Vous êtes sur la page 1sur 24

BAGIAN ILMU BEDAH NOVEMBER 2017

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

APPENDICITIS

DISUSUN OLEH :
Fatia Pujiati A.H
111 2015 2184
BAB I
LAPORAN KASUS
SUBJEKTIF
(IDENTITAS PASIEN)

Nama pasien : An. A


Alamat : Jl. Korban 40.000 Jiwa
Umur : 14 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Berat badan : 35 kg
Tinggi Badan : 132 cm
IMT : 20,08 kg/m2
SUBJEKTIF
(ANAMNESIS)

Keluhan Utama : Nyeri perut kanan bawah


Anamnesis Terpimpin
Dialami sejak 12 hari yang lalu, tapi memberat sejak 3 hari terakhir. Nyeri dirasakan terus
menerus serta terkadang menjalar keseluruh bagian perut, serta memberat saat berjalan atau
batuk. Pasien juga sering merasa demam yang muncul bersamaan dengan nyeri perut yang
diderita. Demam tidak disertai menggigil ataupun kejang. BAB encer sejak 1 minggu terakhir,
tidak ada darah tidak ada lendir. Pasien juga mengeluhkan mual dan muntah. Pasien mengeluh
lemas dan malas makan. Riwayat konsumsi makanan pedas dan jajanan disekolahnya.
Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien mempunyai riwayat nyeri perut kanan bawah sebelumnya namun selalu merasa baikan
dengan pemberian antibiotik dan analgetik.
Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak ada riwayat keluhan yang sama pada keluarga pasien.


OBJEKTIF

Status Presen
Sakit Berat/Gizi Cukup/Compos Mentis
Vital sign
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 68 bpm, reguler, isi dan tegangan cukup
Respiration rate : 19 x/menit, reguler, torakoabdominal
Suhu : 36,5C per axilla
Status Generalis

Kepala : normocephal, distribusi rambut merata tidak mudah tercabut


MataSUBJEKTIF
: Konjunctiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Hidung : Nafas cuping hidung (-), deformitas (-), polip (-), perdarahan (-), lendir (-), sumbatan (-)
(OBJEKTIF)
Mulut : Mukosa lembab, sianosis (-), faring hiperemi (-), gigi palsu (-), gigi goyah (-), malampati II, buka mulut
maksimal (> 3 cm)
Telinga : serumen (-), membran tymphani intact
Leher : Tampak simetris, deviasi trakea (-), limfonodi tidak teraba, JVP tidak meningkat, massa (-)
Thorak
Inspeksi : simetris saat statis dan dinamis, Retraksi (-), deformitas (-)
Palpasi : gerak nafas simetris, fremitus taktil +/+
Perkusi : sonor di seluruh lapang paru
Auskultasi :
Cor : BJ I-II normal reguler, Murmur (-), Gallop (-)
Pulmo : suara dasar vesikuler, ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Abdomen
Inspeksi : Tampak pergerakan perut perlahan dan terbatas
Auskultasi : Peristaltik (+) kesan normal
Palpasi : Nyeri tekan epigastrium (+), nyeri tekan titik Mc Burney (+), Rovsing sign (+), Blumberg sign (+), Psoas
DIAGNOSIS

Berdasarkan Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis


pasien ini didiagnosis dengan :

Appendicitis
PENATALAKSANAAN

Rujuk RS Ibnu Sina rencana operatif: Laparatomi


Appendektomi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI

Appendicitis adalah peradangan pada Appendix vermicularis. Appendix

merupakan derivat bagian dari midgut, yang lokasi anatomisnya dapat

berbeda tiap individu. Appendicitis merupakan kasus bedah akut abdomen

yang paling sering ditemukan. Faktor-faktor yang menjadi etiologi dan

predisposisi terjadinya Appendicitis meliputi faktor obstruksi, bakteriologi, dan

diet. Obstruksi lumen adalah penyebab utama pada Appendicitis acuta.


