Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
ABSES SEREBRI
PEMBIMBING :
DR. HARDHI PRANATA, SP.S, MARS
Yeni Notanubun
IDENTITAS PASIEN
Nama : Nn. K
Usia : 18 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Pelajar
Alamat : jl. Kramat Kwitang
Status menikah : Belum menikah
Tanggal masuk : 27 Oktober 2017
Tgl pemeriksaan : 31 oktober 2017
Dirawat ke : 3 (Tiga)
ANAMNESIS
Autoanamnesa pada tanggal tanggal 31 Agustus 2017
Keluhan Keluhan
Utama Tambahan
Kejang sejak 2 jam Tidak ada
sebelum masuk
rumah sakit (SMRS)
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke IGD RSPAD dengan kejang sejak 2 jam SMRS, kejang terjadi
kelonjotan seluruh tubuh, mata mendelik ke atas, kejang terjadi sebanyak 3 kali
dengan lama kejang 10-15 menit. Setelah kejang pasien tidak sadarkan diri. Sebelum
kejang pasien merasakan nyeri kepala yang hebat . nyeri kepala dirasakan perlahan-
lahan, timbul terus-menerus dan menetap serta semakin memberat. Sakit kepala
dirasakan berdenyut dan lebih terasa pada kepala bagian depan. Pasien sudah minum
obat nyeri kepala namun nyerinya tidak membaik. Pasien mengeluh Mual dan muntah.
Muntah pertama kali ketika pasien merasakan sakit kepala yang hebat. Pasien juga
mengalami demam yang hilang timbul. Bicara pelo dan kesulitan menelan tidak ada.
Pasien mengatakan ini adalah kejang ke-3 kalinya. Kejang pertama terjadi 3 bulan
yang lalu dan kejang kedua terjadi 2 bulan yang lalu. Ketika kejang pasien dirawat di
RS yang berbeda dan diterapi selama dirawat.
Pasien mengeluh kedua kaki terasa lemah awalnya pasien dapat berjalan namun
semakin lama pasien merasa semakin lemah, kesemutan dan tidak kuat untuk
berjalan.
Riwayat Penyakit Sekarang
5 bulan yang lalu Terdapat benjolan di punggung pasien semakin lama benjolan
semakin besar dan nyeri. Benjolan kira- kira 7cm. Pasien juga mengatakan terdapat
benjolan di leher sebelah kanan namun sudah di sedot. Benjolan yang lain muncul
juga di daerah leher sebelah kanan bagian yang lain, ketiak kanan dan kiri,
selangkangan kanan dan di kaki kanan bagian dalam.
4 Tahun yang lalu, Pasien mengatakan pernah batuk yang lama kira- kira lebih dari 3
minggu dan tidak sembuh. Pasien mengatakan selama batuk pasien hanya minum
obat batuk OBH namun tidak sembuh. Pasien juga mengeluh keringat pada malam
hari. Kemudian pasien pergi berobat ke dokter dan diberikan obat Paru. Namun
pasien tidak melanjutkan minum obat dengan alasan pasien tinggal jauh dari Rumah
sakit.
Saat ini pasien mengatakan terjadi penurunan berat badan sebanyak 10 kg dalam 3
bulan terakhir. Riwayat trauma disangkal oleh pasien. Nafsu makan menurun. Bab dan
bak pasien tidak ada keluhan.
