Vous êtes sur la page 1sur 23

LAPORAN ASKEP

HIPERBILIRUBIN

Kelompok : 8

Dosen Pembimbing
Ns. Vivi Syofia Sapardi,S.Kep

Program Studi
S1 Keperawatan

Stikes Mercubaktijaya Padang


2016
Hiperbilirubin adalah suatu keadaan dimana kadar bilirubin dalam darah
mencapai suatu nilai yang mempunyai potensi untuk menimbulkan kern
icterus kalau tidak ditanggani dengan baik atau mempunyai hubungan
dangan keadaan yang patologis. Brown menetapkan hiperbilirubin bila
kadar bilirubin mencapai 12 mg% pada cukup bulan dan 15 mg% pada
bayi kurang bulan
1. HATI (HEPAR)
Hati adalah organ yang terbesar yang terletak disebelah kanan atas rongga
perut dibawah diafragma. Beratnya 1.500 gr atau 2,5% dari berat badan orang
dewasa normal. Pada kondisi hidup berwarna merah tua karena kaya akan
persendian darah. Hati terbagi menjadi lobus kiri dan lobus kanan yang
dipisahkan oleh ligamentum falciforme. Lobus kanan yang lebih besar dari lobus
kirinya dan mempunyai tiga bagian utama yaitu lobus kanan atas, lobus caudatus
dan lobus quadrates.

2. KANDUNG EMPEDU
Kandung empedu merupakan kantong otot kecil yang berfungsi untuk menyimpan
empedu (cairan pencernaan berwarna kuning kehijauan yang dihasilkan oleh hati).
Empedu mengalir dari hati melalui duktus hepatikus kiri dan kanan, lalu keduanya
bergabung membentuk duktus hepatikus utama. Duktus hepatikus utama bergabung
dengan saluran yang berasal dari kandung empedu (duktus sistikus) membentuk
saluran empedu utama.
Menurut Haws Paulette (2007) penyebab hiperbilirubin yaitu :
Hemolysis pada inkompatibilitas yang terjadi bila terdapat ketidaksesuaian
golongan darah ibu dan anak pada golongan rhesus dan ABO.
Gangguan konjugasi bilirubin.
Rusaknya sel-sel hepar, obstruksi hepar.
Pembentukan bilirubin yang berlebihan.
Keracunan obat (hemolysis kimia : salsilat, kortiko steroid, kloramfenikol).
Bayi dari ibu diabetes, jaundice ASI.
Penyakit hemolitik yaitu meningkatnya kecepatan pemecahan sel darah merah.
Disebut juga icterus hemolitik.
Gangguan transportasi akibat penurunan kapasitas pengangkutan , misalnya
hiperbilirubin atau karena pengaruh obat-obatan.
Bayi imatur, hipoksia, BBLR dan kelainan system syaraf pusat akibat trauma
atau infeksi.
Gangguan fungsi hati (infeksi) yang disebabkan oleh beberapa mikroorganisme
atau toksin yang dapat langsung merusak sel hati dan sel darah merah seperti :
infeksi toxoplasma, shypilis.
Ada 2 macam icterus menurut (Vian Nanny Lia Dewi, 2010) yaitu :
1. Ikterus fisiologi (direks)
a. Timbul pada hari ke-2 atau ke 3
b. kadar bilirubin serum pada bayi cukup bulan tidak lebih dari 10
mg/dl dan 12 mg/dl pada bayi kurang bulan
c. Peningkatan kecepatan kadar bilirubin tidak melebihi 5 mg/dl per
hari
d. Ikterus hilang 10-14 hari
e. Tidak ada mempunyai hubungan dengan patologis
2. kterus patologis
a. Ikterus timbul dalam 24 jam pertama kehidupan
b. Peningkatan kadar bilirubin 5 mg/dl atau lebih dalam 24 jam
c. Apabila kadar bilirubin serum pada bayi cukup bulan tidak lebih dari
10 mg/dl dan 10 mg/dl pada bayi kurang bulan
d. Ikterus menetap setelah 2 minggu
e. Mempunyai hubungan dengan hemolitik
Kulit jaundice (kuning)
Sklera ikterik
Peningkatan konsentrasi bilirubin serum 10 mg/dl pada neonatus yang cukup
bulan dan 15 mg% pada neonatus yang kurang bulan.
Kehilangan berat badan sampai 5% selama 24 jam yang disebabkan oleh
rendahnya intake kalori.
Asfiksia
Hipoksia
Sindrom gangguan nafas
Pemeriksaan abdomen terjadi bentuk perut yang membuncit
Feses berwarna seperti dempul dan pemeriksaan neurologis dapat ditemukan
adanya kejang
Epistotonus (posisi tubuh bayi melengkung)
Terjadi pembesaran hati
Tidak mau minum ASI
Letargi
Bilirubin encephalopathy (komplikasi serius).
Kernikterus, kerusakan neurologis, cerebral palsy, retardasi mental,
hyperaktif, bicara lambat, tidak ada koordinasi otot dan tangisan
melengking.
Terjadinya hiperbilirubin diantaranya yaitu, hemolysis, rusaknya sel-sel hepar,
gangguan konjugasi bilirubin. Setelah pemecahan hemoglobin, bilirubin tak
terkonjugasi akan mengalami gangguan dalam hati dan tidak bisa mengikat
bilirubin dan mengakibatkan peningkatan bilirubin yang terkonjugasi dalam
darah yang mengakibatkan warna kuning pucat pada kulit (Haws Paulette S,
2007).

