Vous êtes sur la page 1sur 12

ANALISA BIAYA TERAPI PENYAKIT BRONKOPNEUMONIA

PADA SUATU RUMAH SAKIT PEMERINTAH DI KOTA PADANG


SUMATERA BARAT

JESICHA NATANIA TALIPUDDIN


G 701 15 086
PENDAHULUAN
Penyakit bronkopneumonia merupakan salah satu 10 penyakit
terbanyak di Instalasi Rawat Inap (IRNA) Ilmu Kesehatan
Anak. Pada pengobatan bronkopneumonia diketahui ada
beberapa pola penggunaan antibiotik, sehingga tentunya akan
mempunyai dampak secara ekonomi. Berdasarkan masalah
tersebut perlu dilakukan analisis ekonomi terhadap berbagai
pola penggunaan antibiotik pada pengobatan bronkopneumonia
sehingga didapatkan penggunaan antibiotik yang costeffective.
Penelitian ini merupakan penelitian Prosiding Seminar
Nasional dan Workshop Perkembangan Terkini Sains
Farmasi dan Klinik IV tahun 2014 182 pendahuluan untuk
melihat berbagai pola terapi antibiotik pada penyakit
bronkopneumonia pada IRNA Ilmu Kesehatan Anak salah satu
rumah sakit pemerintah di kota Padang, Sumatera Barat dan
dampaknya terhadap biaya.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan
menggunakan data retrospektif. Penelitian dilakukan
terhadap pasien bronkopneumonia pada IRNA Ilmu
Kesehatan Anak pada suatu rumah sakit pemerintah di
Kota Padang, Sumatera Barat. Sedangkan perspektif
penelitian yang digunakan adalah perspektif rumah
sakit.
Data yang dikumpulkan terdiri dari 2 jenis, yaitu;
data klinik dan data biaya. Data klinik antara lain
berupa; diagnosa utama, penyakit penyerta,
penggunaan obat-obatan, lama perawatan dan
penggunaan alat-alat kesehatan yang menyertainya.
Sedangan data biaya adalah biaya langsung dalam
penanganan bronkopneumonia, meliputi; biaya kunjungan
dokter, biaya obat, biaya alat kesehatan, biaya rawat inap,
biaya laboratorium dan biaya pemeriksaan penunjang.
Sumber data yang digunakan adalah catatan medis
pasien bronkopneumonia satu tahun terakhir, data
penggunaan obat dari instalasi farmasi, daftar tarif rumah
sakit dan data keuangan (billing syatem). Data-data ini
dikumpulkan pada suatu lembaran pengumpul data, untuk
selanjutnya dilakukan analisa.
HASIL DAN DISKUSI
Tabel 1. Distribusi penyakit pada IRNA Ilmu Kesehatan Anak berdasarkan diagnosa
utama
No. Diagnosa Utama Jumlah %
1 Bayi prematur 248 10,75
2 Diare dan
penyakit gastroenteritis lain 242 10,49
3 Kejang 185 8,02
4 Respiratori distress 177 7,67
5 ISPA 136 5,89
6 Bronkopneumonia 110 4,77
7 Malnutrisi 110 4,77
8 Demam berdarah 85 3,68
9 Asthma 83 3,59
10 Penyakit lainnya 932 40,37
Jumlah Total 2308 100
Tabel 2. Penyakit penyerta pada pasien bronkopneumonia di IRNA
Ilmu Kesehatan Anak (n = 71)
No. Penyakit Penyerta Jumlah %
1 Gizi buruk 19 26,76
2 Asma 8 11,27
3 Anemia 6 8,45
4 Tansilofangitis 4 5,63
5 Diare 3 4,23
Table 3. Kondisi pasien bronkopneumonia di IRNA Ilmu Kesehatan
Anak ketika keluar rumah sakit (n = 71)
No. Kondisi Keluar RS Jumlah %
1 Sembuh 32 45
2 Pulang Paksa 29 41
3 Meninggal 2 3
4 Tanpa Keterangan 8 11
Jumlah 71 100
Pada setiap jenis terapi dilakukan penjumlahan biaya yang
dikeluarkan pasien selama mendapat perawatan di rumah sakit, baik
berupa biaya obat maupun biaya non obat. Biaya obat-obatan
berupa biaya antibiotik dan non antibiotik. Sedangkan biaya non
obat-obatan antara lain berupa; biaya rawat inap, biaya diagnostik,
biaya laboratorium, biaya kunjungan dokter, biaya adminstrasi dan
biaya lainnya. Penegakan diagnosa pada penyakit
bronkopneumonia diperlukan pemeriksaan radio diagnostik, dengan
jenis dan biaya yang berbeda pada masing-masing pasien.
Pengujian laboratorium juga diperlukan setelah pengobatan
diberikan, hal ini berguna untuk memastikan keberhasilan terapi.
Pengujian dilakukan ketika obat yang diberikan pertama kali tidak
memberikan efek yang diinginkan. Biaya visite dokter didasari oleh
banyaknya kunjungan dokter, sedangkan biaya adminstrasi yang
dikeluarkan pasien adala sama.
Analisa biaya obat memperlihatkan biaya yang lebih
dominan adalah biaya untuk antibiotik. Pada setiap kelompok
terapi, biaya penggunaan antibiotik lebih dari 90% dari biaya
total obat yang dikeluarkan, atau berada diantara 3 15% dari
biaya total. Juga terlihat bahwa terapi bronkopneumonia
menggunakan antibiotik sefotaksim memiliki biaya per hari
terendah. Sedangkan penggunaan obat non antibiotik ditujukan
untuk mengatasi komplikasi yang mengiringi penyakit
bronkopneumonia. Hal ini terlihat pada peningkatan biaya non
antibiotik sebanding dengan komplikasi yang mengikuti pasien
bronkopneumonia tersebut.
Analisa terhadap biaya non obat yang dikeluarkan
terlihat bahwa biaya tersebut lebih besar dari biaya
obat-obatan. Dari beberapa biaya yang termasuk dalam
biaya di luar obat-obatan, biaya rawat inap memiliki
kontribusi yang paling besar, kemudian diikuti oleh
pemeriksaan laboratorium, radio diagnostik dan
tindakan penunjang lainnya.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan
bahwa pada terapi bronkopneumonia di IRNA Ilmu
Kesehatan Anak suatu rumah sakit pemerintah di
KotaPadang, Sumatera Barat terdapat 7 pola yang berbeda
dalam penggunaan antibiotik, baik tunggal maupun
kombinasi. Analisa terhadap biaya terapi memeperlihatkan
terapi dengan sefotaksim mempunyai biaya rata-rata per hari
yang paling rendah.
TERIMA KASIH

Vous aimerez peut-être aussi