaku oleh
karena cukup banyak lansia yang mengalami peristiwa
kehidupan yang tidak menyenangkan atau cukup berat.
Serotonin dan norepinephrine
Zat-zat kimia didalam otak (neurotransmitter) tidak
seimbang. Neurotransmitter sendiri adalah zat kimia
yang membantu komunikasi antar sel-sel otak.
TANDA DAN GEJALA DEPRESI
Tanda dan gejala yang sering timbul dari depresi adalah
penurunan energi dan konsentrasi, gangguan tidur terutama
terbangun dini hari dan sering terbangun malam hari,
penurunan nafsu makan, penurunan berat badan dan keluhan
somatik. Sedangkan menurut Greg Wilkinson, tanda dan
gejala depresi terbagi atas:
Suasana hati :
Sedih
Kecewa
Murung
Putus Asa
Rasa cemas dan tegang
Menangis
Perubahan suasana hati
Mudah tersinggung
Fisik
Merasa kondisi menurun, lelah
Pegal-pegal
Sakit
Kehilangan nafsu makan
Kehilangan berat badan
Gangguan tidur
Tidak bisa bersantai
Berdebar-debar dan berkeringat
Agitasi
Konstipasi

Namun seringkali gejala-gejala fisik tersebut


disalahtafsirkan sebagai gejala akibat penyakit
fisik tertentu.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
DEPRESI
Terjadinya depresi pada lansia :
Faktor Psikososial
Kunjungan keluarga
Berkurangnya interaksi sosial dan dukungan
sosial yang kurang baik dapat
mengakibatkan penyesuaian diri yang negatif
pada lansia. Menurunnya kapasitas hubungan
keakraban dengan keluarga, berkurangnya
interaksi dengan keluarga yang dicintai dapat
menimbulkan perasaan tidak berguna, merasa
disingkirkan, tidak dibutuhkan lagi dan kondisi
ini dapat berperan dalam terjadinya depresi.
Kemampuan adaptasi (lamanya tinggal
dipanti)
Sulit bagi lansia meninggalkan rumah lamanya
yang selama ini ditempati bersama-sama
orang-orang yang dicintainya. Yang tentu saja
mempunyai kenangan manis. Selain itu sikap
konservatif lansia menambah sulit untuk
menyesuaikan diri pada lingkungan baru.
Kondisi ini dapat menyebabkan perasaan
tertekan, kesedihan dan keputusasaan.
Pekerjaan masa lalu
Nilai seseorang sering diukur dengan
produktifitasnya dan identitasnya. Kondisi ini
dikaitkan dengan peranan dan pekerjaannya,
kehilangan peran dalam pekerjaannya akan
menurunkan atau menghilangkan kepuasan
lansia. Lansia yang dulunya aktif kemudian
berhenti bekerja, mengalami kesulitan dalam
penyesuaian pribadi bahkan tidak jarang
menimbulkan kehilangan gairah hidup
Faktor Psikologi
Motivasi Masuk Panti
Motivasi merupakan suatu dorongan dalam
pikiran untuk bertindak. Motivasi sangat
penting bagi lansia untuk menentukan tujuan
hidup dan apa yang ingin dicapainya dalam
kehidupan di panti. Adanya keinginan yang
muncul dari dalam individu lansia untuk
tinggal di panti akan membuatnya
bersemangat meningkatkan toleransi dan
merasa berguna. Kondisi ini akan
menimbulkan efek yang baik bagi kehidupan
Rasa rendah diri atau tidak berdaya
Seseorang yang ambisius, merasa dikejar-kejar
akan tugas dan selalu berambisi harus lebih
maju, umumnya saat memasuki lansia
cendrung untuk: gelisah, mudah stres, was-
was, mudah frustasi, merasa diremehkan,
mudah cemas, sulit tidur, tidak siap hidup
dirumah saja, perasaan tidak berdaya dan
tidak berguna. Sebaliknya mereka yang
berkepribadian tenang, keinginan untuk maju
diimbangi
dengan usaha yang tidak terburu-buru
berdasarkan pada pemikiran yang tenang
pada umumnya tidak menunjukkan
perubahan psikologis yang negatif. Mereka
pandai mensyukuri segala bentuk kehidupan
dan selalu berpikir positif misalnya: pada saat
pensiun mereka mensyukuri terlepas dari
beban pekerjaan dan tanggung jawab,
selanjutnya bebas menyalurkan hobi, hidup
santai dan lepas dari masalah dan stres.
a. Faktor Budaya
Budaya barat dengan sifat mandiri dan individual yang
sangat menonjol sering mengganggap lansia sebagai
trouble maker. Karena memandang lansia sebagai
kelompok masyarakat yang kurang menyenangkan
karena sifat-sifat lansia yang menjengkelkan, kondisi
fisik yang menurun sehingga perlu bantuan dan sering
menjadi beban. Untuk langkah penyelesaiannya adalah
dengan menitipkan lansia di panti. Akibatnya
perubahan psikologis lansia cendrung negatif dan
cendrung memperburuk kondisi kesehatan lansia.
Disamping itu mendorong lansia merasa tidak enak dan
rendah mutunya, mereka akan cendrung kekurangan
motivasi untuk mengerjakan apa yang seharusnya
mampu mereka kerjakan
b. Faktor Biologik
Ini disebabkan karena kehilangan dan
kerusakan sel-sel saraf maupun zat
neurotransmiter, resiko genetik maupun
adanya penyakit misalnya: kanker, Diabetes
militus, post stroke dan lain-lain yang
memudahkan terjadinya depresi
Penatalaksanaan depresi pada lansia:
Terapi biologik :
Pemberian obat antidepresan
Terdapat beberapa pilihan obat anti depresi
yaitu jenis Selective Serotonin Reuptake
Inhibitors (SSRIs): Prozac (fluoxetine); Zoloft
(setraine), Cipram (citalopram) dan Paxil
(paroxetine). Jenis NASSA: Remeron
(mirtazapine). Jenis Tricylic antidepresan:
Tofranil (imipramine) dan Norpramin
(desipramine). Reversible Inhibitor Mono
Amine Oxidase (RIMA) Inhibitors: Aurorix.
Terapi kejang listrik (ECT), shock theraphy
