Vous êtes sur la page 1sur 117

Modul semester 2

TERAPI LATIHAN
Terapi Latihan
Adalah terapi yang meliputi kontraksi otot dan
gerakan tubuh secara keseluruhan untuk meningkatkan
fungsi individu dan melakukan aktivitas sehari-hari.

Terapi latihan diberikan untuk tujuan yang berbeda-


beda, sesuai kebutuhan pasien.

Beberapa tujuan terapi latihan:


Koreksi suatu impairement
Meningkatkan fungsi muskuloskeletal
Memelihara kondisi
Mencegah disfungsi
tanpa menimbulkan trauma
faktor yang harus dipertimbangkan pada program
latihan:
Jenis latihan
Tujuan latihan
Petunjuk latihan (frek, durasi, jenis dan jumlah resistensi,
alat yg digunakan, pemilihan waktu dll)
Problem umum lainnya ( masalah medis, pain,
kontraindikasi, biaya, dll)
Mudah dan menyedangkan meningkatkan kepatuhan
Tidak merubah pola hidup pasien secara drastis.
Efek sistemik
Meningkatkan aliran darah ke otot mencukupi peningkatan
kebutuhan O2
Meningkatkan denyut jantung
Meningkatkan tekanan arterial
Meningkatkan cardiac output
Meningkatkan sekresi glukagon
Meningkatkan hormon katekolamin dan hormon lainnya
Therapeutic exercise-------overview:

I. MOBILITY EXERCISES
II. STRENGTHENING EXERCISES
III. CARDIOPULMONARY EXERCISES
IV. MOTOR COORDINATION and SKILL
EXERCISES
V. SPEED TRAINING
VI. RELAXATION EXERCISES
I. MOBILITY EXERCISES
II. STRENGTHENING EXERCISES
III. CARDIOPULMONARY EXERCISES
IV. MOTOR COORDINATION and SKILL EXERCISES
V. SPEED TRAINING
VI. RELAXATION EXERCISES
I. MOBILITY EXERCISE
Untuk memelihara atau mengembalikan mobilitas jaringan lunak dan
sendi.
Dapat dilakukan :
pasif
Aktif assistif
Aktif
Precaution jika mengganggu penyembuhan (m/ fraktur akut) atau
kondisi kardiovaskular yang tidak stabil.
Jenisnya:
a) ROM atau flexibility exercises
b) Stretching
c) Active inhibition
d) Joint mobilization and manipulation
a. Latihan ROM atau fleksibilitas

Tujuan :

Mempertahankan ROM yang sudah ada

Mencegah kekakuan dan kontraktur

Prinsip :

Tanpa tahanan
Diulangi 3-5 kali, dilakukan 1-2 kali sehari, sedikitnya 3x
perminggu
Memelihara mobilitas sepanjang range yang memungkinkan.
latihan dilakukan perlahan dengan progress bertahap untuk
menghindari nyeri dan injury.
Latihan fleksibilitas yang dilakukan dengan kekuatan yang
minimal disebut juga limbering exercises, dengan
mengeliminasi gravitasi melalui positioning.
Alat-alat yang sering digunakan pada ROM exercise :
tongkat, finger ladder, shoulder wheel, overhead pulley,
suspension,skate or powder board, cpms machine
b. Stretching
Suatu gerakan untuk memanjangkan struktur yang secara
patologis memendek dengan meningkatkan ROM sesuai
bidang anatomis.
Sebelum stretching, dapat dilakukan;
relaksasi umum, pendinginan, pemanasan, massage, joint
traction

