Vous êtes sur la page 1sur 137

AIR ASAM TAMBANG

PROSEDUR PENENTUAN DAN


PENGELOLAAN

Acid mine drainage in a


Penn. stream

Oleh
Siti Rafiah Untung

DIBERIKAN PADA DIKLAT AIR ASAM TAMBANG


SAWAHLUNTO , 2007

12/10/2017 1
DEFINISI
Air Asam Tambang (AAT) adalah
istilah umum yang digunakan
untuk menerangkan lindian
(leachate), rembesan (seepage)
atau aliran (drainage) yang
telah dipengaruhi oleh oksidasi
alamiah mineral sulfida yang
terkandung dalam batuan yang
terpapar (exposed) selama
penambangan.
12/10/2017 2
GAMBARAN
The main mineral involved in the generation of AMD is pyrite.
Pyrite is unstable in the prevailing conditions present at the Earths
surface and therefore breaks down into secondary minerals, such as
iron oxides(similar to rust).
It is the chemical reactions involved in the formation of the
secondary, more stable minerals where AMD is generated.
Pyrite + Oxygen + Water = AMD
While the oxidation of
sulphidic rocks is a
naturally occuring
process, the speed of acid
drainage increases
markedly when sulphidic
rocks are exposed during
mining operations
12/10/2017 3
TUJUAN
sumber potensial untuk pembentukan AMD
Proses terjadinya AMD
Prosedur uji yang digunakan untuk menentukan
- potensi pembentukan AMD dari limbah
- penentuan besarnya asam yang dihasilkan
untuk karakterisasi limbah
- menentukan derajat pencemaran
- menentukan jenis pengelolaan sesuai kondisi

12/10/2017 4
KAPAN AAT TERBENTUK?
Pada kegiatan pertambangan AAT terbentuk baik
pada tambang terbuka maupun pada tambang
bawah tanah sejak tahap konstruksi sampai pada
tahap pasca tambang.

Tambang-tambang batubara, logam dasar dan


emas yang mengandung mineral sulfidis, baik
pada batuan/bijihnya maupun batuan sampingnya
berpotensi untuk membentuk AMD

12/10/2017 5
KAPAN TIDAK AAT
TERBENTUK?
Tidak semua kegiatan yang menyebabkan
tereksposnya batuan yang mengandung sulfida
menimbulkan AAT.

AAT tidak terbentuk bila :


- mineral sulfida tidak reaktif
- batuan mengandung cukup mineral bersifat
basa sebagai penetral asam yang terbentuk
- iklim kering
- infiltrasi air hujan tidak cukup untuk
membentuk AMD
12/10/2017 6
MINERAL SULFIDA PEMBENTUK AMD
Mineral Komposisi

Pyrite FeS2

Marcasite FeS2

Chalcopyrite Cu FeS2

Chalcocite Cu2S

Sphalerite ZnS

Galena PbS

Millerite NiS

Pyrrhotite Fe1-xS (dimana 0<x<0.2)

Arsenopyrite FeAsS
Cinnabar
12/10/2017
HgS 7
PROSES
PEMBENTUKAN AMD
Pada kisaran pH 3,5 4,5; proses oksidasi
besi dipercepat oleh berbagai bakteri seperti
Metallogenium.

Di bawah pH 3,5 reaksi yang sama dipercepat


oleh Thiobacillus ferrooxidans.

Jika ion feri bereaksi dengan pirit lagi maka


pirit akan larut dan reaksi berikut ini akan
berlangsung

2 FeS2 (s) + 14 Fe3+ + 8 H2O 15 Fe2+ + 16 H+

12/10/2017 8
Mekanisme AAT
FeS2(s) + 7O2(g) +2H2O 2Fe2+(l) + 4SO42-(l) + 4H+ (l)
(1)
Pyrite

4Fe2+(aq) + O2(g) + 4H+ (l) 4Fe3+ (l) + 2H2O (2)

4Fe3+(aq) + 12H2O 4Fe(OH)3(s) + 12H+(l) (3)

12/10/2017 Thiobacillus ferrooxidans 9


PENGUJIAN AIR ASAM
TAMBANG
Tujuan dari pengujian/prediksi ini adalah

untuk menentukan ada atau tidaknya limbah


tambang yang dapat membentuk asam

memprakirakan kualitas dari penirisan


berdasarkan kecepatan pembentukan asam
yang diukur

12/10/2017 10
PENGAMBILAN CONTOH
Geologi terutama adanya pengetahuan yang baik
dari geologi local daerah yang diteliti, termasuk di
dalamnya informasi Pengambilan contoh untuk
pengujian ini harus memperhatikan faktor geologi
dan faktor lingkungan.

Faktor dari kegiatan penambangan, inti bor dan


sumber lainnya.

Faktor lingkungan meliputi tinjauan dari kemungkinan


adanya bahan pencemar dalam batuan dan
parameter-parameter iklim.

12/10/2017 11
PENGAMBILAN CONTOH
Min 8 12 contoh/setiap jenis batuan atau 1
contoh/1 juta ton batuan (Schafe 1993).

The British Columbia AMD Task Force


menyarankan jumlah minimum jumlah contoh
ditentukan berdasarkan atas massa unit geologi,
yaitu 25 contoh untuk 1 ton unit geologi atau 1
contoh untuk 40000 ton.

