Vous êtes sur la page 1sur 26

ABORTUS

Nama : NPM :
Rintia Ningsih 16710306
Noor Rosvalina I 16710309
Kinanah Maulida 16710319
Pendahuluan
Dewasa ini banyak pemberitaan melalui media
elektronik maupun media cetak yang diwarnai dengan
banyaknya kejahatan dan pelanggaran, misalnya
pembunuhan, pencurian, penipuan, perkosaan, aborsi
dan sebagainya. Perkataan aborsi atau terminasi
kehamilan ini tentu saja terbayangkan kengerian yang
teramat sangat bagi umat manusia dimana janin yang
tidak berdosa dijadikan sebagai korban.
Definisi
Aborsi adalah sebagai pengakhiran kehamilan
sebelum janin mencapai berat 500 gram atau usia
kehamilan 20 minggu.
Dalam KUHP hanya dikenal istilah pengguguran
kandungan. Istilah aborsi berasal dari kata aborsi
bahasa latin, artinya kelahiran sebelum waktunya.
Sinonim dengan kata itu mengenal istilah kelahiran
yang premature atau miskraam (Belanda), keguguran.
Dari aspek kedokteran forensik abortus diartikan
dengan keguguran kandungan pengeluaran hasil konsepsi
pada setiap stadium perkembangannya sebelum masa
kehamilan yang lengkap tercapai (38-40 minggu).
Epidemiologi
Angka abortus spontan menurut WHO (15-20 per 100
kehamilan), kira-kira separuh dari abortus tersebut adalah
provokatus. abortus provokatus terjadi pada kira-kira 40% dari
seluruh abortus, meskipun angka tersebut sebenarnya
bervariasi.
Di Indonesia, diperkirakan ada 5 juta kehamilan per-
tahun. Dengan demikian setiap tahun 500.000-750.000
abortus spontan. Abortus di Indonesia dilakukan baik di
daerah perkotaan maupun pedesaan.
Di perkotaan abortus dilakukan 24-57% oleh dokter,16-
28% oleh bidan/ perawat, 19-25% oleh dukun dan 18-24%
dilakukan sendiri. Sedangkan di pedesaan abortus dilakukan
13-26% oleh dokter, 18-26% oleh bidan/perawat, 31-47% oleh
dukun dan 17-22% dilakukan sendiri.
Klasifikasi

Abortus dapat dibagi atas dua golongan:


1. abortus yang disengaja, baik dengan mengunakan
obat-obatan ataupun alat-alat, Abortus yang terjadi
dengan tidak didahului factor-faktor mekanis ataupun
medisinalis.
2. Abortus Provakatus (induced abortion), abortus yang
disengaja, baik dengan mengunakan obat-obatan
ataupun alat-alat.
Abortus spontan

Disebabkan oleh faktor-faktor alamiah. Dapat dibagi atas:


1. Abortus Imminens ( Threatened abortion, Abortus
mengancam)
2.Abortus Insipien (Inevitable abortion, Abortus sedang
berlangsung)
3. Abortus Kompletus
4. Abortus Inkompletus
5. Missed Abortion
6. Abortus Habitualis
7. Abortus Infeksious
8. Septic Abortion
Abortus Provakatus (induced abortion)

Abortus ini terbagi lagi menjadi :