Precaution:
s.osteoporosis, prolonged immobilisasi, malignansi tulang,
excessive pain, total joint replacement
Kontra indikasi
Halangan tulang yang mengurangi gerak sendi
Ada fraktur baru dan penyatuan tulang belum lengkap
Adanya proses inflamasi akut atau infeksi atau proses
penyembuhan luka
Adanya nyeri tajam saat stretching
Adanya hematome atau tanda trauma jaringan
Adanya hipermobility
Pemendekan jaringan yang diperlukan dalam kestabilan
gerak sendi
Pemendekan jaringan pada penderita kelemahan untuk
fungsi tertentu
c. Inhibisi aktif
1. Contract-relax.
Pasien melakukan kontraksi isometrik pada otot yang tegang,
melawan tahanan 5-10 detik, kemudian relaksasi dan terapis
secara pasif melakukan peregangan pada otot tsb.
2. contract-relax-contract
pasien melakukan kontraksi-relaksasi, diikuti isotonik kontraksi pada
otot antagonisnya kemudian secara aktif melakukan stretching
pada ekstremitas tsb.
3. agonist contraction
Pasien melakukan kontraksi pada otot antagonis melawan tahanan
sehingga otot yang tegang seperti diregangkan.
efektif pada adanya nyeri krn spasme tapi tidak efektif jika ROM
hampir normal
d. Mobilisasi sendi dan manipulasi

Gerakan mekanik terhadap sendi tertentu dengan


tujuan mengembalikan gerakan atau kelenturannya
serta mengurangi nyeri.
Kontraindikasi : hipermobiliti, effusi atau inflamasi
akut.
I. MOBILITY EXERCISES
II. STRENGTHENING EXERCISES
III. CARDIOPULMONARY EXERCISES
IV. MOTOR COORDINATION and SKILL EXERCISES
V. SPEED TRAINING
VI. RELAXATION EXERCISES
II. STRENGTHENING EXERCISES

Meningkatkan kekuatan otot dengan aktifasi volunter


Juga dapat meningkatkan endurans pada otot tsb.

Strength training (strengthening exercise)


is defined as a systematic procedure of a muscle or
muscle group lifting, lowering, or controlling heavy
loads (resistance) for a relatively low number of
repetitions or over a short period of time.
Strengthening exercises are based on The
Hellebrandts overload principles

Increase in strength occurs only in the load that is


greater than what the tissue is accustomed is
applied to the point of fatigue
Kontraindikasi
isotonic strengthening inflamasi pada otot dan sendi
serta nyeri. Untuk latihan isometric lakukan dengan hati-
hati
Precaution :
- pasien dengan gangguan kardiovaskular
- setelah operasi abdomen atau adanya hernia
abdominalis,
- kelainan yang mudah terjadi fatig ( multiple sclerosis,
CV disease, pulmonary diseases)
- osteoporosis
- inflamasi akut
Jenis latihan penguatan
Isometric :
kontraksi otot tanpa ppergerakan sendi serta tanpa
perubahan panjang otot.
Isotonic :
pemendekan dan pemanjangan otot saat kontraksi
dengan beban yang konstan tetapi dengan kecepatan
yang tidak dikontrol
Isokinetic
Latihan isokinetik dengan kecepatan yang tetap
Isometric strengthening
Digunakan ketika pergerakan sendi menjadi kontraindikasi latihan
Hati2 pada pasien dgn gangguan kardivaskular (meningkatkan TD
dpt terjadi aritmia ventrikular)
Jenis :
- Brief max isometric exc (Hettinger-Muller) : single
isometric contraction againts fixed resistance, held 5-6 sec,
1x/hr, 5-6x/mgg inefektif
- Brief repetitive (liberson-Asa)
repetisi 5-10x dengan maksimum kontraksi, masing2 6-15 detik,
5x/mgg
- rules of ten : 10 sets dari 10x repetisi masing2 10detik
setiap 10 derajat ROM
Isotonic strengthening
De lormes technique
Tentukan 10 RM (repetition max)
I 10 rep pada 50% dari 10 RM
II 10 rep pada 75% dari 10 RM
terakhir 10 rep pada full 10 RM, setiap sesi
setiap minggu ditentukan 10 RM baru
Zinovieffs oxford technique kebalikan dari de
lorme (untuk menghilangkan kelelahan otot tidak
efektif)
Knight technique
menentukan initial working weight (ideal 5-7 RM)
set 1- 10 kali rep pada 50% initial
set 2 6 kali rep pada 75% initial
set 3 repetisi semampunya pada full initial RM
set 4 menurunkan atau meningkatkan beban sehingga dapat
menentukan repetition maximum kembali.
Set 4 digunakn untuk memulai latihan pada hari
berikutnya,