12/10/2017 12
Sumber Untuk Pengambilan Contoh untuk
Analisis AAT
Komponen Kegiatan pertambangan Sebagi Sumber Sumber Contoh untuk Mengidentifikasi AMD
AMD
Dinding pit Inti bor dan cuttings
Underground exploration passages
Paritan (trenches)
Dinding pit (hanya untuk tambang yang aktif)

Penggalian batuan penutup pada tambang bawah tanah Inti bor


Lubang masuk kegiatan eksplorasi tambang bawah tanah
(Underground exloration adits)
Front dan dinding tambang (hanya untuk yang masih aktif)
Batuan penutup yang digali
Penimbunan batuan samping/overburden Inti bor
Lubang masuk kegiatan eksplorasi tambang bawah tanah
(Underground exloration adits)
Timbunan batuan (hanya untuk yang masih aktif)

Penimbunan bijih di stockpile Inti bor


Lubang masuk kegiatan eksplorasi tambang bawah tanah
(Underground exloration adits)
Timbunan batuan (hanya untuk yang masih aktif) (Cek lagi!!!)
Tailing dari kegiatan pengolahan Residu dari pengujian metalurgi skala laboraorium atau uji pilot
plant
Kolam tailing
12/10/2017 13
METODA PENGUJIAN
Uji statik atau uji kinetik.

Uji statik menentukan:


pembentukan asam total dan potensi penetralan
asam dari contoh yang dianalisis.
Kapasitas pembentukan asam dapat dihitung sebagai
selisih dari nilai pembentukan asam total dengan
potensi penetralan asam atau sebagai perbandingan
kedua nilai tersebut di atas.

12/10/2017 14
UJI STATIK
Prosedur BC Research Inc /BC Research Inc
Procedur

Prosedur Lappako / Lappako Procedur

Perhitungan asam basa/ Acid-Base Accounting

Prosedur Pembentukan asam netto/ Procedur Net


Acid Generation (NAG) Procedur

12/10/2017 15
Prosedur BC Reasearch Inc.
untuk mengevaluasi potensi pembentukan asam dari
bijih dan batuan.

Contoh yang digunakan harus mewakili jenis mineralisasi


yang diuji. Contoh diambil secara komposit atau grab
sampling secara random.

Contoh yang dianalisis tergantung variabilitas


mineralisasi dan ditentukan oleh geologist.

Contoh digerus sampai minus 10 mesh dan 250 gr


dipisahkan, dikeringkan dan dihaluskan sampai 6)% lolos
minus 400 mesh untuk pennetuan kadar belerang, dan
titrasi.
12/10/2017 16
Prosedur BC Reasearch Inc.
Penentuan kadar
sulfur (S)
Dilakukan dengan cara
Leco furnace atau cara
basah. Potensi
pembetukan asam
dihitung berdasarkan
kadar S total dan
dinyatakan dengan kg
asam sulfat.

12/10/2017 17
Prosedur BC Reasearch Inc.
Penentuan kebutuhan asam
secara titrasi
10 gr contoh disuspensikan
dalam 100 ml aquades dan
diaduk selama 15 menit. pH
contoh ditentukan.
Contoh dititrasi dengan asam sulfat 1 N sama pH 3.5
dengan menggunakan automatic titrator. Uji
dilanjutkan sampai penambahan asam lebih kecil dari
0.1 ml. Penambahan asam dicatat dan dikonversikan
ke kg per ton contoh.

12/10/2017 18
Prosedur BC Reasearch Inc.
Perhitungan kebutuhan asam
Kebutuhan asam = ml 1.0 N H2SO4 x 4.9 kg/ton

Interpretasi
Kebutuhan asam > potensi pembentukan asam maka
contoh bukan pembentuk asam

Kebutuhan asam < potensi pembentuk asam maka


kemungkinan terjadi pembentukan air asam tambang.

12/10/2017 19
PROSEDUR LAPAKKO

Menentukan potensi penetralan dari


limbah tambang logam penetralan dari
limbah tambang logam
Merupakan modifikasi dari BC Research Initial
Test. Perbedaan utama titik akhir titrasi yang
digunakan pH 6.0 bukan pH 3.5.
Preparasi contoh

Contoh dihaluskan sampai 70% lolos saringan


325 mesh (70% butiran contoh mempunyai
diameter < 44 m.
Titrasi dilakukan sama dengan Prosedur BC
Research Initial Test. tetapi titik akhir titrasi
pH 6.
12/10/2017 20
Perhitungan asam basa
dikembangkan pada tahun 1974 untuk
mengevaluasi limbah pertambangan batubara
dan dimodifikasi oleh Sobek dan kawan-kawan
pada tahun 1978.

Pada uji statik kualitas penirisan digambarkan


oleh perbandingan potensi pembentukan asam
maksimum (MAP) dengan potensi penetralan
maksimum suatu contoh (ANC).

MAP ditentukan berdasarkan perhitungan


perkalian % S dalam contoh dengan faktor
koreksi (MAP = 31.25 x % S) dengan asumsi
bahwa 2 mole asam akan dihasilkan dari setiap21
12/10/2017
Perhitungan asam basa
Satuan dari MAP adalah kg H2SO4/ton batuan.