ETIOLOGI

Faktor Obstruksi
Infeksi
Bakteri : Salmonella, Shigella, Yersinia
Parasit : Oxyuris vermicularis, Entamoeba, Strongyloides,
Enterobius vermicularis, Schistosoma, atau Ascaris.
Virus : Measles, Chicken Pox, dan Cytomegalovirus
Diet
PATOFISIOLOGI

Di awal proses peradangan Appendix, pasien akan mengalami gejala gangguan


gastrointestinal ringan
Distensi Appendix menyebabkan perangsangan serabut saraf visceral yang
dipersepsikan sebagai nyeri di daerah periumbilical. Nyeri awal ini bersifat nyeri
tumpul di dermatom Th 10. Distensi yang semakin bertambah menyebabkan mual
dan muntah dalam beberapa jam setelah timbul nyeri perut. Jika mual muntah
timbul mendahului nyeri perut, dapat dipikirkan diagnosis lain. 6
Appendix yang mengalami obstruksi merupakan tempat yang baik bagi
perkembangbiakan bakteri. Seiring dengan peningkatan tekanan intraluminal,
terjadi gangguan aliran limfatik sehingga terjadi oedem yang lebih hebat. Hal-hal
tersebut semakin meningkatan tekanan intraluminal Appendix.
Akhirnya, peningkatan tekanan ini menyebabkan gangguan aliran sistem vaskularisasi
Appendix yang menyebabkan iskhemia jaringan intraluminal Appendix, infark, dan
gangren. Setelah itu, bakteri melakukan invasi ke dinding Appendix; diikuti demam,
takikardia, dan leukositosis akibat pelepasan mediator inflamasi karena iskhemia jaringan.
Ketika eksudat inflamasi yang berasal dari dinding Appendix berhubungan dengan
peritoneum parietale, serabut saraf somatik akan teraktivasi dan nyeri akan dirasakan
lokal pada lokasi Appendix, khususnya di titik Mc Burneys. Jarang terjadi nyeri somatik
pada kuadran kanan bawah tanpa didahului nyeri visceral sebelumnya.
MANIFESTASI KLINIS
Gejala klinis Appendicitis meliputi nyeri perut, anorexia, mual, muntah,
nyeri berpindah, dan gejala sisa klasik berupa nyeri periumbilikal
kemudian anorexia/mual/muntah kemudian nyeri berpindah ke RLQ
kemudian demam yang tidak terlalu tinggi. Tanda klinis yang dapat
dijumpai dan manuver diagnostik pada kasus Appendicitis adalah
Rovsings sign, Psoas sign, Obturator sign, Blumbergs sign, Wahls sign,
Baldwin test, Dunphys sign, Defence musculare, nyeri pada daerah
cavum Douglas bila ada abscess di rongga abdomen atau Appendix letak
pelvis, nyeri pada pemeriksaan rectal toucher.
KALESARAN SCORE

Pemeriksaan Nilai (+) Nilai (-) Interpretasi

Riw. Demam 9 -7 Skor >10 : Appendicitis


Riw. Anoreksia 26 -20
dan harus segera
Nyeri Batuk 27 -91
dioperasi
Demam 19 -18
Nyeri Rebound 18 -13 Skor 7-10 : Observasi

Rovsing Sign 16 -9 Skor <7: Bukan


Psoas Sign 20 -6 appendicitis akut.
Leukositosis 19 -24
Neutrofil 20 -26
ALVARADO SCORE

Gejala Klinik Value Interpretasi

Gejala Adanya migrasi nyeri 1 Skor 9-10 : Very Posibble


Anoreksia 1
Appendicitis
Mual/muntah 1
Skor 7-8 : Posibble
Tanda Nyeri RLQ 2
Nyeri lepas 1 Appencitis

Febris 1 Skor 4-6 : Probable


Lab Leukositosis 2 Appendicitis
Shift to the left 1
Skor 0-3 : Not Appendicitis
Total poin 10
MANUVER DIAGNOSTIK

Rovsings sign
Jika LLQ ditekan, maka terasa nyeri di RLQ. Hal ini menggambarkan iritasi
peritoneum. Sering positif pada Appendicitis namun tidak spesifik.
Psoas sign

Pasien berbaring pada sisi kiri, tangan kanan pemeriksa memegang lutut pasien
dan tangan kiri menstabilkan panggulnya. Kemudian tungkai kanan pasien
digerakkan dalam arah anteroposterior. Nyeri pada manuver ini menggambarkan
kekakuan musculus psoas kanan akibat refleks atau iritasi langsung yang berasal
dari peradangan Appendix. Manuver ini tidak bermanfaat bila telah terjadi rigiditas
abdomen.
MANUVER DIAGNOSTIK