Circuit weight training tidak ada ketentuan, memungkinkan


partisipan untuk berlatih dengan beban ringan sampai lanjut
dengan tberbagai variasi latihan dan diselingi periode 1 menit
istirahat
isokinetik
Untuk meningkatkan kekuatan lebih efektif
digunakan latihan isokinetik dengan kecepatan
rendah.
Biasanya dilakuan 5-7 repetisi dalam 3 set latihan
Alat: Cybex, Biodes, Upper body exerciser
I. MOBILITY EXERCISES
II. STRENGTHENING EXERCISES
III. CARDIOPULMONARY ENDURANCE EXERCISES
IV. MOTOR COORDINATION and SKILL EXERCISES
V. SPEED TRAINING
VI. RELAXATION EXERCISES
Definisi endurance :
Kemampuan melakukan latihan atau aktivitas
untuk periode waktu yang panjang
Merupakan latihan dengan low intensity dan high repetition serta
melibatkan sebanyak mungkin otot untuk meningkatkan kebugaran
kardiopulmonar.
Efek jangka panjang :
- menurunkan HR dan TD serta konsumsi oksigen otot jantung, pada
keadaan istirahat dan submaximal exercise.
- menurunkan waktu pemulihan setelah latihan.
Dilakukan sampai mencapai kelelahan (point of fatigue)
Jenis :
- Anaerobic exercises
- Aerobic exercises
Anaerobic exercises :
terjadi pada 1-2 menit pertama dari latihan
yaitu latihan dengan high resistance dan short duration pada 80%
maximum exertion capacity

Aerobic exercises
meliputi latihan penguatan dan endurans kardiopulmoner
melibatkan banyak otot untuk meningkatkan konsumsi oksigen secara
bertahap
lebih dianjurkan latihan low impact seperti berenang, bersepeda, jalan
cepat, low impact aerobic, mendayung, hiking.
dihindari jenis: contact sport m/ basket, sepakbola, melibatkan rotasi trunk
m/ golf, tenis, atau high impact m/ lari, loncat, skipping.
setiap sesi harus terdiri dari: pemanasan (5-10), latihan inti (20-30) dan
pendinginan (10)
Dapat digunakan untuk mengontrol berat badan.
Selama latihan harus dimonitor
HR dan
RPP (rate pressure product)= HR x sistolic BP
Dasar pemberian dan monitoring intensitas
dari aerobic endurance exercise
THRR (target heart rate range)
Karvonen formula: (max HR rest HR)(40-85%)
+resting HR
age adjusted max HR : (220-age) (65-85%)
Metabolic equivalent (MET) method
MET level ditentukan pada exc tolerance test
menggunakan AGB (treadmill, bycicling test)
initial target : 50-60% max MET level
dapat ditingkatkan hingga 70-85%
Borgs rate of perceived exertion (RPE) scale methode
digunakan oleh pasien untuk menilai intensitas latihan
memiliki arti subyektif, pada pasien yang merasa sudah
familier dengan latihan yang desesuaikan dengan
THRR
Membuat pasien lebih independen dalam menilai
intensitas latihan
Direkomendasikan pada pasien dgn cardiac transplant.
Sulit digunakan pada individu yang kompetitif.
I. MOBILITY EXERCISES
II. STRENGTHENING EXERCISES
III. CARDIOPULMONARY ENDURANCE EXERCISES
IV. MOTOR COORDINATION and SKILL EXERCISES
V. SPEED TRAINING
VI. RELAXATION EXERCISES
I. MOTOR COORDINATION and SKILL EXERCISES

meningkatkan kemampuan seseorang untuk


meregulasi otot secara simultan atau melaksanakan
activitas yag sederhana maupun kompleks secara
berurutan.

