Vous êtes sur la page 1sur 13

PORIFERA

Nama kelompok :
Nur Hikmah 14330044
Irma Julyani 14330049
Sarah Octavian 14330050
Mely Dwi S 14330061
Dwi Fatimah 14330063
Latar Belakang
Di Indonesia sendiri merupakan salah satu Negara
terbesar yang memiliki beraneka ragam hayati
maupun hewani. Salah satu contoh keanekaragaman
hayati laut yang sangat beraneka ragam adalah sponge.
Keberadaan sponge pada ekosistem laut merupakan
indikator yang sangat potensial untuk pengembangan
pesisir dan pulau- pulau kecil (Haris, 2013). Sehingga
studi tentang ekologi sponge sangat penting untuk
mengkaji status keberadaan dan peran-peran sponge
pada produktifitas dan stabilitas ekosistem pesisir.
Spons (porifera) merupakan biota laut multi sel
yang fungsi jaringan dan organnya sangat
sederhana. Habitat spons umumnya adalah
menempel pada pasir, batu-batuan dan karang-
karang mati.

Spons merupakan hewan laut yang dapat


menghasilkan senyawa bioaktif yang bermanfaat
sebagai antibiotik, antijamur, anti virus, anti
kanker, anti inflamasi, dan antioksidan.
Habitat spons yang melekat pada pasir atau
bebatuan menyebabkan hewan ini sulit untuk
bergerak. Untuk mempertahankan diri dari
serangan predator dan infeksi bakteri pathogen,
spons mengembangkan system "biodefense"
Karakteristik Porifera
Adapun karakteristik sponge secara umum adalah
memiliki bentuk tubuh yang tidak simetris, tubuh
terdiri atas banyak sel, sedikit jaringan dan tidak ada
organ tubuh. Sel dan jaringan mengelilingi suatu
ruang yang berisi air tetapi sebenarnya tidak memiliki
rongga tubuh, dan tidak memiliki sistem saraf.
Tubuh sponge terdiri dari jelly seperti mesohyl
yang terjepit di antara dua lapisan tipis sel. Sponge
memiliki ciri yaitu tubuhnya berpori seperti busa. Di
dalam tubuhnya terdapat rongga tubuh yang disebut
spongosol.
Pada perairan yang
lebih dalam sponge
cenderung memiliki
tubuh yang lebih simetris
dan lebih besar sebagai
akibat dari lingkungan
yang lebih stabil apabila
dibandingkan dengan
jenis yang sama yang
hidup pada perairan yang
dangkal (Bergquist, Struktur sel sponge yang paling sederhana;
a) oskulum; b) sel penutup; c) sel amoebosit;
1978). d) sel pori (porosity); e) pori saluran masuk (ostia);
f) telur; g) spikula triaxon; h) mesohil;
i) sel mesenkin; j) bulu cambuk (flagella);
k) sel kolar (choanocytes); l) sklerosit; dan
m) spikula monoaxon (Amir, 1996).
Klasifikasi Porifera
1.Hexactinellida (Hyalospongiae)
Kelas Hexactinellida sering disebut
dengan sponge gelas, dan
kebanyakan hidup di laut dalam dan
tersebar luas. Spikulanya terdiri dari
silikat. Ujung spikula berjumlah
enam seperti bintang, dimana
masing-masing bidang terdapat dua
jari-jari. Tubuhnya kebanyakan
berwarna pucat dengan bentuk vas
bunga atau mangkuk. Tinggi
tubuhnya rata-rata 10-30 cm dengan Contoh Hexactinellida adalah
Euplectella (Amir, 1996)
saluran tipe sikonoid.
2. Demospongiae

Demospongiae adalah kelompok


sponge yang paling dominan diantara
beberapa kelas sponge yang lain.
Tubuh sponge ini berwarna cerah
karena mengandung pigmen yang
terdapat pada amoebosit. Fungsi
warna diduga untuk melindungi
tubuhnya dari sinar matahari.
Spikulanya ada yang terdiri dari
silikat dan ada dari beberapa ordo
yaitu Dictyoceratida, Dendroceratida
dan Verongida spikulanya hanya
terdiri serat spongin, dan serat contoh Demospongiae
adalah Stylotella aurantium.
kollagen. Bentuk tubuh sponge ini
tidak beraturan dan banyak yang
bercabang.
3. Calcarea (Calcisspongiae)
Calcarea merupakan sponge yang
kesemua anggota kelasnya hidup di
laut. Sponge ini mempunyai
struktur sederhana dibandingkan
jenis lainnya. Spikula terdiri dari
kalsium karbonat dalam bentuk
calcite dan tidak akan berdiri tegak
tanpa adanya spikula atau sponging
yang membentuk kerangka untuk
menopang tubuhnya sehingga
memungkinkan adanya saluran dan
ruangan berflagela. Tubuhnya contohnya yaitu sycon (Amir, 1996)
kebanyakan berwarna pucat dengan
bentuk seperti vas bunga, dompet,
kendi, atau silinder.
Senyawa Bioaktif Pada Porifera
1. Senyawa Antimikroba
Substansi antimikroba adalah senyawa kimia yang dapat
menghambat pertumbuhan mikroorganisme tertentu. Sifat
penghambatan ini dimanfaatkan dalam farmakologi sebagai
obat terhadap penyakit yang umumnya disebabkan oleh
mikroorganisme seperti bakteri, yeast dan jamur.
2. Senyawa Antikanker
Beberapa senyawa yang berhasil diisolasi dari biota spons
telah terbukti menghambat pertumbuhan sel kanker, berikut
adalah senyawa-senyawa antikanker yang ditemukan:
a) Spongouridin dan spongothymidine
Adalah senyawa yang disintesa dari spons Cryptotetis
crypta yang mempunyai keaktifan sitotoksik terhadap sel
karsinoma pada manusia.
b) Avarol dan avaron
Adalah senyawa yang mempunyai keaktifan
menghambat virus HIV.
c) Adociaquinon B
Diisolasi dari spons Xestospongia sp.,
Senyawa ini aktif dalam menghambat
pertumbuhan sel tumor manusia
Ekologi Sponge
Menurut Duckworth (2003), parameter oseanografi yang
sangat mempengaruhi pertumbuhan sponge adalah silikat,
nutrien, bahan organik terlarut (BOT), suhu dan salinitas.
Pertumbuhan sponge sangat dipengaruhi oleh kedalaman air,
struktur dasar, arus air, suhu, level nutrien dan sedimentasi.

Arus air yang lewat melalui sponge membawa serta zat buangan
dari tubuh sponge, maka penting agar air yang keluar melalui
oskulum dibuang jauh dari badannya, karena air ini tidak berisi
makanan lagi, tetapi mengandung asam karbon dan sampah
nitrogen yang beracun bagi hewan tersebut sehingga penting
bagi sponge untuk hidup dalam air bersirkulasi (Storr, 1976).
KESIMPULAN
Sponge melekat di habitat pasir atau bebatuan
sehingga membuat sponge tidak dapat bergerak
seperti hewan pada umumnya. Beberapa
manfaat dari sponge adalah sebagai antikanker,
antibakteri, antitumor, antiinflamasi,
antifeedan, dan masih terdapat banyak lagi
manfaat dari sponge.

Vous aimerez peut-être aussi