Bilirubin yang tak terkonjugasi dalam hati tidak mampu diubah oleh enzim
glukoronil transferase yang berfungsi untuk merubah bilirubin tak terkonjugasi
menjadi bilirubin konjugasi sehingga bilirubin yang tak dapat diubah akan
larut dalam lemak dan mengakibatkan ikterik pada kulit. Bilirubin yang tak
terkonjugasi tidak larut dalam air ini tidak bisa diekskresikan dalam urine dan
tidak terjadi bilirubinuria.
Pemeriksaan pada bayi hiperbilirubin yaitu :
Tes comb pada tali pusat bayi baru lahir : hasil positif tes comb indirek menandakan
adanya antibody Rh-positif, anti-A, atau anti-B dalam darah ibu. Hasil positif dari tes
comb direk menandakan adanya sentisisasi (Rh-positif, anti-A, anti-B) sel darah merah
dari neonatus.
Golongan darah bayi dan ibu : mengidentifikasi inkompatibilitas ABO.
Bilirubin total : kadar direk (terkonjugasi bermakna jika melebihi 1,1-1,5 mg/dl, yang
mungkin dihubungkan dengan sepsis. Kadar indirek (tak terkonjugasi) tidak boleh melebihi
peningkatan 5 mg/dl dalam 24 jam atau tidak boleh lebih dari 20 mg/dl pada bayi
yang cukup bulan atau 15 mg/dl pada bayi praterm (tergantung BB bayi).
Protein serum total : kadar kurang dari 3,0 mg/dl menandakan penurunan kapasitas
ikatan, terutama pada bayi paterm.
Hitung darah lengkap : hemoglobin mungkin rendah (< 14 mg/dl) karena hemolisis.
Hematokrit mungkin meningkat (> 65%) pada polisitemia, penurunan (< 45%) dengan
hemolisis dan anemia berlebihan.
Daya ikat karbondioksida : penurunan kadar menunjukan hemolisis.
Meter ikterik transkutan : mengidentifikasi bayi yang memerlukan penentuan bilirubin
serum.
Jumlah retikulosit : peningkatan retikulosit menandakan peningkatan produksi sel darah
merah dalam respons terhadap hemolisis yang berkenaan dengan penyakit Rh.
Smear darah perifer : dapat menunjukan sel darah merah abnormal atau
imatur, eritroblastosis pada penyakit Rh atau sferositis pada inkompabilitas
ABO.
Pemeriksaan bilirubin serum merupakan baku emas penegakan diagnosis
ikterus neonatorum serta untuk menentukan perlunya intervensi lebih lanjut.
Ultrasonografi, digunakan untuk membedakan antara kolestatis intra
hepatic dengan ekstrahepatic.
Biobsy hati, digunakan untuk memastikan terutama untuk pada kasus yang
sukar seperti diagnosa membedakan obstruksi ekstrahepatic dengan intra
hepatic selain itu juga untuk memastikan keadaan seperti hepatitis, serosis
hepatis dan hepatoma.
Radioisotop scan, digunakan untuk membantu membedakan hepatitis dan
atresia billiari.
Scanning enzim G6PD untuk menunjukan adanya penurunan bilirubin.
Penanganan hiperbilirubin pada bayi baru lahir yaitu :
Pengawasan antenatal dengan baik dan pemberian makanan sejak dini
(pemberian ASI).
Menghindari obat yang meningkatakan ikterus pada masa kelahiran, misalnya
sulfa furokolin.
Pencegahan dan pengobatan hipoksin pada neonatus dan janin.
Fenobarbital
Fenobarbital dapat mengeksresi billirubin dalam hati dan memperbesar
konjugasi. Meningkatkan sintesis hepatik glukoronil transferase yang mana
dapat meningkatkan billirubin konjugasi dan clereance hepatik pigmen dalam
empedu. Fenobarbital tidak begitu sering digunakan.
Antibiotik, bila terkait dengan infeksi.
Fototerapi
Fototerapi dilakukan apabila telah ditegakkan hiperbillirubin patologis dan
berfungsi untuk menurunkan billirubin dikulit melalui tinja dan urine dengan