33
Prinsip umum

Repetisi konstan dari beberapa aktivitas motorik.


Penggunaan sensori (taktil, visual, propriosepsi) untuk
membantu fungsi motorik.
Meningkatkan kecepatan saat aktivitas.

34
Jenis latihan
Frenkel exercise
Pendekatan secara tradisional untuk meningkatkan
kontrol motorik dan koordinasi.
Peripheral neuromuscular fascilitation (PNF)

Movement therapy (Brunnstrom approach)

Neurodevelopment technique (NDT) (Bobath


approach)
Sensorimotor approach (Road approach)

Pendekatan secara kontemporer untuk meningkatkan


kontrol motorik dan koordinasi.
Motor relearning program (MRP) untuk pasien
stroke (Carr and Shepherd approach)
Kontemporer task-oriented approach
35
Frenkel exercise

seri latihan yang dipergunakan untuk


meningkatkan kontrol propriosepsi dari extremitas
bawah.
Dimulai dengan gerakan yang sederhana tanpa
tahanan gravitasi kemudian dilanjutkan dengan
gerakan yang lebih kompleks.
Berguna untuk latihan koordinasi pada disfungsi
propriosepsi atau cerebelar.

36
Pendekatan secara tradisional untuk
meningkatkan kontrol motorik dan koordinasi

Menekankan pada:
Pengulangan gerakan yang spesifik

Pentingnya sensori dalam mengontrol gerakan

Kebutuhan untuk meningkatkan gerakan dasar dan


postur.
Dengan asumsi bahwa jika gerakan
dinormalkan maka gerakan yang membutuhkan
keahlian (skilled movement) akan timbul dengan
sendirinya.
37
Peripheral neuromuscular fascilitation (PNF)

Menggunakan komponen gerakan spiral dan


diagonal dan bukan sejajar bidang gerakan yang
utama dengan tujuan memfasilitasi pola gerakan
yang lebih berhubungan secara fungsional.
Pola gerakannya berurutan namun tidak
menekankan pada inhibisi reflek abnormal.
Latihan ini menggunakan resistance dengan tujuan
memfasilitasi impuls pada bagian tubuh yang lain
yang berhubungan dengan pergerakan primer.

38
Movement therapy (Brunnstrom approach)
Berdasarkan konsep teori yang menyatakan bahwa
CNS yang rusak mengalami evolusi mundur dan regresi ke
pola gerakan yang lebih dulu.
Adanya gerakan abnormal merupakan bagian yang
wajar dari proses pemulihan sebelum timbul gerakan
normal.
Pasien diajari untuk mengontrol secara volunter pola
gerakan yang tersedia (m/ sinergi anggota gerak)
sebagai awal proses penyembuhannya.
Kemudian dimodifikasi dari pola kombinasi gerakan
yang sederhana ke yang kompleks. 39
Neurodevelopment technique (NDT)
(Bobath approach)
Berdasarkan konsep teori yang menyatakan bahwa
pola gerakan patologis tidak boleh digunakan untuk
latihan karena penggunaan berulang dari efferan yang
patologis akan menyebabkan gerakan tersebut lebih
mudah digunakan daripada pola gerakan normal.
Tujuan:
Menormalkan tonus

Menginhibisi reflek primitif dan abnormal

Memfasilitasi reaksi otomatis dan pola gerakan normal


yang berikutnya

40
Sensorimotor approach (Rood
approach)
Menggunakan stimulasi sensorimotor untuk
menormalkan tonus dan mengaktifkan gerakan
yang bertujuan dan respon postur dimulai dari level
perkembangan pasien menuju tingkat
perkembangan yang lebih tinggi.
Yang termasuk stimulasi sensorimotor adalah
peregangan, icing, fast brushing, slow stroking,
tendon tapping, vibration dan joint compression.