Obturator sign
Pasien terlentang, tangan kanan pemeriksa berpegangan pada telapak kaki
kanan pasien sedangkan tangan kiri di sendi lututnya. Kemudian pemeriksa
memposisikan sendi lutut pasien dalam posisi fleksi dan articulatio coxae dalam
posisi endorotasi kemudian eksorotasi. Tes ini positif jika pasien merasa nyeri di
hipogastrium saat eksorotasi. Nyeri pada manuver ini menunjukkan adanya
perforasi Appendix, abscess lokal, iritasi M. Obturatorius oleh Appendicitis letak
retrocaecal, atau adanya hernia obturatoria.
MANUVER DIAGNOSTIK
Blumbergs sign (nyeri lepas kontralateral)
Pemeriksa menekan di LLQ kemudian melepaskannya. Manuver ini dikatakan
positif bila pada saat dilepaskan, pasien merasakan nyeri di RLQ.
Wahls sign
Manuver ini dikatakan positif bila pasien merasakan nyeri pada saat dilakukan
perkusi di RLQ, dan terdapat penurunan peristaltik di segitiga Scherren pada
auskultasi.
Baldwins test
Manuver ini dikatakan positif bila pasien merasakan nyeri di flank saat tungkai
kanannya ditekuk.
Defence musculare
Defence musculare bersifat lokal sesuai letak Appendix.
DIAGNOSIS BANDING

1. Gastroenteritis akut

2. Diverticulitis Meckel

3. Intususseption

4. Infeksi saluran kencing


KOMPLIKASI

1. Perforasi

2. Peritonitis

3. Appendicular Infiltrat
PENATALAKSANAAN

1. Pemasangan infus dan pemberian kristaloid untuk pasien dengan gejala klinis dehidrasi atau
septikemia.

2. Puasakan pasien, jangan berikan apapun per oral

3. Pemberian obat-obatan analgetika harus dengan konsultasi ahli bedah.

4. Pemberian antibiotika i.v. pada pasien yang menjalani laparotomi.

5. Pertimbangkan kemungkinan kehamilan ektopik pada wanita usia subur dan didapatkan beta-hCG
positif secara kualitatif.

Tindakan Operatif :

6. Appendektomi

7. Laparotomi Appendektomi
PROGNOSIS

Mortalitas dari Appendicitis di USA menurun terus dari 9,9% per

100.000 pada tahun 1939 sampai 0,2% per 100.000 pada tahun 1986.

Faktor- faktor yang menyebabkan penurunan secara signifikan insidensi

Appendicitis adalah sarana diagnosis dan terapi, antibiotika, cairan i.v.,

yang semakin baik, ketersediaan darah dan plasma, serta meningkatnya

persentase pasien yang mendapat terapi tepat sebelum terjadi perforasi.


DAFTAR PUSTAKA
1. Lally KP, Cox CS, Andrassy RJ, Appendix. In: Sabiston Texbook of Surgery. 17th edition.
Ed:Townsend CM, Beauchamp RD, Evers BM, Mattox KL. Philadelphia: Elsevier
Saunders. 2004: 1381-93
2. Jaffe BM, Berger DH. The Appendix. In: Schwartzs Principles of Surgery Volume 2. 8th
edition. Ed: Brunicardi FC, Andersen DK, Billiar TR, Dunn DL, Hunter JG, Pollock RE.
New York: McGraw Hill Companies Inc. 2005:1119-34
3. Way LW. Appendix. In: Current Surgical Diagnosis & Treatment. 11 edition. Ed:Way LW.
Doherty GM. Boston: McGraw Hill. 2003:668-72
4. Human Anatomy 205. Retrieved at October 20th 2011 From: http://www
.talkorigins.org/faqs/vestiges/vermiform_Appendix.jpg
5. http://www.med.unifi.it/didonline/annoV/clinchirI/Casiclinici/Caso10/Appendicitis1x.jpg
6. Ellis H, Nathanson LK. Appendix and Appendectomy. In : Maingots Abdominal
Operations Vol II. 10th edition. Ed: Zinner Mj, Schwartz SI, Ellis H, Ashley SW,
McFadden DW. Singapore: McGraw Hill Co. 2001: 1191-222

Vous aimerez peut-être aussi