Vous êtes sur la page 1sur 67

Laporan Kasus

Tuberkulosis Paru dengan


Anemia Mikrositik Hipokromik

Oleh :
Ni Komang Putri Laraswati
(H1A012031)

Pembimbing :
dr. Salim Said Thalib, Sp.P (K)
Identitas

Nama : Tn. INS


Umur : 55 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Karang Bayan, Lingsar, Lombok barat
Pekerjaan : Tidak bekerja
Suku : Bali
Status : Menikah
MRS : 20 September 2017
RM : 59-49-32
Tgl. Pemeriksaan : 26 September 2017
Anamnesis
Keluhan Utama : Baruk darah
Riwayat Penyakit Sekarang :
Keluhan sudah dialami sejak 5 bulan sebelum masuk RS, namun memberat sejak 1 minggu yang lalu. Batuk darah
juga disertai dahak berwarna putih sampai kekuningan, tidak berbau. Pasien mengaku batuk berdahak yang
disertai darah ini bisa mencapai setengah gelas dalam sehari (100 cc). Keluhan ini dikatakan tidak pernah
membaik walaupun setelah pasien minum obat. Pasien mengaku sudah mengonsumsi OAT dari bulan Januari 2017-
April 2017, namun berhenti sejak April 2017 karena pasien mengalami batuk darah yang tidak pernah berhenti
sampai saat ini. Keluhan batuk diakui pasien kadang disertai dengan sesak. Sesak dapat timbul kapan saja teruma
jika batuknya memberat, dan berkurang jika batuknya membaik. Pasien menyangkal sesak dipengaruhi jika pasien
beraktvitas berat dan berkurang jika beristirahat. Sesak tidak dipengaruhi oleh posisi tidur, pasien bisa tidur dengan
menggunakan satu bantal. Sesak juga tidak dipengaruhi oleh perubahan posisi, debu, maupun cuaca. Pasien
mengaku batuk tidak disertai nyeri dada.
Selain itu pasien juga mengeluhkan lemas, lemas dirasakan sudah sekitar 1 bulan, dan semakin memberat sejak
seminggu terakhir sampai pasien tidak mampu beraktivitas dan bangun dari tempat tidur. Pasien juga mengeluh
nyeri ulu hati sejak 1 minggu SMRS. Pasien menyangkal adanya keluhan mual muntah sebelumnya, namun saat tiba
di IGD RSUD Provinsi NTB pasien mengaku mengalami muntah yang disertai darah sebanyak 1 kali, sekitar setengah
gelas. Pasien juga mengaku mengalami penurunan berat badan yang signifikan, sebelum sakit pasien memiliki berat
badan 60 kg dan saat ini turun menjadi 49 kg, nafsu makan berkurang selama sakit. Pada waktu malam hari
kadang-kadang pasien mengeluhkan keluar keringat, tetapi hal ini tidak selalu dikeluhkan. BAB terakhir 1 hari yang
lalu dengan frekuensi 1-2x/hari, konsistensi lunak, berwarna coklat, darah (-),dan nyeri saat BAB (-), BAK masih dalam
batas normal, warna kuning jernih, darah (-), nyeri saat BAK (-).
Anamnesis
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien pernah mengalami keluhan serupa dan dirawat di RSUD Priovinsi NTB pada bulan
Juli 2017 dengan TB Paru klinis kasus default dengan anemia + hemoptoe. Pasien
mengaku terdiagnosa TB Paru pada bulan Januari 2017. Riwayat DM, HT, asma, penyakit
jantung atau ginjal disangkal oleh pasien.
Riwayat Penyakit Keluarga
Menurut istri pasien, ayah pasien pernah menderita TB namun sudah pengobatan tuntas.
Riwayat keluarga yang menderita DM, hipertensi, asma penyakit jantung atau ginjal
disangkal.
Riawayat Pengobatan
Pasien pernah melakukan pengobatan TB kategori I pada bulan Januari 2017- awal April
2017, namun pasien berhenti minum obat pada bulan April 2017 karena keluhan batuk
darah. Kemudiaan saat pasien dirawat pada bulan Juli mendapatkan pengobatan
berupa transfusi PRC, transamin iv, ranitidine iv, codein, serta aminofilin dalam infus RL
dan D5%. Pada saat rawat jalan di Poli paru pasien mendapatkan pengobatan asam
tranexamat 3x500 mg, Codein 3x10 mg, dan cefixime 2x200 mg
Anamnesis
Riwayat Alergi
Pasien tidak memiliki alergi terhada makanan maupun obat-obatan
Riwayat Sosial
Pasien bekerja sebagai wiraswasta, sudah menikah dan tinggal bersama istri serta
anaknya. Pasien mengaku sempat tinggal bersama ayahnya yang sedang
menderita TB selama beberapa tahun sampai ayah pasien dinyatakan pengobatan
tuntas. Pasien mengatakan ayah pasien jarang menggunakan masker selama di
rumah, sementara pasien tidak pernah mengunakan masker. Lingkungan rumah
pasien cukup padat dimana kondisi rumah pasien cukup bersih dengan beberapa
ventilasi atau jendela didekat pintu kamar., tidak ada tetangaa di sekitar rumah yang
mengalami keluhan serupa seperti pasien atau yang menderita TB. Sebelum pasien
sakit, pasien merupakan perokok aktif selama hampir 20 tahun, pasien dapat
merokok hampir 1 bungkus perhari. Pasien menyangkal mengonsumsi alkohol.
Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum : Sedang