41
Pendekatan secara kontemporer

Latihan ini ditekankan pada kemampuan motorik


dalam menjalankan fungsi dan mempertimbangkan faktor
selain kerusakan CNS mempengaruhi kemampuan,
termasuk remediasi dari komponen kemampuan dan
modifikasi lingkungan untuk meningkatkan kemampuan
dalam melaksanakan tugas, stressor latihan yang sesuai
dengan tugas dan menolak asumsi dari model hierarki
kontrol motorik dan teori developmental tradisional.
Hal ini masih memerlukan penelitian lebih lanjut.

42
Motor relearning program (MRP) untuk pasien stroke (Carr
and Shepherd approach)
7 kategori functional daily activity:
Fungsi extremitas atas

Fungi orofasial

Duduk pada pinggiran tempat tidur

Sitting balance

Berdiri dan duduk kembali

Standing balance

Berjalan

5 strategi yang digunakan:


Instruksi verbal

Demonstrasi visual

Petunjuk manual

Feedback yang akurat dan teratur tentang kualitas kemampuan


pasien
Konsistensi latihan 43
Kontemporer task-oriented approach

Menggunakan aktifitas yang bertujuan sebagai terapi


dengan asumsi bahwa tugas tersebut mampu membantu
mengorganisir motor behavior.

Tujuan :
Membantu pasien untuk meningkatkan pola gerakan
yang optimal dalam melaksakan tugas.
Mencapai flexibilitas dalam melaksanakan tugas-tugas

44
I. MOBILITY EXERCISES
II. STRENGTHENING EXERCISES
III. CARDIOPULMONARY ENDURANCE EXERCISES
IV. MOTOR COORDINATION and SKILL EXERCISES
V. SPEED TRAINING
VI. RELAXATION EXERCISES
V. SPEED TRAINING
Latihan yang penting untuk atlet dan dipercaya
dapat mempengaruhi mekanisme control nervous
system
Tehnik latihan termasuk:
gerakan yang semakin cepat
pemberian beban sesaat sebelum kontraksi
isotonic training dengan beban ringan
high resistance, high speed
I. MOBILITY EXERCISES
II. STRENGTHENING EXERCISES
III. CARDIOPULMONARY ENDURANCE EXERCISES
IV. MOTOR COORDINATION and SKILL EXERCISES
V. SPEED TRAINING
VI. RELAXATION EXERCISES
VI. LATIHAN RELAKSASI
Dilakukan aktif secara mental dan fisik untuk
menginduksi relaxation respon pada aktivitas
saraf simpatik, kardiovaskular dan pulmonar
Berguna untuk mengurangi nyeri akut maupun
kronik serta mengurangi kardiopulmonary stress
Dapat dilakukan sesi tersendiri ataupun bersama
dengan sesi lain (pemanasan dan pendinginan)
a. Teknik relaksasi fisiologis
Controlled-breathing relaxation
gerakan nafas perlahan untuk menstimulasi aktivitas
parasimpatik dan menghambat aktifitas simpatik
gerakan pernafasan diafragma

Progressive muscle relaxation


fokus pada relaksasi setelah sejumlah otor kontraksi
b. Cognitive relaxation strategies

1. Dissosiative visualization
Melakukan relaksasi dengan pemberian informasi
sensorik (lagu, warna) dalam imaginasi
2. Autogenic relaxation
Self hypnosis dengan 6 standar formula
3 Other technique :audio-videotape, guided imaginary,
hypnosis dll

C. alternative psycophysical technique : Taichi, Yoga


FRENKELS
EXERCISE

51
Berbaring
Upper limb Lower limb
Setengah berbaring Setengah berbaring
abd & add shoulder, abd & add hip
Setengah berbaring Berbaring miring flx &

flx & ext wrist, ulnar & ext hip


rad deviasi, Berbaring miring flx &
Berbaring miring flx & ext knee
ext elbow, Setengah berbaring
Berbaring miring flx & flx & ext hip & knee
ext shoulder.
Duduk
Lower limb Upper limb
Flx & ext knee Sup & pron, flex & ext, membuka &