1. Abortus Medisinalis atau terapeutik
2. Abortus Kriminalis.
Abortus Provokatus Terapeutik

Merupakan pengguguran kehamilan biasanya menggunakan


alat-alat dengan alasan bahwa kehamilan membahayakan, membawa
maut bagi ibu, misalnya karena ibu berpenyakit berat. Jadi dilakukan
apabila ada indikasi medis. Bertujuan untuk menyelamatkan ibu.
Indikasi :
Kelainan uterus = Uterus dengan mola
Kelainan gynekologi = Kelainan tulang pelvis
Penyakit sistemik ibu = Toxemia gravidarum, penyakit jantung yang
berat, penyakit ginjal dan TBC.
Janin mati dalam kandungan.
Aborsi therapeutic di negara kita merupakan
kejahatan. Hanya saja dokter yang mengerjakannya
terlindung pasal 94 KUHP (Barang siapa melakukan
perbuatan karena pengaruh daya paksa tidak
dipidana).
Paksaan harus ditinjau dari berbagai segi, misal
apakah yang dipaksa itu lebih lemah dari yang
memaksa. Apakah tidak ada jalan lain, apakah
paksaan itu betul-betul seimbang apabila dituruti.
Abortus Provokatus Kriminalis

Abortus yang sengaja dilakukan dengan tanpa


adanya indikasi medik (ilegal) dan dilarang oleh
hukum. Biasanya pengguguran dilakukan dengan
menggunakan alat-alat atau obat-obatan tertentu, atau
dengan kekerasan mekanik lokal.
Metode Abortus Buatan

a. Kekerasan Mekanik :

Umum : Metode ini dilakukan secara langsung pada uterus atau tidak
langsung dengan menyebabkan kongesti dari organ-organ pelvis dan
menyebabkan perdarahan diantara uterus dan membrane pelvis.

b. Obat-obatan yang dapat dipakai untuk terminasi kehamilan

1. obat yang merangsang atau meningkatkan aliran darah menstruasi (obat


peluruh haid) seperti apiol, minyak pala, oleum rutae.
2. Ecbolics: obat ini membuat kontraksi uterus seperti derivat ergot, kinina,
ekstrak pituitari, estrogen sintetik dan strychnine.
3. Obat yang bekerja pada traktus gastrointestinal yang menyebabkan
muntah (emetikum) seperti asam tartar, obat ini menyebabkan eksitasi
uterus untuk berkontraksi dengan adanya kontraksi paksa dari lambung dan
kolon.
c. Instrumen : Instrumen-instrumen yang digunakan untuk aborsi dilakukan
dengan berbagai mekanisme :
Menyebabkan rupturnya membran dapat dengan memasukkan alat-alat
seperti sonde uterus, kateter, penjepit rambut, tongkat, jarum merajut, dan
bahkan jari tangan.

Menyebabkan dilatasi serviks, akar tanaman Slippery elm, digunakan untuk


mendilatasi serviks. Sebuah potongan kayu ini dengan ketebalan sekitar 3
mm dimasukkan kedalam kanalis serviks dan dibiarkan, yang kemudian
akan menyerap kelembapan dan sekret vagina sehingga kayu ini akan
membengkak dan mendilatasi kanalis serviks yang menyebabkan aborsi.
Komplikasi
Perdarahan :Kematian karena perdarahan dapat terjadi apabila
pertolongan tidak diberikan pada waktunya.
Perforasi : Perforasi uterus pada abortus yang dikerjakan oleh
orang awam menimbulkan persolan gawat karena perlukaan uterus
biasanya luas, mungkin pula terjadi perlukaan pada kandung kemih
atau usus.
Infeksi : Infeksi dalam uterus atau sekitarnya dapat terjadi
pada tiap abortus, tetapi biasanya ditemukan pada abortus
inkompletus dan lebih sering pada abortus buatan yang dikerjakan
tanpa memperhatikan asepsis dan antisepsis.
Syok(renjatan) : akibat refleks vasovagal atau neurogenik.
Komplikasi ini dapat mengakibatkan kematian yang mendadak.
Emboli udara : dapat terjadi pada teknik penyemprotan cairan ke
dalam uterus.
Gambar 1. Gambar menunjukkan seorang wanita yang mati akibat emboli udara
selepas percobaan untuk melakukan terminasi kehamilannya dengan menggunakan
Higginson syringe yang bisa ditemukan di bawah kaki kanannya.
Pemeriksaan Forensik
Pemeriksaan Korban Hidup :
pemeriksaan pada ibu yang diduga melakukan aborsi,
usaha dokter adalah mendapatkan tanda-tanda sisa
kehamilan dan menentukan cara pengguguran yang
dilakukan. Pemeriksaan ini sebaiknya dilakukan oleh
Sp.OG.
Untuk menentukan tanda-tanda sisa kehamilan
diusahakan melakukan anamnesis secara teliti dan
pemeriksaan fisik berupa adanya payudara yang
membesar dan pengeluaran ASI Warna kehitaman
disekitar payudara, uterus masih membesar, dijumpai
adanya striae, lochia dari vagina, dan perlukaan pada
portio.
Untuk menentukan usaha penghentian kehamilan
dilakukan pemeriksaan toksikologi, pemeriksaan PA
jaringan hasil aborsi atau sisa plasenta yang tertinggal
dirahim, luka, peradangan, bahan-bahan yang tidak
lazim dalam liang senggama, sisa bahan abortivum.
Pemeriksaan Post Mortem
Pemeriksaan dilakukan menyeluruh melalui
pemeriksaan luar dan dalam (autopsi). Pemeriksaan
ditujukan pada6:
Menentukan perempuan tersebut dalam keadaan
hamil atau tidak. Untuk itu diperiksa :
(a) Payudara secara makros maupun mikroskopik,
(b)Ovarium, mencari adanya corpus luteum persisten
secara mikroskopik,
(c) Uterus, lihat besarnya uterus, kemungkinan sisa
janin dan secara mikroskopik adanya sel-sel trofoblast
dan sel-sel decidua.
2. Mencari tanda-tanda cara abortus provokatus yang
dilakukan

