Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Metode
15 pasien (11 perempuan dan 4 laki-laki; rerata usia 40.93 tahun;
rentang usia 13 63 tahun) dengan hemangioma sinus
kavernosus (CSH) yang menjalani pemeriksaan antara November
2008 dan Mei 2016.
MRI, temuan klinis dan temuan pembedahan setiap pasien
ditinjau secara retrospektif. DWI juga dianalisis dan dilakukan
penghitungan rerata nilai koefisien difusi yang terlihat (ADC).
11 pasien menjalani pengangkatan lesi dengan pembedahan dan
2 pasien hanya menjalani biopsi. Diagnosis CSH dikonfirmasi
secara histologi pada 13 pasien.
Abstrak
Hasil
11 pasien (73%) datang dengan nyeri kepala dan 10 pasien
(66%) mengalami keterlibatan nervus kranialis. Ektensi
ekstra sinus kavernosus tercatat pada 14 orang (94%).
Operasi dilakukan pada 13 pasien (87%) dan radiasi
pascaoperasi diberikan pada 4 pasien (28%). 13 pasien tetap
asimptomatik pada saat follow up.
3 gambaran pencitraan mencolok yang sangat
mengesankan diagnosis ini yaitu: kurangnya pembatasan
difusi (100%), hiperintensitas homogen pada sekuens
gambar dengan pembobotan T2 (93.3%) dan penguatan
pasca kontras yang intens (100%). Rerata ADC adalah 1.82 x
10-3 0.2186 cm2/s.
Abstrak
Kesimpulan
Hipointensitas dengan pembobotan T1 dengan
hiperintensitas homogen pada sekuens dengan
pembobotan T2, penguatan yang intens dan tidak
adanya hemosiderin didalam lesi pada sekuens
GRE mendukung diagnosis ini.
Difusi yang terfasilitasi pada DWI membedakan
CSH dari lesi sinus kavernosus padat lainnya dan
secara signifikan meningkatkan akurasi
diagnostik, suatu faktor yang sangat penting
untuk merencanakan operasi.
Pendahuluan
Hemangioma kavernosus pada sinus kavernosus
Prevalensi kejadian 1%, dominan pada perempuan.
Lesi menyerupai lesis sinus kavernosus yang lainnya,
seperti schwannoma, meningioma, chordoma, granuloma,
aneurisma karotis dan kondisi limfoproliferatif.
Secara mikroskopis beberapa saluran pembuluh darah
yang dilapisi oleh satu lapisan endotel tanpa lapisan
muskular dan jaringan saraf yang mengganggu.
Pendahuluan
MRI
Modalitas pencitraan pilihan untuk mengevaluasi lesi sinus
kavernosus.
Signal hipointens pada gambar dengan pembobotan T1 (T1-W)
dan signal hiperintens pada gambar dengan pembobotan T2 (T2-
W) yang tidak dapat dibedakan dari lesi lain yang memiliki
komponen matriks seluler/ atau nekrotik yang tinggi.
Pemanjangan T2 yang menghasilkan intensitas yang sangat
tinggi telah dianggap sebagai tanda pasti hemangioma
kavernosa.
Diagnosis hemangioma kavernosus masih bisa diragukan,
dengan diagnosis banding utamanya adalah schwannoma nervus
V atau meningioma.
Metode
Gambar 4. Gambar
dengan pembobotan
T1 potongan koronal
dan sagital yang
diperkuat kontras
dan tampilan digigal
angiografi substraksi
Gambar
digital dan 3 Gambar resonansi magnetik
fase vena
potongan aksial dengan pembobotan
pada angiogram
karotisecho berulang gradien aksial dan
interna.
pembobotan T1 yang diperkuat kontras.
Hasil & Pembahasan
Gambar 5. Pencitraan
dengan pembobotan
kerentanan, potongan
aksial dengan
penguatan kontras dan
gambar CE aksial follow
up 2 tahun.
Hasil & Pembahasan
Gambar
Gambar7.6.Gambar dengan
Foto resonansi
pembobotan T2 polosaksial
magnetik potongan potongan
yang
koronal dankontras
diperkuat dengandan
pembobotan
gambar
T1polos
yangdengan
diperkuat kontras.T1 dan
penguatan
foto spesimen.
Kesimpulan