Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
TERAPI LATIHAN
Terapi Latihan
Adalah terapi yang meliputi kontraksi otot dan
gerakan tubuh secara keseluruhan untuk meningkatkan
fungsi individu dan melakukan aktivitas sehari-hari.
I. MOBILITY EXERCISES
II. STRENGTHENING EXERCISES
III. CARDIOPULMONARY EXERCISES
IV. MOTOR COORDINATION and SKILL
EXERCISES
V. SPEED TRAINING
VI. RELAXATION EXERCISES
I. MOBILITY EXERCISES
II. STRENGTHENING EXERCISES
III. CARDIOPULMONARY EXERCISES
IV. MOTOR COORDINATION and SKILL EXERCISES
V. SPEED TRAINING
VI. RELAXATION EXERCISES
I. MOBILITY EXERCISE
Untuk memelihara atau mengembalikan mobilitas jaringan lunak dan
sendi.
Dapat dilakukan :
pasif
Aktif assistif
Aktif
Precaution jika mengganggu penyembuhan (m/ fraktur akut) atau
kondisi kardiovaskular yang tidak stabil.
Jenisnya:
a) ROM atau flexibility exercises
b) Stretching
c) Active inhibition
d) Joint mobilization and manipulation
a. Latihan ROM atau fleksibilitas
Tujuan :
Prinsip :
Tanpa tahanan
Diulangi 3-5 kali, dilakukan 1-2 kali sehari, sedikitnya 3x
perminggu
Memelihara mobilitas sepanjang range yang memungkinkan.
latihan dilakukan perlahan dengan progress bertahap untuk
menghindari nyeri dan injury.
Latihan fleksibilitas yang dilakukan dengan kekuatan yang
minimal disebut juga limbering exercises, dengan
mengeliminasi gravitasi melalui positioning.
Alat-alat yang sering digunakan pada ROM exercise :
tongkat, finger ladder, shoulder wheel, overhead pulley,
suspension,skate or powder board, cpms machine
b. Stretching
Suatu gerakan untuk memanjangkan struktur yang secara
patologis memendek dengan meningkatkan ROM sesuai
bidang anatomis.
Sebelum stretching, dapat dilakukan;
relaksasi umum, pendinginan, pemanasan, massage, joint
traction
Precaution:
s.osteoporosis, prolonged immobilisasi, malignansi tulang,
excessive pain, total joint replacement
Kontra indikasi
Halangan tulang yang mengurangi gerak sendi
Ada fraktur baru dan penyatuan tulang belum lengkap
Adanya proses inflamasi akut atau infeksi atau proses
penyembuhan luka
Adanya nyeri tajam saat stretching
Adanya hematome atau tanda trauma jaringan
Adanya hipermobility
Pemendekan jaringan yang diperlukan dalam kestabilan
gerak sendi
Pemendekan jaringan pada penderita kelemahan untuk
fungsi tertentu
c. Inhibisi aktif
1. Contract-relax.
Pasien melakukan kontraksi isometrik pada otot yang tegang,
melawan tahanan 5-10 detik, kemudian relaksasi dan terapis
secara pasif melakukan peregangan pada otot tsb.
2. contract-relax-contract
pasien melakukan kontraksi-relaksasi, diikuti isotonik kontraksi pada
otot antagonisnya kemudian secara aktif melakukan stretching
pada ekstremitas tsb.
3. agonist contraction
Pasien melakukan kontraksi pada otot antagonis melawan tahanan
sehingga otot yang tegang seperti diregangkan.
efektif pada adanya nyeri krn spasme tapi tidak efektif jika ROM
hampir normal
d. Mobilisasi sendi dan manipulasi
Aerobic exercises
meliputi latihan penguatan dan endurans kardiopulmoner
melibatkan banyak otot untuk meningkatkan konsumsi oksigen secara
bertahap
lebih dianjurkan latihan low impact seperti berenang, bersepeda, jalan
cepat, low impact aerobic, mendayung, hiking.
dihindari jenis: contact sport m/ basket, sepakbola, melibatkan rotasi trunk
m/ golf, tenis, atau high impact m/ lari, loncat, skipping.
setiap sesi harus terdiri dari: pemanasan (5-10), latihan inti (20-30) dan
pendinginan (10)
Dapat digunakan untuk mengontrol berat badan.