Kesadaran/GCS : Compos Mentis/ E4V5M6
Tanda vital
Tekanan darah : 100/70 mmHg
Nadi : 86 kali/menit
Pernapasan : 20kali/menit
Temperatur axila : 36,5 C
SpO2 : 97%
BB : 49 kg TB: 165 IMT: 17,9 (underweight)
Pemeriksaan Fisik

Kepala
Bentuk dan ukuran : normal
Rambut : normal
Edema : (-)
Parese N. VII : (-)
Hiperpigmentasi : (-)
Nyeri tekan kepala : (-)
Pemeriksaan Fisik
Mata
Simetris
Alis normal
Exopthalmus : (-/-)
Retraksi kelopak mata : (-/-)
Lid Lag : (-/-)
Ptosis : (-/-)
Nystagmus : (-/-)
Strabismus : (-/-)
Edema palpebra : (-/-)
Konjungtiva : anemis (+/+), hiperemia (-/-)
Sclera : ikterus (-/-), hiperemia (-/-), pterygium (-/-).
Pupil : Rp +/+, isokor, bentuk bulat, 3 mm, miosis (-/-),
Kornea : normal
Lensa : normal, katarak (-/-)
Pergerakan bola mata : normal ke segala arah
Pemeriksaan Fisik
Telinga
Bentuk : normal, simetris antara kiri dan kanan.
Liang telinga (MAE): normal, sekret (-/-), serumen (-/-).
Nyeri tekan tragus : (-/-)
Peradangan : (-/-)
Pendengaran : kesan normal
Hidung
Simetris
Deviasi septum : (-/-)
Napas cuping hidung : (+)
Perdarahan : (-/-)
Sekret : (-/-)
Penciuman : kesan normal
Pemeriksaan Fisik
Mulut
Simetris
Bibir : sianosis (-), pucat (-), stomatitis angularis (-).
Gusi : hiperemia (-), perdarahan (-).
Lidah : glositis (-), atropi papil lidah (-), lidah berselaput (-), kemerahan di pinggir (-),lidah kotor (-).
Gigi geligi : dalam batas normal
Mukosa : normal
Leher
Simetris
Foss jugular : Tidak terdapat deviasi trakea
Otot SCM : aktif (+/+), hipertrofi (-)
Pembesaran KGB : (-)
Kaku kuduk : (-)
JVP : 5+2 cm (nromal)
Distensi Vena J. : (-)
Pembesaran tiroid : (-)
Pemeriksaan Fisik : Thorax
Inspeksi :
Bentuk dan ukuran dada kanan dan kiri simetris
Pergerakan dinding dada simetris antara dada kanan dan kiri
Permukaan dinding dada: ikterik (-), papula (-), petechiae (-),
purpura (-), ekimosis (-), scar (-), massa (-), spider naevi (-), ictus
cordis tidak tampak.
Penggunaan otot bantu napas: SCM aktif (+), hipertrofi SCM (-),
otot bantu napas abdomen aktif (-).
Tulangiga dan sela iga: pelebaran ICS (-), penyempitan ICS (-),
arah tulang iga normal.
Fossasupraklavikula dan infraklavikula cekung simetris, fossa
jugularis: deviasi trakea (-).
Tipepernapasan torako-abdominal dengan frekuensi napas 20
kali/menit.
Pemeriksaan Fisik