Penggunaan Electroconvulsive Therapy (ECT)
dengan cara shock therapy untuk pasien yang
tidak memberi respon positif terhadap, obat
antidepresan dan psikoterapi. ECT bekerja untuk
menyeimbangkan unsur kimia pada otak, dirasa.
cukup aman dan efektif serta dapat diulang 3 kali
seminggu sampai pasien menunjukan perbaikan.
Efek samping ECT adalah kehilangan kesadaran
sementara.pada pasien namun cukup efektif
untuk mengurangi resiko bunuh diri pada pasien
tertentu.
Terapi sulih hormon
Terapi psikososial (psikoterapi)
Terapi psikososial (psikoterapi) bertujuan
mengatasi masalah psikoedukatif, yaitu
mengatasi kepribadian maladaptif, distorsi
pola berpikir, mekanisme koping yang tidak
efektif, hambatan relasi interpersonal. Terapi
ini juga dilakukan untuk mengatasi masalah
sosiokultural, seperti keterbatasan dukungan
dari keluarga, kendala terkait faktor kultural,
perubahan peran sosial.
Perubahan gaya hidup
Aktivitas fisik terutama olah-raga.
Pasien dibiasakan berjalan kaki setup pagi
atau sore sehingga energi dapat ditingkatkan
serta mengurangi stress karena kadar
norepinefrin meningkat. Selain itu, pasien juga
dapat diperkenalkan pada kebiasaan meditasi
serta yoga untuk menenangkan pikirannya:
Setidaknya ada dua alasan penting mengapa
olah raga perlu untuk penderita depres
Pertama, olah raga meningkatkan kesadaran
sistem syaraf sentral. Denyut nadi meningkat
dan membangkitkan semua sistem. Hal ini
berlawanan dengan penurunan kesadaran
syaraf sentral akibat adanya depresi
Kedua, olah raga bisa memacu sistem syaraf
sentral. Endorphin adalah molekul organik
yang seperti halnya norepinephrine dan
serotonin, berfungsi sebagai kurir kimiawi.
Kadang endorphin dianggap, sebagai candu
(opium) alami yang berfungsi untuk
meningkatkan proses biologic untuk
mengatasi depresi
ASUHAN KEPERAWATAN
PENGKAJIAN
Riwayat : Kaji ulang riwayat klien dan pemeriksaan fislk
untuk adanya tanda dan gejala karakteristik yang berkaitan
dengan gangguan tertentu yang didiagnosis.
Singkirkan kemungkinan adanya depresi dengan scrining
yang tepat, seperti geriatric depresion scale.
Ajukan pertanyaan-pertanyaan pengkajian keperawatan
Wawancarai klien,
pemberi asuhan atau keluarga.
Lakukan observasi langsung terhadap :
Bagaimana kemampuan klien mengurus diri sendiri dan
melakukan aktivitas hidup sehari-hari?
Apakah klien menunjukkan perilaku yang tidak dapat
diterima secara sosial? Apakah klien sering mengluyur dan
mondarmandir?
Apakah ia menunjukkan sundown sindrom atau
perseveration phenomena?
Afek.
Apakah kilen menunjukkan ansietas?
Labilitas emosi?
Depresi atau apatis?
lritabilitas?
Curiga?
Tidak berdaya?
Frustasi?
Luangkan waktu bersama pemberi asuhan atau keluarga
Identifikasi pemberian asuhan primer dan tentukan berapa lama ia sudah
menjadi pemberi asuhan dikeluarga tersebut. (demensia jenis alzheimer
tahap akhir dapat sangat menyulitkan karena sumber daya keluarga
mungkin sudah habis).
ldentifikasi sistem pendukung yang ada bagi pemberi asuhan dan anggota
keluarga yang lain.
Identifikasi pengetahuan dasar tentang perawatan klien dan sumber daya
komunitas (catat hal-hal yang perlu diajarkan).
Identifikasi sistem pendukung spiritual bagi keluarga.
Identilikasi kekhawatiran tertentu tentang klien dan kekhawatiran pemberi
asuhan tentang dirinya sendiri.
DIAGNOSA
Kerusakan mobilitas fisik b.d gangguan
konsep diri, depresi, ansietas berat.
Gangguan pola tidur b.d ansietas
Resiko membahayakan diri b.d
perasaan tidak berharga dan putus
asa
INTERVENSI
Kerusakan mobilitas fisik b.d gangguan
konsep diri, depresi, ansietas berat.
Tujuan :
Pasien mampu berpartisipasi dalam
memutuskan perawatan dirinya, Pasien
mampu melakukan kegiatan dalam
menyelesaikan masalahnya
Intervensi
Bicara secara langsung dengan klien,hargai individu dan ruang pribadinya jika tepat
Beri kesempatan terstruktur bagi klien untuk membuat pilihan perawatan
Beri kesempatan bagi pasien untuk bertanggungjawab terhadap perawatan dirinya
Beri kesempatan menetapkan tujuan perawatan dirinya.
Contoh : minta pasien memilih apakah mau mandi, sikat gigi atau gunting kuku.
Beri kesempatan untuk menetapkan aktifitas perawatan diri untuk mencapai tujuan.
Contoh : Jika pasien memilih mandi, bantu pasien untuk menetapkan aktifitas untuk mandi
(bawa sabun, handuk, pakaian bersih)
Berikan pujian jika pasien dapat melakukan kegiatannya.
Tanyakan perasaan pasien jika mampu melakukan kegiatannya.
Sepakati jadwal pelaksanaan kegiatan tersebut secara teratur.
Bersama keluarga memilih kemampuan yang bisa dilakukan pasien saat ini
Anjurkan keluarga untuk memberikan pujian terhadap kemampuan yang masih dimiliki
pasien.
Anjurkan keluarga untuk membantu pasien melakukan kegiatan sesuai kemampuan yang
dimiliki.
Anjurkan keluarga memberikan pujian jika pasien melakukan kegiatan sesuai dengan jadwal
kegiatan yang sudah dibuat.
Gangguan pola tidur b.d ansietas
Tujuan :
Pasien mampu mengidentifikasi penyebab gangguan pola tidur,
Pasien mampu memenuhi kebutuhan istirahat dan tidur