oksidasi foto pada billirubin dari billiverdin.
Transfusi tukar.
Transfusi tukar dilakukan bila sudah tidak dapat ditangani dengan foto terapi.
a. Identitas
meliputi : nama, tempat/tanggal lahir, umur,jenis kelamin,anak-ke, BB/TB,
alamat.
b. Riwayat kesehatan
1. Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya keadaan umum lemah , TTV tidak stabil terutama suhu tubuh. Reflek
hisap menurun, BB turun, pemeriksan tonus otot (kejang/tremor). Hidrasi bayi
mengalami penurunan, kulit tampak kunin, sclera mata kuning, perubahan
warna pada feses dan urine (Cecely Lynn Betz, 2009).
2. Riwayat kesehatan keluarga
Kemungkinan ibu dengan rhesus (-) atau golongan darah O dan anak yang
mengalami neonatal icterus yang dini, kemungkinan adanya erytrolastosisfetalis
(Rh, ABO, incompatibilitas lain golongan darah suspect sph). Ada saudara yang
menderita penyakit hemolitik bawaan atau icterus (Haws Paulettet, 2007).
3. Riwayat kehamilan
Ketuban pecah dini, kesukaran dengan manipulasi berlebihan merupakan
predisposisi terjadinya infeksi.
Pemberian obat anastesi, analgesic yang berlebihan akan mengakibatkan
gangguan nafas (hypoksia), asidosis akan menghambat konjugasi bilirubin.
Bayi dengan APGAR score rendah memungkinkan terjadinya (hypoksia),
asodosis yang akan menghambat konjugasi bilirubin
Kelahiran premature berhubungan dengan prematuritas organ tubuh hepar.
(Haws Paulette , 2007)
KU : biasanya Keadaan umum tampak lemah lesu, pucat dan ikterus dan
aktivitas menurun biasanya letargi coma. Bisa dijumpai ikterus pada mata
(sclera) dan selaput / mukosa pada mulut. Dapat juga diidentifikasi ikterus
dengan melakukan Tekanan langsung pada daerah menonjol untuk bayi dengan
kulit bersih ( kuning)
TTV
TD : -
Nadi : biasanya 120-160x/i
RR : biasanya 40x/i
Suhu : biasanya 36,5 37 C
Kesadaran : biasanya apatis sampai koma.
Kepala, mata dan leher Kulit kepala tidak terdapat bekas tindakan persalinan
seperti : vakum atau terdapat caput. Biasanya dijumpai ikterus mata (sclera)
dan selaput mukosa pada mulut. Dapat juga diidentifikasi icterus dengan
melakukan tekanan langsung pada daerah menonjol untuk bayi dengan kulit
bersih (kuning) (Haws, Paulette S.Hasws, 2007).
Hidung : biasanya tampak bersih
Mulut : ada lendir atau tidak, ada labiopalatoskisis atau tidak (Hidayat,
2009). Biasanya mulut berwarna kuning (Saifuddin, 2002).
Telinga : biasanya tidak terdapat serumen.
Thorak : Biasanya selain ditemukan tanpak icterus juga dapat ditemukan
peningkatan frekuensi nafas. Biasanya status kardiologi menunjukan adanya
tachycardia, khususnya icterus disebabkan oleh adanya infeksi.
Abdomen : Biasanya perut buncit, muntah, mencret merupakan akibat
gannguan metabolism bilirubin enterohepatik.
Urogenital : Biasanya feses yang pucat seperti dempul atau kapur akibat
gangguan hepar atau atresia saluran empedu.
Ekstremitas : Biasanya tonus otot lemah.
Integument : Biasanya tampak ikterik, dehidrasi ditunjukan pada turgor
tangan jelek, elastisitas menurun.
Kemungkinan diagnosa yang mungkin muncul pada klien hiperbilirubin yaitu :
Hipertermia b.d Agens Farmaseutikal (Fototerapi)
Resiko kekurangan volume cairan b.d kehilangan aktif volume cairan
Resiko kerusakan integritas kulit b.d pigmentasi (jaundice), hipertermi,
Gangguan turgor kulit.
No Dx keperawatan Noc Nic