ANC adalah jumlah karbonat yang tersedia


dalam contoh untuk menetralkan asam.

Nilai ANC ditentukan penambahan asam


klorida
ditambahkan berlebih ke dalam contoh dan
dididihkan
sampai reaksi berhenti. Selanjutnya pada
larutan
dilakukan titrasi kembali sampai pH 7
menggunakan
larutan natrium hidroksida untuk menentukan22
12/10/2017
Perhitungan asam basa
NAPP (net acid production potential)
atau potensi pembentukan asam bersih
ditentukan sebagai selisih dari MAP dan
ANC, nilai ini dapat positif atau negatif.

Pada pengujian ini diasumsikan bahwa


semua belerang dalam contoh
diasumsikan sebagai belerang reaktif.
Asumsi ini tidak memperhitungkan adanya
gypsum dan mineral sulfida tidak reaktif.

12/10/2017 23
PENGGOLONGAN JENIS BATUAN
PEMBENTUK ASAM
No. Golongan Jenis batuan Keterangan
1 Tipe 1 bukan pembentuk nilai pH uji NAG lebih besar atau
asam sama dengan 4,5 dan atau nilai
NAPP negatif;
2 Tipe 2 potensi pembentuk pH uji NAG lebih kecil 4,5; nilai
asam kapasitas NAG pada pH 4,5 lebih kecil dari 5
rendah kg H2SO4 per ton; NAPP 0 - 10 kg
H2SO4 per ton

3 Tipe 3 potensi pembentuk pH uji NAG lebih kecil 4,5; nilai


asam kapasitas NAG pada pH 4,5 lebih besar atau
tinggi sama dengan 5 kg H2SO4 per ton;
NAPP lebih besar atau sama
dengan 10 kg H2SO4 per ton
4 Tipe 4 pembentuk asam pH uji NAG lebih kecil 4,5; dan
batuan (1:2) lebih kecil dari 4,5;
nilai NAG pada pH 4,5 lebih besar
atau sama dengan 5 kg H2SO4 per
ton; NAPP lebih besar atau sama
dengan 10 kg H2SO4 per ton
12/10/2017 24
UJI KINETIK
Uji kinetik berbeda dengan uji statik, pada uji kinetik dicoba
untuk meniru rekasi oksidasi alami di lapangan.

Pada umumnya uji ini menggunakan contoh yang banyak dan


membutuhkan waktu yang lebih lama dari pada uji statik.

Uji ini meliputi pelapukan dari contoh di bawah kondisi


laboratorium untuk mesimulasikan perubahan kimia yang terjadi
pada limbah.
Uji ini memberikan informasi mengenai kecepatan oksidasi
mineral sulfida dan produksi asam dan indikasi kualitas air
penirisan.

Uji kinetik dipersiapkan untuk melakukan simulasi proses yang


terjadi di lapangan.

membutuhkan waktu yang lebih lama dan biasanya mahal


dibandingkan dengan uji statik
.
12/10/2017 25
UJI KINETIK
Data dari uji-uji ini digunakan untuk mengklasifikasikan
limbah atau material berdasarkan potensi pembentukan
asamnya.

Beberapa uji kinetik yang banyak digunakan adalah :


Uji sel kelembaban/ Humidity Cell Test
Uji kolom pelindian
Uji tabung kocok / Shake Flasks Test
Uji Lysimeter/ Lysimeter Test

12/10/2017 26
UJI SEL KELEMBABAN
Contoh digerus sampai minus 2
mm., kemudian dimasukkan
kedalam Humidity sel.

Saluran udara disambungkan


dengan sumber udara.

Percobaan biasanya dilakukan


dalam siklus 7 hari.
.
3 hari pertama udara kering dilalirkan ke dalam sel

3 hari yang lain udara basah dialirkan ke dalam sel

12/10/2017 27
UJI SEL KELEMBABAN
Pada akhir dari siklus, aquades ditambahkan ke dalam
sel dan dibiarkan contoh terendam 1 jam.

Setelah 1 jam, air dalam cell dialirkan melalui slang dan


ditampung.

Air tampungan diukur dan diperiksa.


- pH,
- DHL,
- SO4 dan
- asiditas.
12/10/2017 28
UJI SEL KELEMBABAN

12/10/2017 29
UJI KOLOM PELINDIAN
Pada uji ini digunakan
kolom yang berisi contoh
uji. Bagian bawah dari
kolom disekat dengan
material yang berpori
untuk menahan contoh
uji tetapi dapat dilewati
oleh air

Ke dalam contoh uji


ditambahkan air yang
dibiarkan mengalir dan
larutan yang terbentuk
ditampung dan dianalisis.

12/10/2017 30
UJI KOLOM PELINDIAN
Siklus kering dan basah dilakukan dengan
penambahan air dan kemudian dibiarkan kolom
menjadi kering.
Masing-masing siklus biasanya dilakukan dari
beberapa hari sampai seminggu atau lebih, tapi
umumnya masing-masing 3 minggu.
Air yang ditambahkan ditampung dalam suatu
wadah dan ditetapkan kecepatan oksidasi,
sulfat, logam yang dilepas dan parameter
lainnya.
Sebagai uji kolom ini adalah penggunaan
lysimeter yang merupakan metode yang akan
digunakan pada penelitian ini.