Mencari tanda-tanda kekerasan lokal seperti memar,


luka, perdarahan jalan lahir

Mencari tanda-tanda infeksi akibat pemakaian alat


yang tidak steril.
3. Menentukan sebab kematian : Dengan otopsi yang teliti disertai
pemeriksaan penunjang maka dapat diketahui penyebab kematiannya:

Vagal refleks : Terjadi karena adanya rangsangan pada permukaan sebelah


dalam dari canalis servikalis. Kematian khas terjadi di meja operasi.

Perdarahan : Terjadi karena robeknya vagina, serviks, atau uterus sehingga


menyebabkan perdarahan yang masif.

Emboli udara : Komplikasi ini sering terjadi pada aborsi dengan alat
semprot. Dimana udara ikut masuk ke dalam pembukuh darah dan dapat
menyebabkan emboli udara pada arteri coronaria atau arteri otak.

Sepsis : Dapat terjadi karena alat-alat yang digunakan tidak steril, uterus
tidak bersih, dan robeknya usus besar.
Pada pemeriksaan dalam akan dijumpai :
Uterus: Ukuran uterus harus diamati, juga dilihat
apakah membesar, lembut dan kongesti. Dinding
uterus dapat menunjukkan adanya penebalan pada
pemotongan longitudinal. Rongga uterus dapat
menunjukkan adanya sebagian produk konsepsi yang
tertinggal.
Ovarium: Kedua ovarium harus diperiksa untuk
melihat adanya korpus luteum Ovarium dapat terlihat
terkongesti.
Gambar 2. Pada pemeriksaan dalam korban yang meninggal akibat syokseptik
selepas melakukan dengan aborsi illegal didapatkan gambaran uterus yang
membesar.
Aspek Medikolegal
Dari aspek etika, Ikatan Dokter Indonesia telah
merumuskannya dalam. Kode Etik Kedokteran Indonesia
mengenai kewajiban umum.
Pasal 7d : Setiap dokter harus senantiasa mengingat akan
kewajiban melindungi hidup makhluk insani.
1. Abortus Provokatus Medisinalis (Abortus Provocatus
Therapeutica)
Abortus atas indikasi medik ini diatur dalam Undang Undang
Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan.
Pasal 15 ayat 1 , ayat 2, dan ayat 3.
Ketentuan pengaturan aborsi dalam Undang-Undang Nomor
36 Tahun 2009 dituangkan dalam Pasal 75, 76 , 77, dan Pasal
194 .
Ketentuan pengaturan aborsi dalam Undang-
Undang Nomor 36 Tahun 2009 dituangkan dalam
Pasal 75, 76 , 77, dan Pasal 194, Sedangkan abortus
provokatus kriminalis diatur dalam Kitab Undang
undang Hukum Pidana (KUHP) Pasal 299, 346, 347,
348, 349, 535, 80.
Kesimpulan
1. Abortus atau penguguran kandungan adalah berakhirnya kehamilan,
sebelum fetus dapat hidup sendiri di luar kandungan.

