Vous êtes sur la page 1sur 26

KEMENTERIAN DALAM NEGERI

REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG NO.7 TAHUN 2017


TENTANG
PEMILIHAN UMUM

Dr. Akbar Ali, M.Si

DIREKTORAT JENDERAL POLITIK DAN PEMERINTAHAN UMUM


KEMENTERIAN DALAM NEGERI
KEMENTERIAN DALAM NEGERI

SUBSTANSI PEMILU
1. Sarana kedaulatan rakyat.
Pemilu dihadirkan sebagai instrumen untuk memastikan adanya transisi dan rotasi
kekuasaan berjalan demokratis.
2. Sarana pendorong akuntabilitas dan kontrol publik terhadap negara.
3. Pemilu punya 4 (empat) fungsi:
sarana membangun legitimasi;
sarana penguatan dan sirkulasi elit secara periodik;
sarana menyediakan perwakilan; dan
sarana pendidikan politik.
4. Unsur pemilu
Aktor (penyelenggara pemilu, pemilih, peserta pemilu, serta calon dan
pasangan calon)
Sistem Pemilihan (waktu penyelenggaraan, daerah pemilihan, metode
pencalonan, ambang batas perwakilan, formula perolehan kursi dan penetapan
calon terpilih)
Manajemen dan pelaksanaan (perencanaan dan penganggaran, persiapan, dan
pelaksanaan tahapan)
Penegakan hukum (pengawasan, penyelesaian pelanggaran, penyelesaian
perselisihan, dan pemantauan)
2
KEMENTERIAN DALAM NEGERI

TUJUAN PENYATUAN UU PEMILU


PERTAMA
Melaksanakan Putusan MK No.14/PUU-XI/2013, bahwa Pemilu Anggota DPR, DPD, dan DPRD serta Pemilu
Presiden dan Wakil Presiden tahun 2019 dilaksanakan secara bersamaan.
[Penggabungan 3 Undang-Undang, yaitu: UU 42/2008 ttg Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden; UU
8/2012 ttg Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD, dan DPRD; dan UU 15/2011 ttg Penyelenggara Pemilihan
Umum]

KEDUA
Mereview substansi 3 Undang Undang tersebut guna menyesuaikan kebutuhan pengaturan Pemilu yang
dilaksanakan secara bersamaan dalam Undang-Undang Pemilu.

KETIGA
Menyusun kerangka besar penggabungan dengan tetap berpegang pada logika (pengaturan) Pemilu yaitu
asas dan tujuan yang dijabarkan ke dalam pengaturan secara runtut.

KEEMPAT
memperkuat sistem ketatanegaraan yang demokratis;
mewujudkan Pemilu yang adil dan berintegritas;
menjamin konsistensi pengaturan sistem Pemilu;
memberikan kepastian hukum dan mencegah duplikasi dalam pengaturan Pemilu; dan
mewujudkan Pemilu yang efektif dan efisien.
3
GRAND DESIGN PEMILU SERENTAK
Stabilitas dan Efektifitas
Pemerintahan
PRESIDEN checks and balances DPR
SISTEM PRESIDENSIIL
Presiden dengan DPR yang
legitimasi yang fungsional dan
kuat dan proporsional
dukungan yang PEMILU
memadai dari
Pilpres dan Pileg Serentak
partai di DPR
Alokasi Kursi dan Dapil
Metode konversi suara ke kursi
Sistem Pemilu
Ambang Batas Parlemen
Pencalonan Presiden dan Wakil Presiden

PENYELENGGARA PEMILU MASYARAKAT PARTAI POLITIK


Mandiri dan berintegritas Peningkatan partisipasi masyarakat Kelembagaan partai yang kuat
Kelembagaan kuat Masyarakat sadar politik Kaderisasi baik
Dukungan sekretariat kuat Kualitas pilihan politik masyarakat Rekruitmen baik