12/10/2017 31
UJI TABUNG KOCOK
Biasa digunakan di Canada dan Amerika
Contoh uji dimasukkan dalam labu erlenmeyer dan
diberi 70 ml media nutrisi dan bakteri Thiobacillus.

Kemudian dikocok menggunakan mesin kocok untuk


perioda waktu tertentu dan dilakukan secara seri.

Misalnya setiap minggu diambil satu erlenmeyer dan


cairan dianalisis sesuai dengan parameter untuk Uji Sel
Kelembaban

12/10/2017 32
UJI EKSTRAKSI DENGAN
SOXHLET
merupakan simulasi pelapukan
geokimia yang menggunakan alat
ekstraksi sokslet untuk
meresirkulasikan larutan pada
contoh.

Contoh ditaruh diletakkan pada wadah


contoh dari alat dan larutan
disirkulasikan dari reservoir. Larutan
yang digunakan adalah asam asetat
atau akuades dan proses pelindian
dilakukan pada temperatur 70 oC
12/10/2017 33
Uji ekstraksi dengan soxhlet/
Soxhlet Extraction Test

12/10/2017 34
UJI LYSIMETER
Lysimeter telah dikembangkan sejak kurang lebih 300
tahun yang lampau
Banyak digunakan bidang ilmu tanah untuk mempelajari
hubungan antara tanah, air dan tumbuhan .
Sejak dekade terakhir ini lysimeter telah dikembangkan
pula penggunaannya untuk bidang studi lainnya seperti
proses pelindian limbah atau tanah yang terkontaminasi
untuk mengevaluasi dampak lingkungan dari material
yang diteliti.
Prinsip dari uji pelindian lysimeter adal;ah penggunaan
kolom pelindian yang diisi dengan material yang akan
diuji. Kolom tersebut dilengkapi dengan system
pengeluaran di bagian bawahnya untuk mengumpulkan
hasil lindian.
12/10/2017 35
12/10/2017 36
UJI LYSIMETER

12/10/2017 37
12/10/2017 38
12/10/2017 39
12/10/2017 40
12/10/2017 41
12/10/2017 42
12/10/2017 43
12/10/2017 44
12/10/2017 45
12/10/2017 46
DAMPAK AAT

12/10/2017 47
MEKANISME DAMPAK
Hasil oksidasi sulfida terbawa oleh air
ke lokasi di sekitarnya, sehingga
menimbulkan pencemaran (terutama
daerah hilir).
Mekanisme pencemaran dapat melalui
air permukaan maupun air bawah
tanah.

12/10/2017 48
DAMPAK TERHADAP TANAH

H2S, Al3+, Fe2+, Fe3+, Mn2+, dan H+ dapat


langsung meracuni tanaman
Al3+ pada 0,04-0,08 m mole/l bersifat toksik
Kekurangan unsur basa Ca, Mg, dan K
Patogen (mikroba) penyakit meningkat
Penurunan jumlah mikroba tanah yang
bermanfaat untuk fiksasi nitrogen.

12/10/2017 49
DAMPAK TERHADAP AIR
Kondisi pH rendah dapat langsung
mengakibatkan kematian ikan akibat
bereaksinya besi dan aluminium dengan
insang (terjadi penyumpatan pada insang
oleh garam-garam besi dan aluminium)

12/10/2017 50
MEKANISME DAMPAK - AIR

Kondisi asam, logam-logam terlarut berada


pada konsentrasi yang tinggi, kemungkinan:
tersumbatnya insang oleh garam besi dan Al,
dominannya jenis-jenis plankton tertentu dan
terjadinya endapan besi di dasar (gangguan
terhadap fotosintesis, tranfer energi di air
dan pemandangan)

12/10/2017 51
DAMPAK TERHADAP MANUSIA
Al terlarut dalam air dapat
menimbulkan gangguan terhadap
pertumbuhan organ tubuh dan
gangguan kesehatan lainnya
Jenis-jenis nyamuk tertentu mencari
tempat yang asam untuk bertelur dan
menetaskannya.

12/10/2017 52
DAMPAK PADA BANGUNAN

Bahan bangunan dari besi dan


aluminium sangat mudah mengalami
korosi pada kondisi asam
Bangunan semen/beton mudah rusak
(berkurang kekuatannya) pada
kondisi asam
Dapat terjadi penyumbatan pada
akuifer atau sumur bor akibat
pengendapat besi (feri trioksida).
12/10/2017 53
PENGELOLAAN
AIR ASAM TAMBANG

12/10/2017 54
Alasan Utama Pengelolaan AAT

Mencegah kontaminasi yang tidak


diinginkan di air permukaan dan bawah
tanah
Mencegah asam dan logam toksik mempengaruhi
lapisan yang berpotensi sebagai areal revegetasi

Untuk meminimalkan dampak pencemaran


pada pasca tambang dalam jangka panjang

12/10/2017 55
Dasar Pengelolaan AAT

Pengelolaan terhadap
ketersediaan oksigen terhadap
mineral sulfida yang ditujukan
untuk pengelolaan menurunkan
asam
Pengelolaan terhadap ketersedian
mineral penetral asam