Abd & add hip


menutup kepalan, finger tip
Meraih tangan terapis yg diletakkan
Menarik kaki & menempatkan pd
titik / nomer yg ditentukan diudara
Memisahkan blok dgn warna yg
Kaki menggantung dan diletakkan
pd tanda sama
Menyusun objek dgn balok
Kaki menyentuh tangan pemeriksa
yg tergantung Memindahkan bola dari 1 tangan ke

Berdiri & duduk lagi


tangan yg lain
Gerakan mendorong & memukul
Spt duduk pd toilet training
Flex elbow & menyentuh shoulder
Berjalan dgn bokong
dgn telapak tangan
Duduk tanpa support upper limb.
Menyisir rambut, menggambar,
mengikat tali sepatu dan ADL.
Gerakan lower limb saat duduk
Berdiri
Yang pertama dilatih adl
berdiri dgn support.
Latihan berjalan dgn
bantuan paralel bar.
Pd awalnya berjalan dgn
wide base kmdn berubah
ke narrow base
Dapat digunakan
bantuan frenkles mat.
Pivot turning
Putaran dilakukan
terhadap bagian yang
lemah.
Bag yg lemah tetap pd
1 point dan rotasi dgn
axis tetap.
Kaki yg lain diangkat
dan diletakkan pada
area yg ditentukan
Faktor-faktor yang harus diperhatikan:
Digunakan untuk latihan koordinasi bukan
strengthening.
Perintah diberikan dengan suara datar, pelan dan
monoton.
Kemampuan pasien untuk menginterpretasikan deep
musle dan joint stability di cek dengan melakukan
latihan dengan menutup mata.
Kekurangan dari metode ini adalah jika interpretasi
deep sensation secara visual maka pasien merasa tidak
berdaya saat berada di tempat gelap tanya
penerangan di rumah.
Hindari kelelahan
57
Dibagi dalam 4 divisi:
Berbaring

Duduk

Berdiri

Berjalan

Setiap gerakan di ulang pelan-pelan 3-4x,


minimal 2x/hari

58
Latihan dengan Berbaring
Berbaring pada dipan dengan alas halus
Kaki dapat bergerak bebas
Kepala sedikit diangkat mata melihat gerakan

59
Latihan dengan Berbaring.

1. Flexi & extensi sendi lutut dan hip, heel sliding.


Kembali ke posisi awal.
2. Abd & add dengan lutut ditekuk. Heel sliding
atau flexi lutut dan hip, abd tungkai, add
tungkai dan kembali ke posisi awal.
3. Flexi & extensi tiap tungkai pada lutut dan hip
dengan tumit diangkat dari dipan.

60
Latihan dengan Berbaring.

4. Flexi & ext dengan heel sliding pada dipan.


Flexikan lutut separuh dan kembali ke posisi awal.
5. Flexi lutut, tumit diletakkan pada lutut kontralateral
kemudian menyusuri tibia sampai pada ankle dan
kembali ke lutut.
6. Flexi & ext kedua tungkai bersamaan, lutut dan
tumit saling bersentuhan.
7. Flexi 1 tungkai dan ext tungkai yang lain.

61
Latihan dengan Duduk
1. Pasien mempertahankan posisi duduk yang
benar selama beberapa menit.
2. Catat waktunya, naikkan tumit saja, kemudian
dilanjutkan dengan mengankat seluruh tungkai
dan menaruh tungkai secara perlahan dilantai
pada posisi yang sama.
3. Buat 2 tanda + dilantai dengan kapur.
Gerakkan kaki diatas tanda, ke depan,
belakang, kanan, kiri.

