Vous êtes sur la page 1sur 22

PEMILIHAN SUMBER

PEMBIAYAAN
(BAGIAN 2)

L/O/G/O
FACTORING, LEASING, DAN
HYBRID FINANCIAL
INSTRUMENT

L/O/G/O
kelompok 5

MEGA CANTIK WA ODE IRMA SARI


Factoring (Anjak Piutang)
Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor
84/PMK.012/2006 Tentang Perusahaan Pembiayaan pasal 1 (e)
bahwa Anjak Piutang (Factoring) adalah kegiatan pembiayaan
dalam bentuk pembelian piutang dagang jangka pendek suatu
perusahaan berikut pengurusan atas piutang tersebut.

Kegiatan melakukan penjualan piutang ke pihak lain.


Alasan perusahaan melakukan
anjak piutang

Bisa jadi hal ini merupakan


satu-satunya sumber untuk
memperoleh kas.

Waktu dan biaya yang


dikeluarkan untuk penagihan
memakan waktu yang lama
dan biaya yang besar.
Nasabah Perusahaan Debitur
Anjak
Piutang

Pelaku Anjak Piutang


Jenis-jenis anjak piutang
(Factoring)
1. Berdasarkan pemberitahuan
a. Disclosed
b. Undisclosed
2. Berdasarkan penangungan risiko
a. With Recourse
b. Without Recourse
3. Berdasarkan pelayanan pelanggan
a. Full servise factoring
b. Resource factoring
c. Bulk factoring
d. Maturity factoring
e. Advance payment
4. Berdasarkan wilayah
a. Domestic factoring
b. International factoring
Skema Transaksi Dalam
Aktivitas Anjak Piutang
Perpajakan untuk Anjak Piutang
Dari sisi Factor
Pajak Penghasilan
Penghasilan dari perusahaan anjak piutang yang dilakukan
oleh perusahaan pembiayaan, tidak dikenakan pemotongan Pajak
Penghasilan Pasal 23 oleh perusahaan yang membayarkan.
Pajak Pertambahan Nilai
Penyerahan Jasa Anjak Piutang terutang Pajak Pertambahan
Nilai adalah sebesar 10% x 5% x jumlah seluruh imbalan yang
diterima berupa service charge, provisi, dan diskon yang terutang
pada saat penandatanganan Perjanjian Pembiayaan.

Dari sisi Klien


Pajak Penghasilan
Klien tidak boleh memotong pajak penghasilan pasal 23 yang
terutang oleh factor
Pajak Pertambahan Nilai
Penyerahan Jasa Anjak Piutang terutang Pajak Pertambahan
Nilai sebesar 10%x5%xJumlah seluruh imbalan
Definisi SGU baik dari sudut pandang akuntansi
komersial maupun PPh relatif sama. Leasing atau sewa-
guna-usaha adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk
penyediaan barang modal baik secara sewa-guna-usaha
dengan hak opsi rnaupun sewa-guna-usaha tanpa hak
opsi untuk digunakan oleh lessee selama jangka waktu
tertentu berdasarkan pembayaran secara berkala.
Pihak-pihak yang terkait dalam
Anjak Piutang :

lessee lessor

Mekanisme dalam sewa guna usaha


1. finance lease

2. operating lease
SEWA GUNA USAHA TANPA HAK
OPSI (OPERATING LEASE)

Suatu sewa Guna Usaha (leasing) digolongkan sebagai sewa


Guna Usaha (SGU) tanpa hak opsi (Operating Lease) apabila
memenuhi semua kriteria berikut :
Jumlah pembayaran Sewa Guna Usaha selama masa Sewa
Guna Usaha pertama tidak dapat menutupi harga perolehan
barang modal yang di-Sewa Guna Usahakan ditambah
keuntungan yang diperhitungkan oleh Lessor ;
Perjanjian Sewa Guna Usaha tidak memuat ketentuan
mengenai opsi bagi Lesee.
Perlakuan perpajakan bagi
penyewa (Lessee)
Jumlah biaya sewa yang dibayar / terutang pada tahun
tersebut boleh menjadi pengurang penghasilan (Deductible
Expense).
Lessee tidak boleh menyusutkan barang modal, karena
barang masih milik lessor.
Lessee memotong PPh Pasal 23 setiap kali membayar sewa
kepada lessor dengan tarif 6% jika barang modal yang
disewakan selain tanah dan bangunan serta 10% jika barang
modalnya berupa barang dan bangunan.
Perlakuan perpajakan bagi yang
menyewakan (Lessor) :
Seluruh pembayaran sewa yang diterima atau diperoleh oleh
lessor merupakan objek PPh Pasal 23.
Lessor berhak menyusutkan barang modal yang di-SGU-kan
karena kepemilikan barang ada di tangan lessor.
Lessor memungut pajak pertambahan nilai (PPN) jasa sewa
yang diberikan.
Contoh kasus :
Lessor PT ABC meng-SGU-kan mesin golongan II
dengan harga. pokok Rp 200.000.000,00 kepada PT
DEF (Lessee). Jangka waktu leasing 24 bulan dan nilai
sisa barang setelah periode leasing adalah nihil. Dalam
kontrak SGU tidak tercantum klausula pilihan bagi
lessee untuk membeli mesin tersebut dengan harga
murah pada akhir periode SGU. Pembayaran per bulan
Rp8.000.000,00.
Perlakuan Pajaknya sebagai berikut :

Jumlah seluruh pembayaran yang akan diterima lessor PT ABC sebesar Rp


8.000.000,00 x 24 bulan = Rp 192.000.000,00. jumlah tersebut lebih kecil dari
jumlah pokok mesin sebesar Rp 200.000.000,00. Selain itu tidak ada klausa
pilihan bagi penyewa untuk memiliki mesin tersebut pada akhir periode leasing.
Oleh karena itu SGU ini tergolong SGU tanpa hak opsi (Operating Lease) atau
sewa menyewa biasa .