4
KEMENTERIAN DALAM NEGERI

PENGUATAN KELEMBAGAAN, KEWENANGAN,


DAN TATA KELOLA PENYELENGGARA PEMILU
A. KPU
Masa jabatan ketua dan anggota KPU adalah selama 5 (lima) tahun,
dan sesudahnya dapat dipilih kembali, hanya untuk satu kali masa
jabatan pada level yang sama.
Penataan jumlah keanggotaan KPU prov dan KPU kab/kota dengan
mempertimbangkan jumlah penduduk, luas wilayah, dan jumlah
administrasi pemerintahan (anggota KPU Prov: 5 atau 7; anggota KPU
Kab/Kota: 3 atau 5).
Kewenangan: mengangkat, membina, dan memberhentikan jajaran
KPU di bawahnya; serta melakukan pemutakhiran dan memelihara
data pemilih secara berkelanjutan dengan memperhatikan data
kependudukan.
Penguatan kelembagaan Sekretariat KPU: Sekjen KPU dibantu paling
banyak 3 deputi dan 1 inspektur utama.
5
KEMENTERIAN DALAM NEGERI

B. BAWASLU
Masa jabatan ketua dan anggota Bawaslu adalah selama 5 (lima)
tahun, dan sesudahnya dapat dipilih kembali, hanya untuk satu
kali masa jabatan pada level yang sama.
Penataan jumlah keanggotaan Bawaslu prov dan Bawaslu
kab/kota dengan mempertimbangkan jumlah penduduk, luas
wilayah, dan jumlah administrasi pemerintahan. (anggota Bawaslu
Prov: 5 atau 7; anggota Bawaslu Kab/Kota: 3 atau 5)
Kewenangan: mendiskualifikasi peserta pemilu yang melakukan
pelanggaran terstruktur, masif, dan sistematis; memutus
pelanggaran administratif; menyelesaikan sengketa proses Pemilu
(melalui mediasi dan adjudikasi); menerima pendaftaran
pemantau pemilu; melatih saksi partai politik; dan mengajukan
pengujian Peraturan KPU kepada MA.
Penguatan kelembagaan Sekretariat Bawaslu: Sekjen Bawaslu
dibantu paling banyak 3 deputi dan 1 inspektur utama
6
KEMENTERIAN DALAM NEGERI

C. DKPP

Anggota DKPP 7 orang terdiri dari: 1 orang ex officio


dari unsur KPU; 1 orang ex officio dari unsur Bawaslu;
dan 5 orang tokoh masyarakat (diusulkan Presiden 2
orang dan DPR 3 orang).
Kewenangan: dapat membentuk Tim Pemeriksa
Daerah yang anggotanya terdiri dari unsur DKPP, KPU
Provinsi, Bawaslu Provinsi, dan tokoh masyarakat yang
dapat memutus pelanggaran kode etik yang dilakukan
oleh penyelenggara pemilu yang ad hoc.
Penguatan kelembagaan Sekretariat DKPP: Sekretariat
DKPP dipimpin oleh Sekretaris.

7
KEMENTERIAN DALAM NEGERI

PROSES PELAKSANAAN PEMILU

PENDAFTARAN VERIFIKASI PARTAI


AWAL TAHAPAN
PARTAI POLITIK POLITIK PESERTA PENETAPAN PARTAI
PEMILU
PESERTA PEMILU PEMILU POLITIK PESERTA
(20 bulan sebelum
(18 bulan sebelum (14 bulan sebelum PEMILU
hari H)
hari H) hari H)

PENETAPAN PENGUSULAN PASANGAN


KAMPANYE PASANGAN CALON CALON PRESIDEN DAN
MASA TENANG WAKIL PRESIDEN (8 bulan
(3 hari setelah PRESIDEN DAN WAKIL
(3 hari sebelum hari sebelum hari H)
penetapan DCT s/d PRESIDEN SERTA DCT SERTA CALON ANGGOTA
H)
masa tenang) ANGGOTA DPR, DPD, DPR, DPD, DAN DPRD
DAN DPRD (9 bulan sebelum hari H)