12/10/2017 56
Sistim Pencegahan AAT

Pemanfaatan sumber-sumber
alkalin
Penggunaan Fosfat
Pelapisan
Bakterisida
Pengkapsulan/Penghalang Fisik

12/10/2017 57
Pemanfaatan Sumber-Sumber Alkalin

Penggunaan kapur

Diperkirakan 2,5 gr kapur (CaCO3)


akan mengurangi tingkat keasaman 0,1 %.

pH 1 2 3 4 5 6 7
CaCO3 5 0,5 0,05 0,005 0,0005 0,00005 0

12/10/2017 58
Penggunaan Fosfat

Penggunaan larutan FePO4

Di dalam kondisi pH > 2 FePO4 melakukan


presipitasi dalam fase terpisah di dalam larutan

Di bawah pH 3, tingkat kejenuhan akan


menurun dengan penambahan FePO4 pada
permukaan pyrite.

12/10/2017 59
Pelapisan

Sodium asetat komponen yang efektif


sebagai larutan untuk pelapisan yang
bertujuan sebagai presipitasi Fe3+ dari
FePO4.
Larutan fosfat dengan H2O2 terbukti efektif
mencegah AAT di limbah tambang batubara

Presipitasi ferri fasfat pada permukaan pyrite


efektif menurunkan secara signifikan
oksidasi pyrite.

12/10/2017 60
PENCEGAHAN AAT
Mencegah terbentuknya AAT
Meniadakan salah satu atau lebih unsur
pembentuk AAT
Cara kering (pemisahan, penimbunan,
pelapisan, dsb)
Cara basah (wet land)

12/10/2017 61
PENDEKATAN HIDROLOGI
Prinsip: MENJAGA AGAR AIR TIDAK
MENGALIRI MATERIAL PIRIT (KEEP
WATER AWAY FROM PYRITIC
MATERIAL)
Tempatkan timbunan di atas permukaan
air tanah, padatkan dan lapisi dengan liat
Parit pengeak (diversion ditcth) untuk
mengurangi infiltrasi

12/10/2017 62
Pengendalian asam tambang di penimbunan batuan
12/10/2017 63
Bakterisida

Bakteri pereduksi sulfat memiliki kemampuan


menguragi tingkat keasaman

Bakteri pereduksi sulfat dengan surfaktan anion


sodium sulfat dan alkil benzen sulfonat dapat
menghambat terbentuknya asam
Dalam waktu tertentu, bila bakterisida yang
telah ditentukan berkurang, maka bakteri
pengoksidasi sulfat dan besi dapat menjadi
menjadi katalisator reaksi produksi asam kembali
12/10/2017 64
Pengkapsulan/Penghalang Fisik

Bahan-bahan yang dapat digunakan: Fly-ash,


cements, bentonite, jenis-jenis clay,
campuran beberapa bahan buatadan lain-lain
Di dalam suatu percobaan terbukti dengan
pengkapsulan menghasilkan total besi 500 s/d
1000 kali lebih rendah dibandingkan tanpa
pengkapsulan
Lapisan organik memiliki karakteristik
pembawa sifat basa yang tinggi, kapasitas
tukar kation dan permeabilitas yang rendah.
12/10/2017 65
Jenjang 1 (10 m) batuan type 1

Penimbunan batuan type 1 di bagian luar timbunan

Jenjang 1 (10 m) batuan type 1

0,70 m subsoil
Pendorongan lereng akhir oleh dozer

0,30 m topsoil

Jenjang 1 (10 m) tak membentuk asam

Penempatan tanah

Jenjang 2 (10 m) tak membentuk asam

Jenjang 1 (10 m) tak membentuk asam Batuan pembentuk asam

Pembentukan berm drainase dan awal jenjang berikutnya

12/10/2017 66
0,70 m subsoil
15 m
0,30 m topsoil Jenjang 2 (10 m) tak membentuk asam

Jenjang 1 (10 m) tak membentuk asam Batuan pembentuk asam

Pendorongan jenjang ke dua oleh dozer

15 m
Jenjang 2 (10 m) tak membentuk asam

Batuan pembentuk asam


Jenjang 1 (10 m) tak membentuk asam

Penyelesaian jenjang ke dua

12/10/2017 67
12/10/2017 68
Penutup tanah liat setebal 1 m dipadatkan

12/10/2017 69
Batuan penutup (NAF) setebal 2 m dipadatkan

12/10/2017 70
Penutup batuan (NAF) tidak dipadatkan
12/10/2017 71
Persyaratan tumpang tindih

Jarak berhenti dari batas sementara lapisan penutup


12/10/2017 72
MINIMISASI OKSIGEN
Pelapisan dengan lapisan pengkonsumsi
oksigen (tanah pucuk yang mengandung
mikroorganisme aktif) adalah strategi yang
baik untuk mengurangi O2 (segera).
Pemadatan pada saat kontruksi
Pemadatan pada permukaan dan lereng
bagian luar untuk mengurangi difusi O2
dan konveksi udara ke dalam timbunan.