Intervensi
Identifikasi gangguan dan variasi tidur yang dialami dari pola yang
biasanya
Anjurkan latihan relaksasi, seperti musik lembut sebelum tidur
Diskusikan cara-cara utuk memenuhi kebutuhan tidur
Kurangi tidur pada siang hari
Minum air hangat/susu hangat sebelum tidur
Hindarkan minum yang mengandung kafein dan coca cola
Mandi air hangat sebelum tidur
Dengarkan musik yang lembut sebelum tidur
Anjurkan pasien untuk memilih cara yang sesuai dengan
kebutuhannyad)Berikan pujian jika pasien memilih cara
yang tepat untuk memenuhi kebutuhan tidurnya
Anjurkan keluarga untuk menciptakan lingkungan yang
tenang untuk memfasilitasi agar pasien dapat tidur.

Resiko membahayakan diri b.d perasaan tidak berharga


dan putus asa
Tujuan :
Pasien tidak membahayakan dirinya sendiri, Pasien mampu
memilih alternatif penyelesaian masalah yang konstruktif
Intervensi
Identifikasi derajat resiko / potensi untuk bunuh diri
Bantu pasien mengenali perasaan yang menjadi
penyebab timbulnya ide bunuh diri.
Ajarkan beberapa alternatif cara penyelesaian masalah
yang konstruktif.
Bantu pasien untuk memilih cara yang palin tepat
untuk menyelesaikan masalah secara konstruktif.
Beri pujian terhadap pilihan yang telah dibuat pasien
dengan tepat.
Anjurkan pasien mengikuti kegiatan kemasyarakatan
yang ada di lingkungannya
Lakukan tindakan pencegahan bunuh diri
Mendiskusikan dengan keluarga koping positif yang
pernah dimiliki klien dalam menyelesaikan masalah
DAFTAR PUSTAKA

A.Novitasari . 2000. Diagnosis & Penafsiran Depresi


pada Lansia. Semarang : Badan Penerbit UNDIP.
Hawari Dadang. 2001. Manajemen Stres, Cemas dan
Depresi . Jakarta: EGC.
Nugroho, Wahjudi. 2000. Keperawatan Gerontik, Edisi
ke-2. Jakarta: EGC.
Watson, Roger.2003. Perawatan Lansia, Edisi ke-3.
Jakarta: EGC.
http://www.scibd.com/askep-klien-dengan-
depresi.html
http://www.trinoval.web.id/asuhan-keperawatan-
pada-lanjut-usia.html

Vous aimerez peut-être aussi