REKAPITULASI SUARA:
PPK
PEMUNGUTAN DAN KPU Kab/Kota (20 hari GUGATAN
PENGHITUNGAN setelah hari H) PENETAPAN
KPU Prov (25 hari setelah PERSELISIHAN HASIL
SUARA PEMENANG
hari H) PEMILU KE MK
(April 2019) KPU (35 hari setelah hari
H)
8
KEMENTERIAN DALAM NEGERI

PENYUSUNAN DAFTAR PEMILIH

PENYUSUNAN
SINKRONISASI DATA PEMUTAKHIRAN DPS
DATA
PEMILIH DATA PEMILIH (1 bulan sejak
KEPENDUDUKAN
(selama 2 bulan) (selama 4 bulan) pemutakhiran data
pemilih berakhir)

DAK2 (16 bulan sebelum hari H)


PEMERINTAH WNI di luar negeri (16 bulan
(DAK2, DP4 dan WNI di sebelum hari H) PENGUNGUMAN DAN
luar negeri) DP4 (14 bulan sebelum hari H) MASUKAN
Data kependudukan (setiap 6 MASYARAKAT ATAS
bulan) DPS
KPU (selama 14 hari)

PENGUMUMAN DAN
PENYAMPAIAN
MASUKAN PERBAIKAN DPS
SALINAN DPT KEPADA PENYUSUNAN DPT
MASYARAKAT ATAS (14 hari sejak
PARPOL (7 hari sejak DPS hasil
DPS HASIL masukan masyarakat
(7 hari sejak DPT perbaikan)
PERBAIKAN berakhir)
ditetapkan)
(selama 7 hari)

9
KEMENTERIAN DALAM NEGERI

PELAKSANAAN PEMILU
TAHAPAN PEMILU
Pelaksanaan Pentahapan dilaksanakan 20 bulan sebelum hari pemungutan suara.
KETERANGAN :
Pentahapan pemilu dimulai pada bulan Agustus 2017 dan Pemungutan suara dilaksanakan
pada Bulan April 2019

PERSYARATAN PARTAI POLITIK PESERTA PEMILU


Sesuai dengan UU No. 8 Tahun 2012
berstatus badan hukum sesuai dengan Undang-Undang tentang Partai Politik
memiliki kepengurusan di seluruh provinsi
memiliki kepengurusan di 75% jumlah kab/kota di provinsi yang bersangkutan
memiliki kepengurusan di 50% jumlah kec di kab/kota yang bersangkutan
menyertakan sekurang-kurangnya 30% keterwakilan perempuan pada kepengurusan partai
politik tingkat pusat.

KETERANGAN:
Syarat peserta pemilu sama dengan syarat pemilu sebelumnya.
Pendaftaran partai politik peserta pemilu dimulai 18 bulan sebelum hari pemungutan suara.

10
KEMENTERIAN DALAM NEGERI

PERSELISIHAN PENGURUS PARPOL


Jika terjadi perselisihan kepengurusan Parpol, kepengurusan Parpol tingkat Pusat
yg menjadi Peserta Pemilu dan dapat mendaftarkan Paslon dan caleg merupakan
kepengurusan Parpol tingkat Pusat yg sudah memperoleh putusan Mahkamah
Partai atau nama lain dan didaftarkan serta ditetapkan dengan keputusan
Menkumham.
Jika masih terdapat perselisihan atas putusan Mahkamah Partai atau nama lain,
kepengurusan Parpol tingkat Pusat yang menjadi Peserta Pemilu dan dapat
mendaftarkan Paslon dan caleg merupakan kepengurusan yang sudah memperoleh
putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap dan
didaftarkan serta ditetapkan dengan keputusan Menkumham.
Putusan Mahkamah Partai atau nama lain dan/atau putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap wajib didaftarkan ke Kemenkumham paling
lambat 30 hari kerja terhitung sejak terbentuknya kepengurusan yang baru dan
wajib ditetapkan dengan keputusan Menkumham paling lambat 7 hari kerja
terhitung sejak diterimanya persyaratan.
Jika pendaftaran dan penetapan kepengurusan Parpol belum selesai, sementara
batas waktu pendaftaran Paslon dan caleg di KPU Provinsi atau KPU
Kabupaten/Kota akan berakhir, kepengurusan Parpol yang menjadi Peserta Pemilu
dan dapat mendaftarkan Paslon dan caleg adalah kepengurusan Parpol yang
tercantum dalam keputusan terakhir Menkumham.
11
KEMENTERIAN DALAM NEGERI