Palpasi :
Pergerakan dinding dada simetris antara dada kanan dan kiri
Posisi mediastinum: deviasi trakea (-), ictus cordis teraba di ICS V
linea aksilaris anterior sinistra, thrill (-)
Nyeri tekan (-), benjolan (-), krepitasi (-)
Vocal fremitus
Depan Belakang

N N N N
N N N N
N N N N
Pemeriksaan Fisik
Perkusi :
Densitas Paru
Depan Belakang

redup Sonor redup Sonor


redup Sonor Redup Sonor
redup Sonor redup Sonor
Batas paru-jantung : Dextra ICS II Parasternal dextra
Sinistra ICS IV Midaxilaris Sinistra
Batas paru-hepar : Inspirasi ICS VI mid-Clavicula Destra
Ekspirasi ICS IV mid-Clavicula Dextra
Isthmus kronig : 2 cm
Pemeriksaan Fisik
Auskultasi
Cor : S1S2 tunggal regular, gallop (-), murmur (-)
Pulmo :

Vesikuler Rhonki
+ + + +
+ + + +
+ + + +

Wheezing
- -
- -
- -
Tes bisik: normal
Tes percakapan: bronkofoni (-)
Pemeriksaan Fisik : Abdomen

Inspeksi :
Distensi (-)
Umbilikus masuk merata
Permukaan kulit: tanda-tanda inflamasi (-), scar (-), massa (-), vena
kolateral (-), caput medusa (-).
Auskultasi :
Bising usus (+) normal, 8X/menit
Metallic sound (-)
Bising aorta (-)
Pemeriksaan Fisik
Perkusi :
Timpani (+) pada seluruh lapang abdomen
Nyeri ketok (-/-)
Tes undulasi (-)
Shifting dullness (-)
Palpasi
Nyeri Tekan
- + -
- - -
- - -
Massa (-)
Hepar tidak teraba.
Lien/Ren tidak teraba
Pemeriksaan Fisik

Ekstremitas Atas Ekstremitas Bawah


Akral dingin : -/- Akral dingin : -/-
Deformitas : -/- Deformitas : -/-
Edema : -/- Edema : -/-
Sianosis : -/-
Sianosis : -/-
Petekie : -/-
Petekie : -/-
Clubbing finger : -/-
Clubbing finger : -/-
CRT : < 2 detik
CRT : < 2 detik

Genitourinaria : tidak dievaluasi


Pemeriksaan Penunjang
Darah Lengkap (20/09/2017) Batas Normal
HB 3,4 14,0-18,0 g/dl
RBC 1,66 3,5-5,5 x 106 /L
HCT 12,2 25,0-42,0 %
MCV 73,5 80-100 fl
MCH 20,5 26-34 pg
MCHC 27,9 32-36 g/dl
WBC 16,84 4,0-10,0 x 103/L
EO% 4,4 1,0-26,0%
BASO% 0,4 0,0-1,0%
NEUT% 71 50,0-70,0%
LYMPH% 16,0 20,0-40,0%

