Alur adalah urutan peristiwa dalam sebuah cerita yang sambung
menyambung berdasarkan hubungan sebab-akibat. Secara umum, alur dalam sebuah cerita terbagi menjadi tiga jenis: 1. Alur Maju: Tahapan peristiwa dalam alur ini diawali dengan pengenalan cerita, awal perselisihan, menuju konflik, konflik memuncak, dan diakhiri dengan penyelesaian konflik. 2. Alur Mundur: Tahapan peristiwa dimulai dari konflik dan di akhir cerita diungkapkan latar belakang terjadinya konflik. 3. Alur Campuran: Alur jenis ini merupakan gabungan antara alur maju dengan alur mundur. Satu saat cerita berjalan maju namun pada saat yang lain cerita berjalan mundur. Alur jenis ini memang tidak mudah untuk dipahami karena tahapan peristiwa dalam cerita melompat-lompat. Cerita jenis ini membutuhkan konsentrasi tinggi untuk memahami jalan ceritanya. Film ini menggunakan alur maju. Dengan runtutan peristiwa: Dika (Raditya Dika), biasa dipanggil Kambing atau Mutun, akan melanjutkan pendidikannya di bidang finance yang tidak dia sukai hanya karena keluarganya, terutama mamanya, menganjurkannya untuk memilih bidang itu untuk kuliah. Dika pun pergi ke Australia, meninggalkan teman-temannya, band-nya, dan juga kekasihnya, Kebo (Herfiza Novianti). Di Australia, Dika bersahabat dengan Harianto (Edric Tjandra) yang berasal dari Kediri. Di benua itu, Dika bertemu dengan orang- orang unik, seperti gurunya yang menerapkan konsep militerisme dalam kelasnya juga si pria India penjaga toko yang kata-katanya sederhana namun bermakna. Hubungan jarak jauh dengan Kebo yang menemui banyak rintangan, kuliah dengan bahasa asing yang tidak sesuai bakat dan minatnya, membengkaknya pengeluaran selama di Australia, semuanya yang berubah drastis semenjak kepindahan Dika membuat kedua orang ini menjadi pribadi yang berbeda. Ketika hubungan Dika dan Kebo yang berubah dan tidak seperti dulu, Dika bertemu dengan Ine (Sarah Shafitri), korban surat cintanya semasa SD, di sebuah restoran Cina ketika Dika sedang makan dengan Kebo dan geng Shanghai Babes- nya. Ine ternyata adalah pembaca setia blog Dika dan dari Ine pula Kebo akhirnya tahu bahwa selama ini Dika punya blog. Dari pertemuannya dengan Ine inilah Dika mempunyai ide supaya blog ini dibukukan. Akhirnya berangkatlah Dika ke sebuah percetakan buku ternama, Gagas Media ditemani Kebo yang juga ingin membukukan hasil tulisannya dari SMA. Sayangnya, naskah Kebo ditolak dan naskah Dika yang berhasil lolos. Dika kemudian kembali ke Australia untuk melanjutkan kuliahnya, di tengah-tengah pengurusan royalti bukunya yang berlangsung di tanah air. Semakin lama, hubungan Dika dan Kebo semakin tidak sehat, berbagai macam pertengkaran, terkuaknya hubungan Dika dan Ine oleh Kebo, dan Dika yang merasa mata kuliah yang diambilnya bukanlah jalan hidupnya. Dika akhirnya kembali ke Indonesia, meninggalkan kuliah Finance- nya yang terpotong di tengah jalan. Dalam film ini dia berkata, Bukan gue yang kalah sama Australia, tapi Australia-lah yang kalah sama gue. Dika menjalani hidup sebagai penulis dan blogger terkenal di tanah air, sebuah profesi yang sesuai dengan apa yang dijalaninya. Bagaimana dengan Harianto? Dia berhasil membuat robot multifungsi yang bisa berbahasa Kediri (Jawa). Kemudian Kebo dan gemg Shanghai Babes-nya menjadi organisasi yang diakui kampus di Sastra Cina UI. Pada akhirnya, semua orang menjalani hidupnya sesuai apa yang mereka senangi. Bukan karena paksaan dari orang lain.
Sayangnya, film ini mempunyai alur yang terkadang membuat orang
agak bingung. Berbagai adegan di awal film menggunakan Bahasa Inggris yang membuat penonton sedikit terganggu dengan subtitle yang ada di bagian bawah layar. Untungnya hal ini tidak berlangsung sepanjang film karena di tengah-tengah semua pemain menggunakan bahasa Indonesia