ALOKASI KURSI PER DAPIL


Prinsip penataan dapil: kesetaraan nilai suara, ketaatan pd sistem Pemilu yg proporsional, proporsionalitas,
integralitas wilayah, berada dlm cakupan wilayah yg sama, kohesivitas, dan kesinambungan.
Alokasi kursi per dapil DPR RI: 3 10 kursi; DPRD Prov/Kab/kota: 3 12 kursi
Daerah pemilihan DPR RI dan DPRD Prov menjadi lampiran UU
Jumlah kursi DPRD Prov:
a. Jumlah penduduk sampai dengan 1 juta = 35 kursi
b. Jumlah penduduk 1 juta 3 juta = 45 kursi
c. Jumlah penduduk 3 juta 5 juta = 55 kursi
d. Jumlah penduduk 5 juta 7 juta = 65 kursi
e. Jumlah penduduk 7 juta 9 juta = 75 kursi
f. Jumlah penduduk 9 juta 11 juta = 85 kursi
g. Jumlah penduduk 11 juta 20 juta = 100 kursi
h. Jumlah penduduk lebih dari 20 juta = 120 kursi
Daerah pemilihan DPRD Kab/Kota ditetapkan dengan Keputusan KPU
a. Jumlah penduduk sampai dengan 100 ribu = 20 kursi
b. Jumlah penduduk 100 ribu 200 ribu = 25 kursi
c. Jumlah penduduk 200 ribu 300 ribu = 30 kursi
d. Jumlah penduduk 300 ribu 400 ribu = 35 kursi
e. Jumlah penduduk 400 ribu 500 ribu = 40 kursi
f. Jumlah penduduk 500 ribu 1 juta = 45 kursi
g. Jumlah penduduk 1 juta 3 juta = 50 kursi
h. Jumlah penduduk lebih dari 3 juta = 55 kursi

12
KEMENTERIAN DALAM NEGERI

PENCALONAN PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN


Pencalonan presiden dan wakil presiden ditentukan dengan batasan minimal 20% kursi DPR RI
atau 25% suara sah pada Pemilu DPR sebelumnya.
Pendaftaran Pasangan Calon paling lambat 8 bulan sebelum hari pemungutan suara.

ANTISIPASI PASANGAN CALON TUNGGAL


Jumlah keseluruhan Paslon yang diusulkan minimal berjumlah 2 Paslon.
KPU menolak pendaftaran Paslon jika : pendaftaran 1 Paslon diajukan oleh gabungan seluruh
Parpol atau pendaftaran 1 Paslon diajukan oleh gabungan parpol yang mengakibatkan
gabungan Parpol lainnya tidak dapat mendaftarkan Paslon.
Jika terdapat 1 Paslon, KPU memperpanjang jadwal pendaftaran selama 7 hari.
Partai politik atau Gabungan Partai Politik yang memenuhi syarat mengajukan Pasangan Calon
tidak mengajukan bakal Pasangan Calon, partai politik bersangkutan dikenai sanksi tidak
mengikuti Pemilu berikutnya.
Dalam hal telah dilaksanakan perpanjangan pendaftaran masih terdapat 1 Pasangan Calon,
tahapan pelaksanaan Pemilu tetap dilaksanakan sesuai dengan ketentuan Undang-Undang ini.