62
Latihan dengan Duduk.
4. Pasien diajari untuk bangkit dari kursi dan
duduk lagi. Menurut hitungan. Hitungan
pertama, pasien menarik lututnya dari kursi;
pada hitungan dua, mencondongkan badan ke
depan; pada hitungan ketiga berdiri,
meluruskan hip dan lutut. Pasien kemudian
duduk kembali.
5. Gambar kaki dilantai dan minta pasien untuk
meletakkan kakinya pada gambar.

63
Latihan dengan Berdiri
1. Berjalan menyamping lebih seimbang
karena tidak perlu mengangkat jari kaki dari
lantai.
2. Berjalan diantar 2 garis sejajar, 10 langkah
kemudian istirahat. Jarak antara kedua kaki
tidak lebih 6 inci.
3. Berjalan, tempatkan kaki dengan mengikuti
garis pada lantai mendekati posisi add, pola
jalan lurus. Latih langkah, langkah,
langkah, langkah penuh.
64
Latihan dengan Berdiri.
4. Berputar. Gambar lingkaran dilantai. Berputar
3 gerakan; e.g berputar ke kanan:
(a) pasien berputar pada tumit kanan, (b)
mengangkat tumit kiri dan berputar
dengan tumpuan jari kaki kiri,
(c) meletakkan kaki kiri di depan kaki
kanan.
Hal ini dapat dilakukan 4x, berputar penuh,
kemudian dilanjutkan ke kiri.

65
Latihan dengan Berdiri.
5. Berjalan naik turun tangga. Langkah
perlangkah, e.g pasien menaikkan kanan dan
meletakkan kaki kiri disebelahnya; kemudian
menaikkan kaki kiri dan meletakkan kaki kanan
disebelahnya.
Pasien dapat berpegangan pada susuran
tangga saat berlatih naik tangga seperti
orang normal.

66
Saat tangan juga ikut terganggu, gunakan
papan tulis dan kapur.
Rubah tanda minus () ke plus (+); contoh
gambar sederhana (garis lurus, hindari
lingkaran, garis zig-zag, dll); menempatkan jari
telunjuk atau pensil pada lubang-lubang di
papan yang telah diberi nomor.
Berbagai macam papan koordinasi dapat
digunakan untuk meningkatkan koordinasi
tangan-mata.

67
Penggunaan Frenkel exercises sering dijumpai
pada pasien ataxia.
Latihan ini terutama digunakan untuk ataxia
lokomotor yang disebabkan oleh kelainan
propriosepsi.
Latihan ini berguna untuk ataxia celebelaris

68
Dasar fisiologi dari latihan ini adalah
usahanya untuk mengembalikan koordinasi
dengan memanfaatkan indra yang lain
(misalnya visual pada ataxia lokomotor dan
propiosepsi-visual pada disfungsi cerebelar),
dengan pembelajaran kembali secara sadar
oleh fungsi yang hilang.
Gravitasi memberikan sedikit tambahan
tahanan namun tidak cukup untuk
memungkinkan terjadinya penguatan dan
endurance.
Jadi latihan ini lebih disukai untuk memfasilitasi
jalur propriosepsi dan mencegah terjadinya 69

substitusi.
Latihan-latihan ini secara fisiologis
menggunakan total patterns, righting reflexes,
& mekanisme stabilisasi dengan
menitikberatkan pada awal gerakan, dan
latihan berikutnya menitikberatkan pada
aktivitas fungsional sehari-hari.

Frenkel exercises paling bermanfaat jika


terjadi hilangnya propriosepsi (impairment dari
sense otot joint & tendon) harus dikompensasi
dengan sensasi visual.
70
PNF
PNF mengkombinasikan
gerakan pada 3 bidang:
1. bidang sagital: flexion &
extension
2. bidang frontal: abduction
& adduction of limbs
atau lateral flexion dari
spine
3. bidang transversal:
rotation
Spiral & diagonal
HEAD AND NECK
Extension with Rotation to the Left
Bobath approach

Vous aimerez peut-être aussi