Riwayat penyakit dahulu
Hipertensi : tidak ada
Diabetes Melitus : tidak ada
Sakit Jantung : tidak ada
Trauma Kepala : tidak ada
Sakit Kepala sebelumnya : tidak ada
Kegemukan : tidak ada
Riwayat Penyakit keluarga Riwayat Ekonomi dan Sosial
Kanan Kiri
Hipotrofi Hipotrofi
4444 4444
Hipotonus Hipotonus
Refleks Permukaan :
- Dinding Perut : (-)
- Cremaster : tidak dilakukan
- spincter anii : tidak dilakukan
PEMERIKSAAN LAB
HASIL Nilai Rujukan
Jenis Pemeriksaan
27 /10/ 2017
HEMATOLOGI RUTIN
Hemoglobin 10.7 12 - 16 g/dL
Hematokrit 33 % 37-47%
MCV 73 80-96 fL
MCH 24 27-32 pg
Kimia Klinik
Ureum 17 20 - 50 mg/dl
Motorik
Hipotrofi Hipotrofi
4444 4444
Hipotonus Hipotonus
Refleks fisiologis: Refleks KPR dan APR dextra dan sinistra menurun
Refleks patologis: negatif
Pemeriksaan penunjang ditemukan:
Pemeriksaan lab: hb 10.7 g/dl, ht: 33%, leukosit 11810/ul, trombosit
428000/ul , MCV 73fl, MCH24 pg, ureum 17mg/dl, kreatinin 0.4 mg/dl,
Mg 2.24mEq/L
Foto thoraks: infiltrat di kedua lapang paru sugestif, ec spesifik proses.
CT-Scan kepala dengan dan tanpa kontras: multiple abses disertai
oedem tersebar difus pada parenkim intrakranial menyebabkan edema
serebri.
Pada MRI thorakal ditemukan: Destruksi korpus vetebra Th5- Th12
terutama pada korpus sisi anterior disertai discitis dan abses
paravetebra sisi anterior sepanjang level Th 5- Th12 dan sisi posterior
level Th7- Th9 dan Th10- Th12, menyebabkan stenosis kanalis spinalis
dan myelopathy sepanjang level Th7- Th9 dan Th 10-Th12 sesuai
spondylitis Tb.
DIAGNOSIS
Klinis : Paraparese inferior tipe LMN, Kejang tonik
klonik
Topis : Hemisfer cerebri dextra dan sinistra, Medula
spinalis setinggi Th5 Th12
Etiologis : Abses serebri, TB Pulmonal, Spondilitis TB
TATALAKSANA
Medikamentosa Non-medikamentosa
IVFD : Asering 20 tpm Konsul penyakit dalam untuk mengobati TB
Injeksi : paru dan Spondyliitis
Fenitoin : 3 x 100 mg Edukasi kepada pasien tentang penyakit dan
Diazepam 1 x 10 mg pengobatan yang diberikan.
Meropenem 3x1gr
Peroral:
Prednison 5mg 3x3 ( tappring off)
Asam Folat 1x1 tab
KSR 2x1 tab
PEMERIKSAAN ANJURAN
Kultur darah
kultur dari abses otak
Serologis
Test CD4 dan HIV
PROGONOSIS
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
Quo ad sanationam : dubia ad bonam
Quo ad cosmeticum : dubia ad bonam
Analisis Kasus
Diagnosis Abses cerebri diperoleh berdasarkan anamnesis dan
pemeriksaan fisik serta pemeriksaan penunjang.
Dari anam: didapatkan kejang kelonjotan seluruh tubuh, mata mendelik
ke atas, kejang terjadi sebanyak 3 kali dengan lama kejang 10-15
menit.
hal ini menandakan adanya peningkatan tekanan intrakranial karena
pertumbuhan dari massa, namun disamping itu juga dipikirkan adanya
infeksi yang berjalan dalam otak disertai dengan demam.
Dengan semakin besarnya abses otak gejala menjadi khas
berupa trias abses otak yang terdiri dari gejala infeksi
(demam, leukositosis), peninggian tekanan intracranial
(sakit kepala, muntah proyektil, papil edema) dan gejala
neurologik fokal (kejang, paresis, ataksia, afaksia). Pada
pasien ini ditemukan sakit kepala yang hebat, terdapat
muntah dan juga kejang berupa tonik klonik. Hal ini
mengarah pada trias abses otak.
Pada kasus ini pasein ditemukan adanya riwayat TB dan
spondilitis TB yang kemungkinan penyebab terjadinya abses
cerebri berasal dari infeksi paru sistemik yang penyebarannya
secara hematogen dan limfogen. Abses serebri adalah
kumpulan bahan supuratif pada parenkim otak yang
disebabkan oleh bakteri piogenik, yang tersering adalah
bakteri aerob. Abses ini dapat terjadi dalam bentuk tunggal
atau multipel pada otak atau medula spinalis.