PENCALONAN ANGGOTA DPR, DPD, DAN DPRD


Pendaftaran calon anggota DPR, DPD, dan DPRD paling lambat 9 bulan sebelum hari
pemungutan suara.
13
KEMENTERIAN DALAM NEGERI

KAMPANYE PEMILU
METODE KAMPANYE
pertemuan terbatas; (3 hari sejak penetapan DCT s.d masa tenang)
pertemuan tatap muka; (3 hari sejak penetapan DCT s.d masa tenang)
penyebaran bahan Kampanye Pemilu kepada umum; (3 hari sejak penetapan DCT s.d masa tenang)
pemasangan alat peraga di tempat umum; (difasilitasi KPU yang dapat dibiayai APBN) (3 hari sejak
penetapan DCT s.d masa tenang)
media sosial; (3 hari sejak penetapan DCT s.d masa tenang)
iklan media massa cetak, media massa elektronik, dan internet; (difasilitasi KPU yang dapat dibiayai APBN)
rapat umum; (21 hari s.d masa tenang)
debat Pasangan Calon tentang materi Kampanye Pasangan Calon; (difasilitasi KPU yang dapat dibiayai APBN)
(21 hari s.d masa tenang)
kegiatan lain yang tidak melanggar larangan Kampanye Pemilu dan ketentuan peraturan perundang-
undangan

DANA KAMPANYE
Dana kampanye Pilpres:
a. Perseorangan maksimal 2,5 M
b. kelompok, perusahaan, atau badan usaha nonpemerintah maksimal 25 M
Dana kampanye DPR dan DPRD:
a. Perseorangan maksimal 2,5 M
b. kelompok, perusahaan, atau badan usaha nonpemerintah maksimal 25 M
Dana kampanye DPD;
a. Perseorangan maksimal 750 juta
b. kelompok, perusahaan, atau badan usaha nonpemerintah maksimal 1,5 M
14
KEMENTERIAN DALAM NEGERI

PEMUNGUTAN SUARA
PERLENGKAPAN PEMUNGUTAN SUARA
PEMUNGUTAN SUARA [Secara serentak April 2019]

kotak suara; Pemungutan suara Pemilu


surat suara; diselenggarakan secara serentak.
tinta; Hari, tanggal, & waktu pemungutan
bilik pemungutan suara;
segel; suara Pemilu ditetapkan dengan
alat untuk mencoblos pilihan; keputusan KPU.
tempat pemungutan suara.

Pemilih yang berhak mengikuti


pemungutan suara di TPS meliputi:
SURAT SUARA SUARA SAH pemilik KTP elektronik yang
Presiden dan Wakil Presiden Presiden dan Wakil Presiden terdaftar pada DPT di TPS yang
Foto tanda coblos pada nomor urut, bersangkutan;
Nama foto, nama salah satu Paslon, pemilik KTP elektronik yang
Nomor Urut tanda gambar parpol, dan/atau terdaftar pada daftar pemilih
Tanda Gambar Parpol (Gabungan tanda gambar gabungan parpol.
tambahan;
Parpol) Pengusung Pasangan Calon.
DPR dan DPRD : pemilik KTP elektronik yang tidak
DPR, DPRD Prov, dan DPRD Kab/Kota: tanda coblos pada nomor atau terdaftar pada DPT dan daftar
Tanda Gambar Parpol tanda gambar parpol berada
pemilih tambahan; dan
Nomor Urut Parpol untuk setiap pada kolom yang disediakan.
penduduk yang telah memiliki hak
Dapil
DPD pilih.
Nomor urut dan nama caleg
tanda coblos terdapat pada 1
DPD (satu) calon perseorangan. Pemilih untuk setiap TPS paling banyak
Pas Foto
Nama Calon untuk setiap Dapil
500 (lima ratus) orang

15
KEMENTERIAN DALAM NEGERI

SISTEM PEMILU
Sistem Proporsional Terbuka, kesempatan kepada pemilih untuk memilih
calegnya secara langsung.
Penentuan caleg terpilih ditentukan dengan perolehan suara terbanyak
masing-masing caleg.

AMBANG BATAS PARLEMEN

ambang batas parlemen sebesar 4% DPR RI.


Untuk DPRD Prov/Kab/Kota tidak diterapkan ambang batas parlemen.