12/10/2017 73
Jalur difusi oksigen banyak Tingkat difusi oksigen sangat
terdapat pada batuan penutup berkurang pada batuan penutup
yang kering yang telah dijenuhkan sebagian

12/10/2017 74
PENGOLAHAAN AAT
SECARA PASIF

12/10/2017 75
PENGOLAHAN AAT SECARA
PASIF
Aerobic wetland, umumnya digunakan dalam
penanganan air asam tambang tipe net alkalin.
Hal ini disebabkan karena ion H+ yang
dihasilkan dari reaksi oksidasi Fe2+ dan
hidrolisis Fe3+ dalam proses remediasi pada
sistem akan menurunkan pH air tambang. Air
asam tambang dialirkan pada permukaan
wetland yang biasanya ditumbuhi oleh tanaman
sejenis cattail (Typha sp.) yang tumbuh di atas
tanah atau substrat organik.
12/10/2017 76
COMPOST WETLAND
Organic Substrate Wetland, juga disebut
dengan istilah kompos wetland. Pada wetland
jenis ini, air asam tambang mengalir melalui
lapisan organik yang relatif tebal. Lingkungan
anaerobik yang terbentuk dalam lapisan organik
tersebut menstimulasi terjadinya proses
mikrobiologis yang menghasilkan alkalinitas
dan sulfida yang mampu meningkatkan pH dan
mengendapkan logam. Oleh karena itu, sistem
ini tepat digunakan dalam pengolahan air
tambang net acid dengan konsentrasi logam
yang tinggi

12/10/2017 77
Anoxic Limestone Drainage (ALD)

Anoxic Limestone Drainage (ALD), adalah


pengolahan air asam tambang dengan
memanfaatkan batu gamping dalam sebuah
konstruksi yang tertutup untuk membentuk
kondisi anoksik. Hal ini bertujuan untuk
mencegah terjadinya filtrasi oksigen yang
menyebabkan timbulnya armoring pada batu
gamping. Peningkatan pH air tambang pada
sistem tersebut berlangsung melalui reaksi
keterlarutan CaCO3 batu gamping yang
menghasilkan alkalinitas

12/10/2017 78
Succesive Alkalinity Producing
System (SAPS)
Succesive Alkalinity Producing System
(SAPS), adalah sistem pengolahan yang
mengkombinasikan penggunaan kompos
wetland dan ALD.
Bakteri pereduksi sulfat (BPS) merupakan
mikroorganisme anaerob yang mampu hidup
pada lingkungan yang ekstrim (Desulfovibrio
dan Desulfotumaculum).
Bakteri pereduksi sulfat menggunakan sulfat
(SO42-), tiosulfat (S2O32-), sulfit (SO32-) dan
ion-ion yang mengandung sulfur yang dapat
direduksi lainnya sebagai penerima elektron di
dalam respirasi metabolismenya.
12/10/2017 79
PEMILIHAN METODE PENGOLAHAN AAT
Penetuan Komposisi Kimia
Air AsamTambang

Net Alkaline Net Acidic

DO, Fe3+, Al <1 mg/L DO, Fe3+, Al >1 mg/L

ALD Kolam
SAPS
Pengendapan

Keasaman Keasaman
<300mg/L >300mg/L

Kolam
Pengendapan Anaerobic
Kolam Wetland
Pengendapan

SAPS

Aerobic Efluen
Wetland Kolam
Pengendapan

Efluen Aerobic
Wetland

12/10/2017 Efluen 80
12/10/2017 81
12/10/2017 82
AEROBIC WETLAND

Tanaman

AAT

Bahan organik

12/10/2017 83
ANAEROBIC (COMPOST) WETLAND

12/10/2017 84
TANGKI PENGOLAH AAT

12/10/2017 85
ANOXIC LIMESTONE DRAIN

12/10/2017 86
VERTICAL FLOW WETLAND

12/10/2017 87
PENGGUNAAN BAKTERI PEREDUKSI SULFAT

12/10/2017 88
Main Sump Pit 1, Bangko Barat

Kolam Pengendapan Lumpur

12/10/2017 89
Konfigurasi Kompos wetland dan ALD

CROSS SECTION UNTUK TANGKI KOMPOS


6

8 7
CROSS SECTION UNTUK TANGKI BATU KAPUR
1. Inlet
2. Saringan 3
3. Sampling hole 4 2
4. Sampling hole 4
5. Saringan 3
6. Tutup sampling hole 1. Inlet
7. Outlet 2. Outlet
3. Tutup airtight
4. Permukaan batu kapur

5
9
1
2 1

Back
12/10/2017 90
Konstruksi Successive Alkalinity Producing System

Next
12/10/2017 91
Armoring Batu Gamping
pada ALD 1

Lapisan Hitam pada Batu


Gamping ALD 2

12/10/2017 92
Instalasi Pengolahan AAT

12/10/2017 93
Boulder Gamping

12/10/2017 94
Limbah Kayu untuk pengelolaan AAT

12/10/2017 95
Proses Biokimia Utama
Pada Pengolahan Biologis
Air Asam Tambang
(Hemsi, 2005)

12/10/2017 96
12/10/2017 97
12/10/2017 98
Bentang Alam Pada Pasca Penutupan Tambang