Selama latihan harus dimonitor
HR dan
RPP (rate pressure product)= HR x sistolic BP
Dasar pemberian dan monitoring intensitas
dari aerobic endurance exercise
THRR (target heart rate range)
Karvonen formula: (max HR rest HR)(40-85%)
+resting HR
age adjusted max HR : (220-age) (65-85%)
Metabolic equivalent (MET) method
MET level ditentukan pada exc tolerance test
menggunakan AGB (treadmill, bycicling test)
initial target : 50-60% max MET level
dapat ditingkatkan hingga 70-85%
Borgs rate of perceived exertion (RPE) scale methode
digunakan oleh pasien untuk menilai intensitas latihan
memiliki arti subyektif, pada pasien yang merasa sudah
familier dengan latihan yang desesuaikan dengan
THRR
Membuat pasien lebih independen dalam menilai
intensitas latihan
Direkomendasikan pada pasien dgn cardiac transplant.
Sulit digunakan pada individu yang kompetitif.
I. MOBILITY EXERCISES
II. STRENGTHENING EXERCISES
III. CARDIOPULMONARY ENDURANCE EXERCISES
IV. MOTOR COORDINATION and SKILL EXERCISES
V. SPEED TRAINING
VI. RELAXATION EXERCISES
I. MOTOR COORDINATION and SKILL EXERCISES
33
Prinsip umum
34
Jenis latihan
Frenkel exercise
Pendekatan secara tradisional untuk meningkatkan
kontrol motorik dan koordinasi.
Peripheral neuromuscular fascilitation (PNF)
36
Pendekatan secara tradisional untuk
meningkatkan kontrol motorik dan koordinasi
Menekankan pada:
Pengulangan gerakan yang spesifik
38
Movement therapy (Brunnstrom approach)
Berdasarkan konsep teori yang menyatakan bahwa
CNS yang rusak mengalami evolusi mundur dan regresi ke
pola gerakan yang lebih dulu.
Adanya gerakan abnormal merupakan bagian yang
wajar dari proses pemulihan sebelum timbul gerakan
normal.
Pasien diajari untuk mengontrol secara volunter pola
gerakan yang tersedia (m/ sinergi anggota gerak)
sebagai awal proses penyembuhannya.
Kemudian dimodifikasi dari pola kombinasi gerakan
yang sederhana ke yang kompleks. 39
Neurodevelopment technique (NDT)
(Bobath approach)
Berdasarkan konsep teori yang menyatakan bahwa
pola gerakan patologis tidak boleh digunakan untuk
latihan karena penggunaan berulang dari efferan yang
patologis akan menyebabkan gerakan tersebut lebih
mudah digunakan daripada pola gerakan normal.
Tujuan:
Menormalkan tonus
40
Sensorimotor approach (Rood
approach)
Menggunakan stimulasi sensorimotor untuk
menormalkan tonus dan mengaktifkan gerakan
yang bertujuan dan respon postur dimulai dari level
perkembangan pasien menuju tingkat
perkembangan yang lebih tinggi.
Yang termasuk stimulasi sensorimotor adalah
peregangan, icing, fast brushing, slow stroking,
tendon tapping, vibration dan joint compression.
41
Pendekatan secara kontemporer
42
Motor relearning program (MRP) untuk pasien stroke (Carr
and Shepherd approach)
7 kategori functional daily activity:
Fungsi extremitas atas
Fungi orofasial
Sitting balance
Standing balance
Berjalan
Demonstrasi visual
Petunjuk manual
Tujuan :
Membantu pasien untuk meningkatkan pola gerakan
yang optimal dalam melaksakan tugas.
Mencapai flexibilitas dalam melaksanakan tugas-tugas
44
I. MOBILITY EXERCISES
II. STRENGTHENING EXERCISES
III. CARDIOPULMONARY ENDURANCE EXERCISES
IV. MOTOR COORDINATION and SKILL EXERCISES
V. SPEED TRAINING
VI. RELAXATION EXERCISES
V. SPEED TRAINING
Latihan yang penting untuk atlet dan dipercaya
dapat mempengaruhi mekanisme control nervous
system
Tehnik latihan termasuk:
gerakan yang semakin cepat
pemberian beban sesaat sebelum kontraksi
isotonic training dengan beban ringan
high resistance, high speed
I. MOBILITY EXERCISES
II. STRENGTHENING EXERCISES
III. CARDIOPULMONARY ENDURANCE EXERCISES
IV. MOTOR COORDINATION and SKILL EXERCISES
V. SPEED TRAINING
VI. RELAXATION EXERCISES
VI. LATIHAN RELAKSASI
Dilakukan aktif secara mental dan fisik untuk
menginduksi relaxation respon pada aktivitas
saraf simpatik, kardiovaskular dan pulmonar
Berguna untuk mengurangi nyeri akut maupun
kronik serta mengurangi kardiopulmonary stress
Dapat dilakukan sesi tersendiri ataupun bersama
dengan sesi lain (pemanasan dan pendinginan)
a. Teknik relaksasi fisiologis
Controlled-breathing relaxation
gerakan nafas perlahan untuk menstimulasi aktivitas
parasimpatik dan menghambat aktifitas simpatik
gerakan pernafasan diafragma
1. Dissosiative visualization
Melakukan relaksasi dengan pemberian informasi
sensorik (lagu, warna) dalam imaginasi
2. Autogenic relaxation
Self hypnosis dengan 6 standar formula
3 Other technique :audio-videotape, guided imaginary,
hypnosis dll
51
Berbaring
Upper limb Lower limb
Setengah berbaring Setengah berbaring
abd & add shoulder, abd & add hip
Setengah berbaring Berbaring miring flx &
Duduk
Berdiri
Berjalan
58
Latihan dengan Berbaring
Berbaring pada dipan dengan alas halus
Kaki dapat bergerak bebas
Kepala sedikit diangkat mata melihat gerakan
59
Latihan dengan Berbaring.