Pada pasien terdapat kedua kaki terasa lemah dan kesemutan.
kelemahan anggota gerak inferior, dapat dipikirkan ada suatu massa di
susunan saraf pusat, baik cerebri atupun penekanan pada medulla
spinalis, yang mendesak fungsi jaringan (radiks) disekitarnya sehingga
didapatkan gejala kelemahan serta kesemutan (hipestesia) yang
memungkinkan keluhan sulit berjalan pada pasien.
Pada medula spinalis dibawah lesi terdapat tanda LMN dan ekstremitas
di atas lesi normal. Gangguan motorik tersebut disebabkan karena
adanya gangguan pada traktus kortikospinalis dimana traktus
desendens dari korteks motorik diteruskan oleh traktus kortikospinalis
sebelum terjadi sinaps pada neuron motorik bawah di kornu anterior.
Pada pemeriksaan Fisik ditemukan ekstremitas inferior: atrofi pada otot, flaccid,
hipotonus, refleks patologis negatif, refleks fisiologis menurun. Hal ini disebabkan oleh
Lower Motor Neuron (LMN)
Pada pemeriksaan laboratorium, terutama pemeriksaan darah perifer yaitu
pemeriksaan lekosit dan laju endap darah; didapatkan peninggian lekosit dan laju
endap darah. Pada pasien ditemukan peningkatan leukosit.
Pada gambaran CT-Scan atau MRI, lesi dapat intensitas tinggi atau rendah, dengan
ring enhancement. Pada pasien ini didapatkan hasil CT-Scan yang sesuai yaitu:
Tampak multiple nodule berbentuk ring pada korteks serta subkortikal
frontotemporoparietal kanan kiri disertai perifokal oedem , ukuran terbesar
+/- 2.14 x1.34 cm dengan pemberian kontras tampak lesi menyengat ring
enhancement
Berdasarkan gambaran ini maka dapat dikatakan abses
otak tersebut berada pada fase late capsule formation. Late capsule
formation dapat terbentuk pada hari ke-14 atau lebih. Adanya abses
multiple harus dipikirkan sistem imun tubuh pasien yang menurun
sehingga abses yang terbentuk banyak (lebih dari 1) dan membesar.
Dan pada MRI ditemukan destruksi korpus vetebra Th5- Th12 terutama
pada korpus sisi anterior disertai discitis dan abses paravetebra sisi
anterior sepanjang level Th 5- Th12 dan sisi posterior level Th7- Th9
dan Th10- Th12, menyebabkan stenosis kanalis spinalis dan
myelopathy sepanjang level Th7- Th9 dan Th 10-Th12 sesuai
spondylitis Tb. Hal ini sesuai dengan keluhan paraparesis inferior yang
dikeluhkan oleh pasien.
Penatalaksanaan abses serebri adalah kombinasi antibiotik dan
kraniotomi . Kraniotomi dilakukan sedini mungkin untuk mencegah
terjadinya peningkatan TIK dan mencegah kerusakan otak yang
irreversible.
Pada pasien ini diberikan IVFD asering 20 tpm untuk memelihara
kesimbangan cairan dan elektrolit serta menjaga IV line untuk
memasukan obat melalui intravena.
phenytoin adalah obat yang digunakan sebagai antikonvulsi diberikan
karena pasien masuk dengan keluhan kejang.
Diazepam, merupakan salah satu jenis obat benzodiazepine yang dapat
mempengaruhi sistem saraf otak dan memberikan efek penenang.
Neurobion berisi vit B1, B6 dan B12 diberikan karena berfungsi untuk
membantu pemulihan sel neuron dan sel otak yang rusak
Dexamethasone dan prednison, merupakan Gol KS dapat menghalangi
pembentukan kapsul abses dan kasus peningkatan tekanan intrakranial.
Meropenem, AB gol beta laktam mengobati berbagai jenis infeksi yaitu
infeksi bakteri gram negatif, bakteri anaerob, stafilokokkus dan
stretokokkus
KSR diberikan untuk memperbaiki ketidakseimbangan elektrolit, yaitu
hipokalemi yang dialami pasien
TERIMAKASIH