MONO% 7,6 2,0-8,0%

PLT 407 150-400 103/L


Pemeriksaan Penunjang
Kimia Klinik 5/7/2017 Nilai Normal

GDS 122 <160 mg/dl

Ureum 15 10-50 mg/dl

Kreatinin 1,0 0,9-1,3 mg/dl

SGOT 18 <40 mg/dl

SGPT 13 <41 mg/dl

Pemeriksaan GeneXpert: negatif


Pemeriksaan Foto Rontgen
Identitas pasien sesuai
Terdapat marker dan sesuai
Pasien di foto dalam posisi setengah duduk,
Proyeksi PA
Soft tissue tipis, tidak terdapat emfisema subkutis
Inspirasi cukup
Tidak terdapat deviasi trakea
Tidak terdapat deformitas, fraktur dan proses
osteolitik pada tulang
Sudut costodiafragmatikum lancip
Diafragma berbentuk dome shaped, tidak
ditemukan
CTR normal < 0,5
Pulmo tampak peningkatan opasitas pada
pulmo dextra, tampak infiltrat pada pulmo
dextra dengan air bronkogram (+)
Kesan TB pulmo dextra
Resume
Pasien laki-laki, usia 55 tahun datang dengan keluhan batuk berdarah. Pasien datang dengan
keluhan batuk berdarah. Keluhan sudah dialami sejak 5 bulan sebelum masuk RS, namun memberat
sejak 1 minggu yang lalu. Batuk darah juga disertai dahak berwarna putih sampai kekuningan, tidak
berbau, bisa mencapai setengah gelas dalam sehari. Pasien mengaku sudah mengonsumsi OAT dari
bulan Januari 2017-April 2017, namun berhenti sejak April 2017 karena pasien mengalami batuk darah
yang tidak pernah berhenti sampai saat ini. Keluhan batuk diakui pasien kadang disertai dengan
sesak yang memberat jika batuk.
Selain itu pasien juga mengeluhkan lemas, yang dirasakan sudah sekitar 1 bulan, dan semakin
memberat sejak seminggu terakhir. Pasien juga mengeluh nyeri ulu hati sejak 1 minggu SMRS. Saat tiba
di IGD RSUD Provinsi NTB pasien mengaku mengalami muntah yang disertai darah sebanyak 1 kali,
sekitar setengah gelas. Pasien juga mengaku mengalami penurunan berat badan yang signifikan dan
keringat malam.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum sedang, kesadaran compos mentis, tampak
anemis, dan nyeri tekan epigastrium (+). Tekanan darah: 100/70 mmHg, nadi 86 kali/menit,
pernapasan 20 kali/menit, temperatur axial 36,5C. Pada pemeriksaan fisik thoraks didapatkan otot
pernapasan SCM aktif, auskultasi ronkhi di kedua lapang paru.
Pada pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan darah lengkap 20/09/2017 didapatkan kadar Hb
3,4 g/dl, WBC 16,84 dan PLT 407. Pada pemeriksaan kimia klinik didapatkan kadar GDS 122 mg/dl,
kreatinin 1,0 dan ureum 15. Pemeriksaan geneXpert didapatkan hasil negative. Gambaran rontgen
thoraks pasien menunjukkan adanya TB pulmo dextra, besar Cor dalam batas normal.
Diagnosa

TB Paru klinis + Anemia berat mikrositik hipokromik


Planning

a. Planning Diagnostik
Sputum BTA S-P-S
Pemeriksaan biakan
HIV rapid
DL post transfusi
Planning
b. Planning Terapi
Medikamentosa
OAT kategori I fase lanjutan dilanjutkan
Injeksi Transamin 1 ampul/8 jam
Injeksi vitamin K 1 ampul/8 jam
Transfusi PRC 2 kolf/hari sampai Hb 10 g/dl
Injeksi Ceftriaxone 2 g/24 jam
Injeksi Ondansentron 1 ampul/8 jam (jika perlu)
Codein 3x20 mg
Non Medikamentosa
IVFD NaCl 16 tpm
Diet TKTP
MONITORING
Keluhan
Tanda vital
DL post transfusi
Efek samping OAT

PROGNOSIS
Ad Vitam : Dubia ad Bonam
Ad Functionam : Dubia ad Bonam
Ad Sanactionam : Dubia ad Bonam
Follow Up
Follow Up
Follow Up
Follow Up
Pendahuluan
Epidemologi
Dalam laporan WHO tahun 2013 diperkirakan terdapat 8.6
juta kasus TB pada tahun 2012 dimana 1.1 juta orang (13%)
di antaranya adalah pasien dengan HIV positif.
Etiologi
M. Tuberkulosis termasuk ke dalam famili
Mycobacteriaceae dan ordo
Actinomycetales.
M. tuberkulosis adalah bakteri aerobik
berbentuk basil, tidak membentuk spora,
tipis dengan ukuran 0,5 m sampai 3 m
bersifat tahan asam
tahan terhadap suhu rendah sehingga
dapat bertahan hidup dalam jangka
waktu lama pada suhu antara 4oC
sampai -70oC
kuman sangat peka terhadap panas,
sinar matahari dan sinar ultaraviolet
mati dalam waktu beberapa menit.
dalam dahak pada suhu antara 30-37oC
akan mati dalam waktu 1 minggu
kuman bersifat dormant