2. Abortus dapat dibagi atas 2 macam, yaitu : 1) Abortus alami


(natural, spontan; dan 2) Abortus buatan (provocatus), ada dua
macam yaitu: 1) abortus provokatus terapetikus (legal); dan 2)
abortus provokatus kriminalis.

3. Metode yang dapat digunakan dalam terminasi kehamilan ini seperti


kekerasan mekanik yang terbagi kepada dua yaitu secara umum dan
secara local. Selain it pemakaian obat-obatan dan juga instrument
juga sering digunakan untuk mengakhiri kehamilan.
1. Pemeriksaan forensik yang dilakukan yaitu pemeriksaan korban
hidup, pemeriksaan korban mati (post-mortem), dan pemeriksaan
korban janin.

2. Dari segi aspek medikolegal, Abortus provokatus medisinalis diatur


dalam Undang Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1992
tentang Kesehatan dan Ketentuan pengaturan aborsi dalam Undang-
Undang Nomor 36 Tahun 2009 dituangkan dalam Pasal 75, 76 , 77,
dan Pasal 194, Sedangkan abortus provokatus kriminalis diatur
dalam Kitab Undang undang Hukum Pidana (KUHP) Pasal 299,
346, 347, 348, 349, 535, 80.
DAFTAR PUSTAKA
1. Nurdiyana Tadjuddin SH. Praktik Aborsi Ditinjau dari Sisi Hukum dan Reproduksi. Jurnal Hukum FH-
Unhas. Vol 1 No.1 September Tahun 2011.
2. Abdul Munim Idries. 1997. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik (Edisi Pertama). Jakarta. Binarupa Aksara
3. Bertens. K. : 2002. Candra Eka Lilien, Tanpa Indikasi Medis Ibu, Aborsi sama dengan Kriminal, Lifestyle,
Mei 2006.
4. Kontroversi Seputar Aborsi, available at http : //www.kesrepro.info.gendervaw/Mei/2003/gendervaw 02.htm.
accessed on July 29, 2014.
5. Hadijanto B. Perdarahan pada kehamilan muda. Dalam: Sarwono Prawirohardjo. Ilmu Kandungan. Edisi ke-
4. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2009 : 460-73.
6. Dr. Azhari Sp.OG. Masalah Abortus dan Kesehatan Reproduksi Perempuan. Palembang: Bagian Obstetri
dan Ginekologi FK UNSRI. 1-19.
7. Lukman Hakim Nainggolan, SH. Aspek Hukum Terhadap Abortus Provocatus Dalam Perundang-Undangan
Di Indonesia. Jurnal Equality,Vol.11 No. 2 Agustus 2006.
8. McPhee S, Obsterics and obstretrics disoders,Current medical diagnosis and treatment, 2009 edition, Mc
Graw Hill, 2008
9. Wiknjosastro, Hanifa. 2005. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 246.
10. Apuranto, H dan Hoediyanto. 2006. Ilmu Kedokteran Forensik Dan Medikolegal. Surabaya: Bag. Ilmu
Kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran UNAIR
11. Juita SR, Heryanti, BR. Perlindungan Hukum Pidana Pada Korban Perkosaan Yang Melakukan Abortus
Provokatus. Jakarta : PT. Gramedia Widiasarana Indonesia; 2002.

Vous aimerez peut-être aussi