Vous êtes sur la page 1sur 28

CLINICAL SCIENCE SESSION

PERDARAHAN EPIDURAL

Henny Oktavianti Wijaya - 12100116248

Preseptor : Dr. Dyana Eka Hadiati., Sp.Rad

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG


SMF RADIOLOGI RSUD AL IHSAN
2017
ANATOMI
DEFINISI

Epidural hematom disebut


juga extradural hematom
adalah adanya
penumpukan/gumpalan darah
diantara inner surface of the
skull dan outer layer dura yang
disebut endosteal layer.
EPIDEMIOLOGI

Terjadi pada 1% trauma kepala.


Insiden tertinggi pada usia 20-30 tahun, jarang
terjadi usia <2 tahun atau >60 tahun.
Fraktur terjadi 85% pasien dewasa.
Kecelakaan lalu lintas merupakan penyebab
terbanyak (30-70%), penyebab lain akibat jatuh
dan korban kekerasan.
Lokasi tersering pada daerah parietotemporal,
kemudian frontal, occipital dan fossa posterior.
2-5% terjadi bilateral.
PATOGENESIS-PATOFISIOLOGI

Robekan arteri meningea media di daerah temporal atau


di daerah frontal, oksipital

Arteri meningea media masuk ke dalam tengkorak melalui


foramen spinosum dan jalan antara durameter dan tulang
di permukaan dan os temporal.

Perdarahan epidural hematom

Hematoma yang membesar di daerah temporal


menyebabkan tekanan pada lobus temporalis otak ke arah
bawah dan dalam

Timbulnya tanda-tanda neurologik


MANIFESTASI KLINIS

Gejala menonjol yaitu penurunan kesadaran yang progresif.


Lucid interval.
Tanda herniasi : dilatasi pupil ipsilateral, hemiparesis
kontralateral.
Klinis lain : muntah, kejang, hiperrefleksia, refleks babinski
(+) unilateral.
Hipertensi dan bradikardi dapat muncul sebagai bentuk
dari Cushing respon.
TRIAS

Lucid Interval (+)


Dilatasi pupil ipsilateral
Hemiparese kontralateral

Sastrodiningrat, A. Gofar., 2012 . Neurosurgery Lecture Notes


Selladurai, Ben. dan Reilly, P., 2007. Initial Management of Head Injury A Comprehensive Guide.
PEMERIKSAAN PENUNJANG

Foto Polos Kepala


(+) Fraktur Tulang

Head CT-Scan
(+) Gambaran hiperdens berbentuk bikonveks(lentiform), batas tegas, do not cross
sutures as the periosteum crosses through the suture continuous with the outer
periosteal layer.
Midline terdorong ke sisi kontralateral
(+) Garis fraktur
Swirl sign : perdarahan akut
MRI
(+) Massa hiperintens bikonveks yang menggeser posisi durameter
(+) Batas fraktur
Foto Polos Kepala AP-Lateral
Fraktur
Linier

Foto Polos Kepala

Gambaran Hiperdens
berbentuk bikonveks

Head CT-Scan
Normal vs. Abnormal Head CT Scan

Gambaran bikonveks karena adanya darah


normal yang keluar dan mengisi ruang menings
yang dibatasi oleh sutura
EPIDURAL HEMATOM
SWIRL SIGN
CT Scan menunjukkan lokasi, volume, efek, dan potensi cedaraintracranial lainnya. Pada epidural biasanya
pada satu bagian saja (single) tetapi dapat pula terjadi pada kedua sisi (bilateral), berbentuk bikonfeks,
paling sering di daerah temporoparietal. Densitas darah yang homogen (hiperdens), berbatas
tegas, midline terdorong ke sisi kontralateral.Terdapat pula garis fraktur pada area epidural hematoma
Gambaran Hiperintens
berbentuk bikonveks

MRI
DIFFERENTIAL DIAGNOSIS

Trauma with skull fracture is the most common cause


Bleeding into skull lesion from:
eosinophilic granuloma
metastatic skull or dural tumor
craniofacial infections
Hematoma type EPIDURAL SUBDURAL

Between the dura and


Location Between the skull and the dura
the arachnoid

Temperoparietal locus (most


likely)
Middle meningeal artery
Frontal locus
Involved vessel anterior ethmoidal artery Bridging veins
Occipital locus
transverse or sigmoid sinuses
Vertex locus
superior sagittal sinus

Lucid interval followed Gradually


Symptoms
by unconsciousness increasing headache and confusion

CT appearance Biconvex lens Crescent-shaped


TATALAKSANA

Penatalaksanaan awal
Mengurangi edema otak
a. hiperventilasi
1. Stabilisasi airway, breathing dan sirkulasi (ABC),
untuk suplai oksigen yang terjaga dan pasang collar brace
menekan metabolisme anaerob, sehngga 2. elevasi kepala dari tempat tidur setinggi 30-45
dapat mengurangi kemungkinan asidosis. 3. pemberian cairan isotonis
b. Pemberian manitol dalam 10-30 menit. 4. terapi medikamentosa sesuai keluhan yang
timbul berupa analgetik, antiemetic, H2 reseptor
antagonis, antibiotik.

Bila telah stabil pasien dirujuk ke fasilitas


rumah sakit yang memiliki sarana dokter
spesialis bedah saraf.
INDIKASI OPERASI

1. Volume hematom >30ml


2. Keadaan pasien memburuk
3. Pendorongan garis tengah >5mm
4. Fraktur tengkorak terbuka dan fraktur
tengkorak depres dengan kedalaman >1cm
5. GCS <= 8
6. TTIK >25mmhg
PROGNOSIS

Angka mortalitas 20-55%


Dengan diagnosis serta tatalaksana yang optimal dalam
beberapa jam, angka mortalitas sekitar 5-10%
Adanya refleks babinski positif bilateral, postur deserebrasi
preoperasi memperburuk prognosis.
Kematian biasanya disebabkan henti nafas akibat herniasi
unkal yang menyebabkan penekanan bata batang otak.
TERIMAKASIH

Vous aimerez peut-être aussi