ETIOLOGI
Patogenesis
Manifestasi Klinis
Tuberkulosis Parenkim Paru

Demam
Keringat pada malam hari
Penurunan berat badan.
Batuk bisa produktif atau tidak,
sputum dapat berupa mukoid,
mukopurulen, atau batuk darah.
Nyeri dada, yang melibatkan
subpleural
Dispnea
Tuberkulosis Endobronkial

Gejalanya seperti pada TB paru, pada


pemeriksaan ditemukan suara
wheezing dan dispnea. lebih banyak
ditemukan pada perempuan,
dibanding dengan laki-laki dengan
rasio perempuan 1: 2.
Tuberkulosis Endobronkial
Setelah infeksi pertama kali, kelenjar
getah bening regional membentuk
bagian dari kompleks primer (Ghon).
Gejalanya mirip jenis TB paru yang lain,
meski batuknya jarang produktif atau
sputum disertai dengan bercak darah.
Pembesaran kelenjar getah bening
peri-hilar dan / atau paratrakea dapat
menyumbat jalan napas yang besar,
membentuk abses dingin dengan
demam tinggi yang persistent, atau
melibatkan struktur anatomi sekitarnya
seperti perikardium yang
menyebabkan perikarditis TB
Tuberkulosis Pleura
Gambaran khas penyakit ini berupa
demam, batuk dan nyeri dada
pleuritik. TB pleura dapat mengkuti
infeksi primer kasus baru atau hasil
reaktivasi. Efusi pleura pada infeksi
primer bersifat terbatas.
Efusi pleura TB biasanya unilateral
dengan ukuran yang bervariasi.
Peningkatan kadar adenosine
deaminase (ADA) mengindikasi
adanya TB pleura;
Gejala klinis spesifik terkait organ
a. Tuberkulosis kelenjar (terbanyak di daerah leher atau regio colli):
Pembesaran KGB multipel (>1 KGB), diameter 1 cm, konsistensi kenyal, tidak nyeri, dan
kadang saling melekat atau konfluens.
b. Tuberkulosis otak dan selaput otak:
Meningitis TB: Gejala-gejala meningitis dengan seringkali disertai gejala akibat
keterlibatan saraf-saraf otak yang terkena.
Tuberkuloma otak: Gejala-gejala adanya lesi desak ruang.
c. Tuberkulosis sistem skeletal:
Tulang belakang (spondilitis): Penonjolan tulang belakang (gibbus).
Tulang panggul (koksitis): Pincang, gangguan berjalan, atau tanda peradangan di
daerah panggul.
Tulang lutut (gonitis): Pincang dan/atau bengkak pada lutut tanpa sebab yang jelas.
Tulang kaki dan tangan (spina ventosa/daktilitis)
d. Skrofuloderma:
Ditandai adanya ulkus disertai dengan jembatan kulit antar tepi
ulkus (skin bridge).
e. Tuberkulosis mata:
Konjungtivitis fliktenularis (conjunctivitis phlyctenularis).
Tuberkel koroid (hanya terlihat dengan funduskopi).
f. Tuberkulosis organ-organ lainnya, misalnya peritonitis TB, TB ginjal
dicurigai bila ditemukan gejala gangguan pada organ-organ
tersebut tanpa sebab yang jelas dan disertai kecurigaan adanya
infeksi TB.
Diagnosa Tuberkulosis Paru
Pemeriksaan Pemeriksaan GeneXpert
Mikroskopis Biakan Untuk
Langsung Pasien TB menentukan
Ekstraparu resistensi
Sewaktu
TB anak terhadap
Pagi rimfapisin
Sewaktu TB dengan BTA (-)
Gambar 5. a Rontgen dada menunjukkan gambaran kavitas (panah putih) dan opasitasn pada lobus superior
(panah merah kecil) pada pria berusia 46 tahun. b Rontgen dada dengan gambaran milier pada wanita berusia 49
tahun. c Gambaran Magnetic resonance image (MRI) seroang perempuan berusia 35 tahun dengan TB spinal,
menunjukkan kerusakan pada corpus vertebra toraks (T8 dan T9) dengan kompresi pada sumsum tulang belakang.
d Pencitraan dengan MRI menunjukkan tuberkuloma (panah putih besar), enhancement meningeal pada bagian
basal (panah merah kecil) dan hidrosefalus (panah biru) pada anak berusia 2 tahun dengan meningitis
tuberkulosis6.
Kriteria Pasien TB