60
Latihan dengan Berbaring.
61
Latihan dengan Duduk
1. Pasien mempertahankan posisi duduk yang
benar selama beberapa menit.
2. Catat waktunya, naikkan tumit saja, kemudian
dilanjutkan dengan mengankat seluruh tungkai
dan menaruh tungkai secara perlahan dilantai
pada posisi yang sama.
3. Buat 2 tanda + dilantai dengan kapur.
Gerakkan kaki diatas tanda, ke depan,
belakang, kanan, kiri.
62
Latihan dengan Duduk.
4. Pasien diajari untuk bangkit dari kursi dan
duduk lagi. Menurut hitungan. Hitungan
pertama, pasien menarik lututnya dari kursi;
pada hitungan dua, mencondongkan badan ke
depan; pada hitungan ketiga berdiri,
meluruskan hip dan lutut. Pasien kemudian
duduk kembali.
5. Gambar kaki dilantai dan minta pasien untuk
meletakkan kakinya pada gambar.
63
Latihan dengan Berdiri
1. Berjalan menyamping lebih seimbang
karena tidak perlu mengangkat jari kaki dari
lantai.
2. Berjalan diantar 2 garis sejajar, 10 langkah
kemudian istirahat. Jarak antara kedua kaki
tidak lebih 6 inci.
3. Berjalan, tempatkan kaki dengan mengikuti
garis pada lantai mendekati posisi add, pola
jalan lurus. Latih langkah, langkah,
langkah, langkah penuh.
64
Latihan dengan Berdiri.
4. Berputar. Gambar lingkaran dilantai. Berputar
3 gerakan; e.g berputar ke kanan:
(a) pasien berputar pada tumit kanan, (b)
mengangkat tumit kiri dan berputar
dengan tumpuan jari kaki kiri,
(c) meletakkan kaki kiri di depan kaki
kanan.
Hal ini dapat dilakukan 4x, berputar penuh,
kemudian dilanjutkan ke kiri.
65
Latihan dengan Berdiri.
5. Berjalan naik turun tangga. Langkah
perlangkah, e.g pasien menaikkan kanan dan
meletakkan kaki kiri disebelahnya; kemudian
menaikkan kaki kiri dan meletakkan kaki kanan
disebelahnya.
Pasien dapat berpegangan pada susuran
tangga saat berlatih naik tangga seperti
orang normal.
66
Saat tangan juga ikut terganggu, gunakan
papan tulis dan kapur.
Rubah tanda minus () ke plus (+); contoh
gambar sederhana (garis lurus, hindari
lingkaran, garis zig-zag, dll); menempatkan jari
telunjuk atau pensil pada lubang-lubang di
papan yang telah diberi nomor.
Berbagai macam papan koordinasi dapat
digunakan untuk meningkatkan koordinasi
tangan-mata.
67
Penggunaan Frenkel exercises sering dijumpai
pada pasien ataxia.
Latihan ini terutama digunakan untuk ataxia
lokomotor yang disebabkan oleh kelainan
propriosepsi.
Latihan ini berguna untuk ataxia celebelaris
68
Dasar fisiologi dari latihan ini adalah
usahanya untuk mengembalikan koordinasi
dengan memanfaatkan indra yang lain
(misalnya visual pada ataxia lokomotor dan
propiosepsi-visual pada disfungsi cerebelar),
dengan pembelajaran kembali secara sadar
oleh fungsi yang hilang.
Gravitasi memberikan sedikit tambahan
tahanan namun tidak cukup untuk
memungkinkan terjadinya penguatan dan
endurance.
Jadi latihan ini lebih disukai untuk memfasilitasi
jalur propriosepsi dan mencegah terjadinya 69
substitusi.
Latihan-latihan ini secara fisiologis
menggunakan total patterns, righting reflexes,
& mekanisme stabilisasi dengan
menitikberatkan pada awal gerakan, dan
latihan berikutnya menitikberatkan pada
aktivitas fungsional sehari-hari.