1. Hipertermia b.d Agens Farmaseutikal Termoregulasi : Manajemen Cairan :


(Fototerapi) Berkeringat saat panas 2/3 Tentukan faktor faktor risiko
Peningkatan suhu kulit 1/3 yang mungkin
Penurunan suhu kulit 1/3 menyebabkan
Hipertermia2/3 ketidakseimbangan
Mengantuk 1/3 cairan(misalnya,
Perubahan warna kulit 1/3 kehilangan albumin,
Otot berkedut 1/3 hipertermia, muntah, dan
Dehidrasi 2/3 diare)
stroke panas 1/3 Tentukan apakah pasien
mengalami kehausan atau
gejala pe rubahan
cauran(misalnya, pusing
sering berubah pikiran,
melamun, ketakutan,
mudah tersinggung, mual,
berkedut)
periksa turgor kulit
No Dx keperawatan Noc Nic

Termoregulasi Anak Bayi : Catat dengan akurat


Berat badan 2/3 asupan dan
Mengambil postur kehilangan panas untuk pengeluaran(misalnya
hipertemia 1/3 asupan oral, asupan
Suhu tidak stabil 2/3 saluran air, muntah, tomi,
Hipertermia 2/3 dan air seni)
Kegelisahan 2/3
Kelesuan 2/3 Perawatan Bayi Baru Lahir :
Perubahan warna kulit Dehidrasi 2/3 Monitor suhu bayi baru
Hiper bilirubinemia 2/3 lahir
Jaga suhu yang adekuat
Monitor frekuensi denyut
nadi bayi baru lahir
Monitor asupan dan
pengeluaran
Manajemen Diare :
Aktivitas-aktivitas:
Tentukan riwayat diare
Evaluasi kandungan nutrisi
dari makanan yang s di
konsumsi sebelumnya
Berikan makanan dalam
porsi kecil dan lebih sering
serta tingkatkan porsi
secara bertahap
No Dx keperawatan Noc Nic