Pasien TB berdasarkan hasil


Pasien TB terdiagnosis secara Klinis:
konfirmasi pemeriksaan Bakteriologis
Pasien TB paru BTA positif Pasien TB paru BTA negatif dengan
Pasien TB paru hasil biakan M.tb hasil pemeriksaan foto toraks
positif mendukung TB.
Pasien TB paru hasil tes cepat M.tb Pasien TB ekstraparu yang
positif terdiagnosis secara klinis maupun
Pasien TB ekstraparu terkonfirmasi laboratoris dan histopatologis tanpa
secara bakteriologis, baik dengan konfirmasi bakteriologis.
BTA, biakan maupun tes cepat dari TB anak yang terdiagnosis dengan
contoh uji jaringan yang terkena. sistim skoring.
TB anak yang terdiagnosis dengan
pemeriksaan bakteriologis
Klasifikasi berdasarkan riwayat
pengobatan sebelumnya
Pasien Baru TB
pasien yang belum pernah mendapatkan pengobatan
TB sebelumnya atau sudah pernah menelan OAT namun
kurang dari 1 bulan ( dari 28 dosis).

Pasien yang pernah diobati TB


pasien yang sebelumnya pernah menelan OAT selama 1
bulan atau lebih ( dari 28 dosis). Pasien ini selanjutnya
diklasifikasikan berdasarkan hasil pengobatan TB terakhir
Terapi

Pasien yang diobati


Pasien kambuh lost to follow-up
kembali setelah gagal
pasien TB yang pasien TB yang pasien yang pernah
pernah dinyatakan pernah diobati dan diobati dan
sembuh atau dinyatakan gagal dinyatakan lost to
pengobatan lengkap pada pengobatan follow up (klasifikasi ini
dan saat ini terakhir. sebelumnya dikenal
didiagnosis TB sebagai pengobatan
berdasarkan hasil pasien setelah putus
pemeriksaan berobat /default).
bakteriologis atau
klinis (baik karena
benar-benar kambuh
atau karena reinfeksi).
Klasifikasi berdasarkan hasil
pemeriksaan uji kepekaan obat
Mono resistan (TB Multi drug resistan Extensive drug Resistan Rifampisin
Poli resistan (TB PR)
MR): (TB MDR): l resistan (TB XDR (TB RR)
resistan terhadap resistan terhadap Resistan terhadap TB MDR yang resistan terhadap
salah satu jenis lebih dari satu Isoniazid (H) dan sekaligus juga Rifampisin
OAT lini pertama jenis OAT lini Rifampisin (R) resistan terhadap dengan atau
saja pertama selain secara salah satu OAT tanpa resistensi
Isoniazid (H) dan bersamaan golongan terhadap OAT
Rifampisin (R) fluorokuinolon lain yang
secara dan minimal terdeteksi
bersamaan salah satu dari menggunakan
OAT lini kedua metode genotip
jenis suntikan (tes cepat) atau
(Kanamisin, metode fenotip
Kapreomisin dan (konvensional).
Amikasin)
Pengobatan Tuberkulosis
panduan OAT yang tepat mengandung minimal 4 macam obat untuk
mencegah terjadinya resistensi
dosis yang tepat

Prinsip teratur dan diawasi secara langsung oleh PMOs ampai selesai pengobatan
terbagi dalam tahap awal serta tahap lanjutan untuk mencegah kekambuhan

Tahap awal: pengobatan diberikan setiap hari, secara efektif menurunkan jumlah
kuman yang ada dalam tubuh dan meminimalisir resisten pengobatan.
Pengobatan tahap awal pada semua pasien baru, diberikan selama 2 bulan,
Tahapan daya penularan menurun setelah pengobatan selama 2 minggu.
Tahap lanjutan: tahap yang penting untuk membunuh sisa kuman yang masih
ada dalam tubuh khususnya kuman persister sehingga pasien dapat sembuh dan
mencegah terjadinya kekambuhan, harus diberikan selama 4 bulan.
Pengobatan Tuberkulosis
DOSIS (MG/KG) DOSIS (MG/KG)
JENIS OAT SIFAT
HARIAN 3 X SEMINGGU