16
KEMENTERIAN DALAM NEGERI

METODE KONVERSI SUARA KE KURSI


METODE SAINTE LAGUE (Murni)
Metode Sainte Lague dengan bilangan pembagi 1; 3; 5; 7; dst.
Penghitungan jumlah kursi yang didapat sama dengan Metode Kuota Hare,
yang membedakan adalah bilangan pembaginya.
Deviasi (penyimpangan) keadilannya rendah.
Suara terbuang lebih sedikit.
Metode Sainte Lague termasuk metode penghitungan yang efektif dan
efisien. Hal ini dikarenakan oleh metode penghitungan Sainte Lague ini
menyediakan cara perhitungan perolehan suara kursi partai yang sederhana
dan berlangsung dalam satu tahap perhitungan.
Metode ini bisa menghilangkan munculnya potensi adanya sisa kursi yang
tidak terbagi habis dalam satu kali tahap perhitungan seperti yang muncul
dalam metode Quota Hare atau proses 3 (tiga) tahap pada metode konversi
suara ke kursi Pemilu sebelumnya.

17
KEMENTERIAN DALAM NEGERI

METODE SAINTE LAGUE (MURNI)

NO PARTAI SUARA SAH BP 1 BP 3 BP 5 TOTAL


1 A 94.200 94.200 31.400 18.840
2 B 101.120 101.120 33.707 20.224 1 KURSI
3 C 301.870 301.870 100.623 60.374 1 KURSI
4 D 205.569 205.569 68.523 41.114 1 KURSI
5 E 302.000 302.000 100.667 60.400 1 KURSI
6 F 263.621 263.621 87.874 52.724 1 KURSI
7 G 305.713 305.713 101.904 61.143 2 KURSI
8 H 199.074 199.074 66.358 39.815 1 KURSI
9 I 148.421 148.421 49.474 29.684 1 KURSI
10 J 205.410 205.410 68.470 41.082 1 KURSI
TOTAL 2.126.998 10 KURSI

18
KEMENTERIAN DALAM NEGERI

METODE KUOTA HARE (PEMILU 2014)

NO PARTAI SUARA SAH BPP TAHAP I TAHAP II TOTAL


1 A 94.200 212.700 94.200 1 KURSI
2 B 101.120 101.120 1 KURSI
3 C 301.870 301.870 89.170 1 KURSI
4 D 205.569 205.569 1 KURSI
5 E 302.000 302.000 89.300 1 KURSI
6 F 263.621 263.621 50.921 1 KURSI
7 G 305.713 305.713 93.013 1 KURSI
8 H 199.074 199.074 1 KURSI
9 I 148.421 148.421 1 KURSI
10 J 205.410 205.410 1 KURSI
TOTAL 2.126.998 4 KURSI 6 KURSI 10 KURSI

19
KEMENTERIAN DALAM NEGERI

PERBANDINGAN KUOTA HARE DAN SAINTE LAGUE

NO PARTAI SUARA SAH KUOTA HARE ST. LAGUE


1 A 94.200 1 KURSI
2 B 101.120 1 KURSI 1 KURSI
3 C 301.870 1 KURSI 1 KURSI
4 D 205.569 1 KURSI 1 KURSI
5 E 302.000 1 KURSI 1 KURSI
6 F 263.621 1 KURSI 1 KURSI
7 G 305.713 1 KURSI 2 KURSI
8 H 199.074 1 KURSI 1 KURSI
9 I 148.421 1 KURSI 1 KURSI
10 J 205.410 1 KURSI 1 KURSI
TOTAL 2.126.998 10 KURSI 10 KURSI