Lessor : PT ABC Lessor : PT ABC


Menerima pendapat sewa setiap bulan = Membayar sewa = 8.000.000
8.000.000
Memungut PPN 10% = 800.000 Membayar PPN = 800.000
Dipotong PPh 23 = (480.000) Memotong PPh 23 = (480.000)

Diterima dari Lessee = 8.320.000 Dibayar ke Lessor = 8.320.000

Menyusutkan mesin per tahun =


50.000.000
SEWA GUNA USAHA DENGAN HAK
OPSI (FINANCE LEASE)
Menurut ketentuan pajak kegiatan SGU akan digolongkan sebagai SGU
dengan hak opsi (Finance Lease) apabila memenuhi criteria berikut :
1. Jumlah pembayaran SGU selama masa SGU pertama ditambah
dengan nilai sisa barang modal, harus menutup harga perolehan
barang modal dan keuntungan lessor;
2. Masa Sewa Guna Usaha ditetapkan sekurang kurangnya 2 tahun
untuk barang mudal Golongan I, 3 tahun untuk barang modal
Golongan II dan III, dan 7 tahun untuk golongan bangunan;
Dalam hal Lessor dan Lessee membuat perjanjian.Sewa Guna Usaha
dengan opsi (Finance Lease) namun massanya tidak memenuhi
ketentuan tersebut diatas, maka perlakuan Pajak Pertambahan Nilai
yang diberikan terhadap perjanjian tersebut sama dengan perlakuan
Pajak Pertambahan Nilai terhadap perjanjian SGU tanpa hak
opsi (Operating Leasse).
Perlakuan Perpajakan bagi
Lessor
1. Penghasilan lessor yang menjadi objek PPh adalah seluruh
pembayaran SGU angsuran pokok (bungan + administration fee) .
2. Lessor tidak boleh menyusutkan barang modal yang di SGU kan.
3. Lessor dapat membentuk Cadangan Piutang Ragu-Ragu sebesar
2,5% dari rata-rata saldo awal dan akhir piutang SGU.
4. Kerugian piutang SGU yang nyata-nyata tidak dapat ditagih
dibebankan pada akun Akumulasi Cadangan Penghapusan Piutang
tahun yang bersangkutan.
5. Besarnya angsuran PPh pasal 25 bagi lessor dihitung berdasarkan
laporan triwulan yang disetahunkan. Perusahaan Lessing,
sebagaimana usaha pembiayaan lainnya.
6. Jasa pembiayaan SGU dengan hak opsi tidak terutang PPN. Tetapi
penyerahan barang dari lessor ke lessee terutang PPN.
Perlakuan Perpajakan Bagi Lessee

1. Lessee tidak boleh menyusutkan barang modal yang


diterima. Dengan alasan yang sama seperti alasan
mengapa lessor tidak boleh menyusutkan barang leasing.
2. Seluruh pembayaran leasing (angsuran plus bunga dan
biaya administrasi) boleh menjadi pengurang (Deductible
Expense).
3. Lessee tidak boleh memotong PPh 23 atas pembayaran
angsuran leasing kepada lessor.
Contoh kasus :
Lessor PT ABC meng-SGU-kan mesin golongan II (masa manfaat 8 tahun)
dengan harga pokok Rp 200.000.000,00 kepada PT DEF (lessee). Jangka
waktu leasing 36 bulan dan nilai sisa barang setelah periode leasing adalah
nihil. Dalam kontrak SGU tercantum klausa pilihan bagi lessee untuk
membeli mesin tersebut dengan harga murah pada akhir periode SGU.
Pembayaran per bulan Rp 8.000.000,00 terdiri dari pelunasan pokok
hutang leasing sebesar Rp 5.555.555,00 dan bunga Rp 2.444.445,00.

Perlakuan pajaknya sebagai berikut :


Jumlah seluruh pembayaran yang akan diterima lessor PT ABC sebesar
Rp 8.000.000,00 x 36 bulan = Rp 288.000.000,00. jumlah tersebut
dapat menutupi harga pokok mesin sebesar Rp 200.000.000,00 dan nilai
sisa barang setelah periode leasing. Selain itu terdapat klausa pilihan
bagi penyewa untuk memiliki mesin tersebut. Jangka waktu leasing
adalah 3 tahun (36 bulan) sedangkan barang termasuk golongan II. Hal
ini memenuhi syarat Finance Lease karena untuk barang golongan II
jangka waktu leasing minimal 3 tahun. Oleh karena ke-3 syarat
terpenuhi maka SGU ini tergolong SGU dengan hak opsi (Finance
Lease).
Lessor : PT ABC :
Mencatat piutang Leasing sebesar = Rp 288.000.000
Menerima pendapatan bunga / bulan = Rp 2.444.445
Menerima pelunasan pokok / bulan = Rp 5.555.555
Jumlah yang diterima = Rp 8.000.000
Tidak menyusutkan mesin;

Mendebet Biaya Penyisihan Piutang Leasing 2,5% dari saldo piutang


leasing (Deductible Expense).

Lessee : PT DEF :
Membayar leasing = Rp 8.000.000,00 (Deductible Expense)
Tidak menyusutkan mesin;
Tidak memungut PPh Pasal 23.
Thank You!
www.themegallery.com

L/O/G/O

Vous aimerez peut-être aussi