5 10
Isoniazid (H) Bakterisid (4-6) (8-12)
Max : 300 Max : 900

10 10
Rifampisin (R) Bakterisid (8-12) (8-12)
Max : 600 Max : 600

25 35
Pyrazinamide (Z) Bakterisid
(20-30) (30-40)

15
Steptomycin (S) Bakterisid -
(12-18)

15 30
Ethambutol (E) Bakteriostatik
(15-20) (20-35)
Pengobatan Tuberkulosis

Kategori 1 : 2(HRZE)/4(HR)3 atau 2(HRZE)/4(HR)


Paduan OAT ini diberikan untuk pasien baru:
Pasien TB paru terkonfirmasi bakteriologis
Pasien TB paru terdiagnosis klinis
Pasien TB ekstra paru
Kategori 2: 2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3 atau 2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)E
Paduan OAT ini diberikan untuk pasien BTA positif yang pernah diobati
sebelumnya (pengobatan ulang):
Pasien kambuh
Pasien gagal pada pengobatan dengan paduan OAT kategori 1
sebelumnya
Pasien yang diobati kembali setelah putus berobat (lost to follow-up)
Pemeriksaan dahak ulang untuk pemantauan hasil
pengobatan
Tatalaksana pasien yang berobat tidak teratur
Hasil pengobatan pasien TB
Hasil
Definisi
pengobatan
Pasien TB paru dengan hasil pemeriksaan bakteriologis positif pada awal
Sembuh pengobatan yang hasil pemeriksaan bakteriologis pada akhir pengobatan menjadi
negatif dan pada salah satu pemeriksaan sebelumnya.
Pasien TB yang telah menyelesaikan pengobatan secara lengkap dimana pada salah
Pengobatan
satu pemeriksaan sebelum akhir pengobatan hasilnya negatif namun tanpa ada
lengkap
bukti hasil pemeriksaan bakteriologis pada akhir pengobatan.
Pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau kembali menjadi positif
pada bulan kelima atau lebih selama pengobatan atau kapan saja apabila selama
Gagal
dalam pengobatan diperoleh hasil laboratorium yang menunjukkan adanya
resistensi OAT
Pasien TB yang meninggal oleh sebab apapun sebelum memulai atau sedang dalam
Meninggal
pengobatan
Putus
berobat Pasien TB yang tidak memulai pengobatannya atau yang
(loss to pengobatannya terputus selama 2 bulan terus menerus atau lebih
follow-up)
Pasien TB yang tidak diketahui hasil akhir pengobatannya.
Tidak Termasuk dalam kriteria ini adalah pasien pindah (transfer out) ke
dievaluasi kabupaten/kota lain dimana hasil akhir pengobatannya tidak diketahui oleh
kabupaten/kota yang ditinggalkan.
Efek samping OAT dan penatalaksanaannya
Apabila pasien mengeluh gatal tanpa rash dan tidak ada penyebab lain,
dianjurkan untuk memberikan pengobatan simtomatis dengan antihistamin
serta pelembab kulit.
Drug Challengin :
Setelah reaksi dapat diatasi, OAT diberikan kembali secara bertahap satu
persatu dimulai dengan OAT yang kecil kemungkinannya dapat
menimbulkan reaksi (H atau R) pada dosis rendah misal 50 mg Isoniazid.
Dosis OAT tersebut ditingkatkan secara bertahap dalam waktu 3 hari.
Apabila tidak timbul reaksi, prosedur ini dilakukan kembali dengan
menambahkan 1 macam OAT lagi.
Jika muncul reaksi setelah pemberian OAT tertentu, menunjukkan bahwa
OAT yang diberikan tersebut adalah penyebab terjadinya reaksi pada kulit
tersebut.
Apabila telah diketahui OAT penyebab reaksi dikulit tersebut,
pengobatan dapat dilanjutkan tanpa OAT penyebab tersebut.
TERIMA KASIH

Vous aimerez peut-être aussi