20
KEMENTERIAN DALAM NEGERI

PELANGGARAN PEMILU
Pelanggaran Kode Etik Penyelenggara Pemilu merupakan pelanggaran terhadap etika Penyelenggara
Pemilu yang berpedomankan pada sumpah dan/atau janji sebelum menjalankan tugas sebagai
Penyelenggara Pemilu.
Pemilih/
Pemantau Pelanggaran administratif Pemilu meliputi pelanggaran terhadap tata cara, prosedur, dan mekanisme yang
Pemilu/ berkaitan dengan administrasi pelaksanaan Pemilu dalam setiap tahapan Penyelenggaraan Pemilu.
Peserta
Pemilu DKPP Rehabilitasi
Pelanggaran
Kode Etik Tim Pemeriksa Sanksi
Daerah

Sanksi administratif pembatalan


Pelanggaran
Bawaslu, Bawaslu Terbukti KPU calon anggota DPR, DPD, DPRD
Administratif
Prov, Bawaslu prov, DPRD kab/kota, dan Paslon
Kab/Kota, Pelanggaran
Panwaslu terstruktur,
sistematis, dan
Kecamatan, masif
Panwaslu Tidak
KPU Menerima
Desa/Kel, Menerima
Tidak menetapkan
Panwaslu LN, dan kembali calon
Terbukti Bukan
Pengawas TPS anggota DPR, Membatalkan
pelanggaran
Pemilu DPD, DPRD Keputusan KPU
prov, DPRD MA
Diproses bawaslu
sesuai kab/kota, dan Penetapan
kewenanganannya Paslon Keputusan KPU
Diteruskan kpd instansi
yg berwenang
21
KEMENTERIAN DALAM NEGERI

SENGKETA PROSES PEMILU


Sengketa proses Pemilu meliputi sengketa yang terjadi antar Peserta Pemilu dan sengketa
Peserta Pemilu dengan Penyelenggara Pemilu sebagai akibat dikeluarkannya Keputusan
KPU, Keputusan KPU Provinsi, dan Keputusan KPU Kabupaten/Kota.

Pelapor

Keputusan Bawaslu
bersifat terakhir dan
mengikat
Mediasi
Bawaslu, Bawaslu
Prov, dan Bawaslu
Kab/Kota
Adjudikasi Sengketa terkait:
penetapan Parpol
Peserta Pemilu; Pengadilan Putusan
penetapan DCT Tata Usaha bersifat final
anggota DPR, DPD, Negara dan mengikat
DPRD; dan
penetapan Paslon

22
KEMENTERIAN DALAM NEGERI

PERSELISIHAN HASIL PEMILU


Perselisihan hasil Pemilu meliputi perselisihan antara KPU dan Peserta Pemilu mengenai
penetapan perolehan suara hasil Pemilu secara nasional.

Peserta Mahkamah Putusan MK bersifat KPU wajib


Pemilu Konstitusi final dan mengikat tindak lanjuti

23
KEMENTERIAN DALAM NEGERI

TINDAK PIDANA PEMILU

Pelapor

KPU, KPU
Bawaslu, Bawaslu
Penuntut Pengadilan Pengadilan Provinsi, dan
Prov, Bawaslu Polri
Umum Negeri Tinggi KPU Kabupaten/
Kab/Kota
Kota

Putusan Putusan

Final
Polri
Mengikat
Sentra
Penegakan
Bawaslu
Hukum
Terpadu
Kejaksaan
Sekretariat
Agung 24
KEMENTERIAN DALAM NEGERI

CATATAN
1. Penataan sistem pemilu adalah bagian dari upaya
membangun sistem politik dalam negeri yang sehat,
berdaulat, dan bermanfaat bagi kemajuan masyarakat,
bangsa, dan negera.
2. Dalam setiap sistem pemilu selalu terdapat keunggulan dan
sekaligus kelemahan. Yang diperlukan adalah kecocokan
dan keselarasan dengan misi dan tujuan pemilu.
3. Kemandirian parpol adalah prasyarat bagi sistem kepartaian
modern dan profesional.
4. Pendidikan politik adalah tanggung jawab semua pihak.
5. Politik uang adalah masalah penting yg harus diberantas
Bagaimana menciptakan komitmen bersama.

25
SUMATERA KALIMANTAN

IRIAN JAYA

JAVA

TERIMA KASIH 26
26

Vous aimerez peut-être aussi