2. Resiko kekurangan volume Keseimbangan Cairan : Monitor tanda dan gejala


cairan bd kehilangan volume Tekanan darah 2/4 diare Instruksikan pasien untuk
cairan aktif Denyut adi radial 2/3 memberitahu staf setiap kali
Keseimbangan intake dan output 24 jam meng- w alami episode diare
Turgor kulit 2/3 Amati turgor kulit secara
Kelembapan membran mukosa berkala
Kehausan 2/3 Timbang pasien secara berkala
Monitor Cairan :
Hidrasi : Tentukan Jumlah dan jenis
Turgor kulit 2/3 intake asupan cairan serta
Kelembapan membran mukosa 2/3 kebiasaan eliminasi
Bola mata cekung dan lunak2/4 Tentukan faktor faktor risiko
Diare 2/3 yang mungkun menyebabkan
ketidakseimbangan
cairan(misalnya, , hipertermia,
terapi diuretik, patologi
gunual, paska operasi,
poliuria, muntah, dan diare)
Tentukan apakah pasien
mengalami kehausan atau
gejala perubahan cairan
Periksa isi ulang kapiler
Monitor berat badan Monitor
asupan dan pengeluaran
Catat dengan akurat asupan
dan pengeluaran
No Dx keperawatan Noc Nic

3. Resiko kerusakan integritas Integritas Jaringan : kulit dan membran Identifikasi risiko :
kulit b.d pigmentasi mukosa Aktivitas aktivitas :
(jaundice), hipertermi, Suhu kulit Identifikasi adanya suber
Gangguan turgor kulit Sensasi 2/3 sumber agensi untuk membantu
Elastisitas 2/3 menurunkan resiko
Hidrasi 1/3 Intruksikan faktor resiko untuk
Lesi pada kulit 2/3 mengurangi faktor resiko
Wajah pucat 2/3 Gunakan rancaangan tujuan
yang saling menguntungkan
Kontrol resiko Hipertermia : degan tepat.
Memonitor lingkungan terkait faktor Implementasikan aktivitas
yang meningkatkan suhu tubuh 2/3 aktivitas pengurangan risiko
Melakukan tindakan mandiri untuk Rencanakan tindak lanjut
mengontrol suhu tubuh 2/3 strategi dan aktivitas
Mencegah aktifitas berlebih untuk pengurangan risiko jangka
mengurangi risiko 2/3 panjang.
Menyesuaikan suhu tubuh 2/3
Pengecekan kulit :
Amati warna, kehangatan,
bengkak, pulse, tekstur, edema,
dan ulserasi pada ekstermitas
Monitor kulit untuk adanya
kekringan yang berlebihan dan
kelembapan
Hiperbilirubinemia adalah bayi dismatur lebih sering menderita
hiperbilirubinemia dibanding bayi yang bertanya sesuai engan masa
kehamilan. Berat hati bayi dismatur kurang dibandingkan bayi biasa, mungkin
disebabkan gangguan pertumbuhan hati. Penyebabnya yaitu dari Bilirubin
tidak terkonjugasi atau bilirubin indirek (bilirubin bebas) yaitu bilirubin tidak
larut dalam air, berikatan dengan albumin untuk transport dan komponen
bebas larut dalam lemak serta bersifat toksik untuk otak karena bisa melewati
sawar darah otak. Sedangkan Bilirubin terkonjugasi atau bilirubin direk
(bilirubin terikat) yaitu bilirubin larut dalam air dan tidak toksik untuk otak.
Manifestasi klinik dari hiperbilirubinemia adalah Letargi, Tonus otot meningkat,
Leher kaku,Opistotonus, Muntah, anorexia, fatigue, warna urine gelap, warna
tinja pucat.

Vous aimerez peut-être aussi