Pit
Nakan

Wetlands

Namuk

12/10/2017 99
Pengendalian ARD pada Penutupan
Tambang PT KEM
Secara Pasif :
Penutupan Dry Cover
Penutupan Wet Cover
Pembuatan Wetlands

Pembuatan wetlands :
Kelian Wetland (20 ha)
Nakan Wetland (25 ha
12/10/2017 100
Dampak Negatif AAT:
Polusi perairan: pH rendah & logam-
logam larut
Meracuni ikan & org. akuatik lain
Korosi pipa & struktur bangunan air

12/10/2017 101
Pengendalian AMD:
Aktif:
Penambahan khemikalia alkalin untuk meningkatkan pH
dan menurunkan kelarutan logam

Penggunaan kemikalia dan alat yang mahal, dan banyak


tenaga kerja Biaya Tinggi

Pasif:
Reaksi kimia dan/biologis terjadi secara alami

Tidak perlu perawatan intensif Biaya Lebih Murah

12/10/2017 102
Teknik Pengendalian Pasif:
Kanal Batukapur Terbuka

Pengatusan Batukapur Anoksik

Lahan Basah Buatan (Constructed Wetland)

Lahan Basah Buatan dengan Sistem


Penghasil Alkalinitas Suksesif

12/10/2017 103
Lahan Basah Buatan
(Constructed Wetland)
Tumbuhan Air

Air

BO
Batukapur

12/10/2017 104
Substrat ORGANIK

Sumber C memacu proses kimiawi &


mikrobial alkalinitas & pH
Konsumsi oksigen reduktif,
>> SO4 Sulfida:
CH3COO- + SO42- + H+ H2S +2HCO3-
Me2+ + H2S MeS +2H+
(Me=logam)

Penjerapan & kelasi logam

12/10/2017 105
Bakteri Pereduksi Sulfat (BPS)
*Gunakan asam-asam organik &
hidrogen sbg ELEKTRON DONOR &
Sulfat sbg ELEKTRON AKSEPTOR
*Konsumsi 1 2 mole proton/ mole
sulfat direduksi
*Hasilkan 2 ekuivalen alkalinitas/ mole
sulfat direduksi

12/10/2017 106
Contoh reaksi:
* CH3COO- + SO42- + H+ H2S + 2HCO3-

* CH3CHOHCOO- + 3/2SO42- + H+
3/2H2S +3HCO3-

* 4CH3CH2COO-+7 SO42- +6 H+
7H2S + 12HCO3-

* 4H2 + SO42- + 2H+ H2S + 4H2O

12/10/2017 107
Tumbuhan Air

konsolidasi substrat
stimulasi proses mikrobial
estetika (lebih enak/indah)
akumulasi logam
habitat satwa
penambat (fixer) karbon (C)
sumber bahan/substrat organik (litter)

12/10/2017 108
TUJUAN PENELITIAN

1. Mengetahui sifat-sifat remediasi beberapa jenis bahan organik


individual/campuran, tumbuhan air dan BPS yang tersedia di
sekitar wilayah penambangan batubara.

2. Mendapatkan jenis bahan organik, tumbuhan air, dan BPS


yang potensial untuk dijadikan komponen Teknik Lahan Basah
Buatan.

3. Membangun teknik pengendalian pasif AAT: Lahan Basah


Buatan Sekala Kecil, dengan bahan-bahan yang didapatkan.

12/10/2017 109
BAHAN & METODE

12/10/2017 110
4 Kelompok Percobaan:

1. Isolasi, Identifikasi, dan


Perbanyakan Bakteri Pereduksi
Sulfat (BPS) Toleran thd AMD
2. Inkubasi Anaerobik Bahan/Substrat
dengan AMD
3. Seleksi Tumbuhan Air yang Toleran
terhadap AMD
4. Pembangunan Lahan Basah Buatan
Sekala Kecil
12/10/2017 111
Percobaan I:

Isolasi, Identifikasi, dan Perbanyakan


BPS

Pengambilan Lumpur-AMD
Isolasi pada media agar dg AMD
Identifikasi dg mikroskop
BPS > 108 cpu/g lumpur - diperbanyak sbg
INOKULUM untuk INOKULASI pada
SUBSTRAT organik

12/10/2017 112
Percobaan II:

Inkubasi Anaerobik Substrat

pH,
H2O Mn,

Substrat pH, Eh, Ec


Individual pH,
Mn,
AMD

(IN/NoIN)
Substrat pH, Eh, Ec
(3,5
Indiv/Campuran (tiap 2 minggu)
12/10/2017 bulan)
113
Substrat Individual
Kulit Kayu (Bark)

Gambut

Pupuk Kandang

Ampas Kayu (Sludge)

12/10/2017 114
Substrat Campuran (%):

SUBSTRAT Sludge Bark Gambut P Kandang


Substrat I 75 25 0 0
Substrat II 75 0 25 0
Substrat III 0 25 0 75
Substrat IV 0 0 25 75
Substrat V 50 50 0 0
Substrat VI 50 0 50 0
Substrat VII 0 50 0 50
Substrat VIII 0 0 50 50
Substrat IX 75 0 0 25
Substrat X 50 25 0 25
12/10/2017 115
Percobaan III:

Seleksi Tumbuhan Air

-Tinggi Tanaman
+ AAT -Bobot Kering

+ H2O -Tinggi Tanaman


- Bobot Kering

12/10/2017 116
12/10/2017 117
LAHAN BASAH BUATAN

1,5 m

4m

12/10/2017 118
HASIL &
PEMBAHASAN

12/10/2017 119
Jenis Bakteri Pereduksi Sulfat (BPS)
yang ditemukan di lumpur-AAT:

Desulfovibrio (3)

Desulfomaculum (1)

Desulfoarculus (1)

Desulfacinum (1)

Sulfospirillum (2)
12/10/2017 120
SIFAT-SIFAT BAHAN

12/10/2017 121
pH
9

2 S LU D GE
P KANDANG

1 BARK
GA M B U T

0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

Waktu pengamatan
pH (H2O) bahan/substrat organik individual
12/10/2017 122 10
Ec (uS/cm)
12000
SLU D GE
P KA N D A N G
BARK
10000
GA M B U T

8000

6000

4000

2000

0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

12/10/2017
Ec (H2O) bahan/substrat organik 123
11
Eh (mV) 400
S LU D GE

P KANDANG
300
BARK
GA M B U T

200

100

0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
-100

-200

-300

-400
12/10/2017 Eh (H2O) bahan/substrat organik individual
124 12
pH
9
8 100% SL
100% PK
7
100% BK
6 100% GB
75% SL + 25% BK
5
75% SL + 25% GB
4 75% PK + 25% BK
3 75% PK + 25% GB
50% SL + 50% BK
2
50% SL + 50% GB
1 50% PK + 50% BK
50% PK + 50% GB
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
pH (H2O) bahan/substrat individual dan campurannya

12/10/2017 125
14
Ec (uS/cm)

12000
100% SL
100% PK
10000
100 % BK
100% GB
8000
75% SL + 25% BK
75% SL + 25% GB
6000
75% PK + 25% BK
75% PK + 25% GB
4000
50% SL + 50% BK
50% SL + 50% GB
2000
50% PK + 50% BK
50% PK + 50% GB
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

Ec (H2O) bahan/substrat individual dan campurannya


12/10/2017 126 15
Eh (mV)
400
100% SL

300 100% PK

100% BK
200
100% GB

100 75% SL + 25% BK

75% SL + 25% GB
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 75% PK + 25% BK
-100 75% PK + 25% GB

50% SL + 50% BK
-200
50% SL + 50% GB
-300 50% PK + 50% BK

50% PK + 50% GB
-400

Eh- bahan/substrat individual dan campurannya

16

12/10/2017 127
PENGARUH JENIS
BAHAN DAN
INOKULASI BPS

Lihat gambar di files EXCEL

12/10/2017 128
Seleksi Tumbuhan Air

12/10/2017 129
Tinggi (cm) 120

100

80

60

40

20
+ H2O
+ AMD

0
1 2 3 4 5 6 7 8

Waktu pengamatan
12/10/2017 130
Kurva pertumbuhan Typha angustifolia 58
Tinggi (cm )
60

50

40

30

20

10 + H2O

+ AMD
0

Kurva pertum buhan ELaeocharis dulcis ( Burm f) Henschel


12/10/2017 131 59
Tinggi (cm)

180
160
140
120
100
80
60
+ H2O
40 + AMD
20
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9
12/10/2017 Kurva pertumbuhan Mariscus compactus (Retz) Druce 132
60
Tinggi (cm )
120

100

80

60

40
+ H2O

+ AMD

20

0
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Kurva pertumbuhan Cyperus tenuiculmis Boeck
12/10/2017 133 61
Bobot brangakasan
(g/tan)

40
= + H2O = + AMD

35

30

25

20

15

10

0
Typha Elaeocharis Cyperus Mariscus Fim bristylis

Bobot brangkasan kering total tumbuhan air


12/10/2017 134
KESIMPULAN:
Bakteri Pereduksi Sulfat (BPS):

Desulfovibrio (3 jenis)

Desulfomaculum (1 jenis)

Desulfoarculus (1 jenis)

Desulfacinum (1 jenis)

Sulfospirillum (2 jenis)

12/10/2017 135
KESIMPULAN ..lanjutan
Bahan/substrat organik mempunyai sifat-sifat
beragam dan kemampuan berbeda dalam
meningkatkan pH AAT dan menurunkan
konsentrasi logam larutnya.

Pupuk kandang dan campurannya mempunyai


sifat-sifat remediatif paling baik, sehingga
potensial untuk dijadikan substrat/campuran
substrat dalam lahan basah buatan.

Jenis tumbuhan air Typha angustifolia, Mariscus


compactus (Retz) Druce, dan Fimbristylis
hispidula (Vahl) Konth berpotensiuntuk dijadikan
komponen lahan basah buatan.
12/10/2017 136
KESIMPULAN .. Lanjutan:
Lahan Basah Buatan Sekala Kecil
dengan menggunakan bahan
organik campuran kulit kayu, ampas
kayu dan pupuk kandang dan tiga
jenis tumbuhan air di atas dapat
memperbaiki kualitas AAT
(meningkatkan pH dan menurunkan
konsentrasi logam larut).
12/10/2017 137

Vous aimerez peut-être aussi