Vous êtes sur la page 1sur 18

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA

KLIEN DENGAN TRAUMA THORAX


KELOMPOK 1

Ani Rahmawati
Saeful Qoyum
Siti Nurbaety Ernanda
Tsara Radhita S
Yani Yuliani
Zanny Zaelani
DEFINISI

 Trauma adalah luka atau cedera fisik lainnya atau cedera fisiologis akibat
gangguan emosional yang hebat.(Booker:2007).
 Trauma thoraks adalah abnormalitas rangka dada yang disebabkan oleh
benturan pada dinding dada yang mengenai tulang rangka dada, pleura paru-
paru, diafragma ataupun isi media stinal baik oleh benda tajam maupun tumpul
yang dapat menyebabkan gangguan system pernapasan (Suzanne &
Smetzler,2001).
 Trauma tumpul thoraks terdiri dari kontusio dan hematoma dinding thoraks,
fraktur tulang kosta, flail chest, fraktur sternum, trauma tumpul pada parenkim
paru, trauma pada trakea dan bronkus mayor, pneumothoraks dan
hematothoraks (Milisavljevic, et all, 2012).
MACAM-MACAM TRAUMA THORAX

1. Tension Pneumothorax
2. Open Pneumothorax
3. Hemothorax
4. Closed Pneumothorax
5. Flail Chest
6. Kontusio Paru
ETIOLOGI

 Trauma pada thoraks dapat dibagi 2 yaitu oleh karena trauma tumpul dan
trauma tajam. Penyebab trauma thoraks tersering adalah kecelakaan kendaraan
bermotor (63-78%). Dalam trauma akibat kecelakaan, ada lima jenis tabrakan
(impact) yang berbeda-beda, yaitu depan, samping, belakang, berputar, dan
terguling. Oleh karena itu harus dipertimbangkan untuk mendapatkan riwayat
yang lengkap karena setiap orang meiliki pola trauma yang berbeda. Penyebab
trauma thoraks yang lain adalah adanya tekanan yang berlebihan pada paru-
paru yang bisa menyebabkan pneumothoraks seperti pada scuba (David, 2005).
 Trauma thoraks dapat mengakibatkan kerussakan pada tulang kosta dan
sternum, rongga pleura saluran nafas intra thoraks dan parenkim paru.
Kerusakan ini dapat terjadi tunggal atau kombinasi tergantung mekanisme
cedera (Gallagher, 2014).
PATOFISIOLOGI

 Kerusakan anatomi yang terjadi akibat trauma dapat ringan sampai berat
tergantung besar kecilnya gaya penyebab terjadinya trauma. Kerusakan anatomi
yang ringan pada dinding thoraks berupa fraktur kosta simple.Sedangkan
kerusakan anatomi yang lebih berat berupa fraktur konsta multiple dengan
komplikasi pneumothoraks, hematothoraks, dan kontusia pulmonum.Trauma
yang lebih berat menyebabkan robekan pembuluh darah besar dan trauma
langsung pada jantung (Kukuh, 2002).
 Akibat kerusakan anatomi dinding thoraks dan organ didalamnya dapat
mengganggu fungsi fisiologi dari pernafasan dan sistem kardiovaskuler.
Gangguan sistem pernafasan dan kardiovaskuler dapat ringan sampai berat
tergantung kerusakan anatominya. Gangguan fatal pernafasan dapat berupa
gangguan fungsi ventilasi, difusi gas, perfusi dan gangguan mekanik alat
pernafasan. Salah satu penyebab kematian pada trauma thoraks adalah
gangguan fatal jantung dan pembuluh darah (Kukuh, 2002; David, 2005).
MANIFESTASI

1. Hemothorax
2. Pneumothorax
3. Open Pneumothorax
4. Flail Chest
5. Kontusio Paru
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIC

Pemeriksaan Laboratorium Radio Diagnostik


 Gas darah arteri (GDA)  Radiologi : foto thorax (AP)
 Torasentesis  EKG memperlihatkan perubahan
 Hemoglobin : mungkin menurun. gelombang T – ST yang non
 Saturasi O2 menurun (biasanya) spesifik atau disritmia
 Toraksentesis  Pemerikksaan USG
(Echocardiografi)
PENATALAKSANAAN

1. Tension Pneumothorax
2. Open Pneumothorax
3. Hemothorax
4. Closed Pneumothorax
5. Flail Chest
6. Kontusio Paru
ASUHAN KEPERAWATAN
PENGKAJIAN

1. Biodata
Identitas klien, dan identitas penanggung jawab.
2. Riwayat kesehatan
• Keluhan Utama : Biasanya keluhan utama yang klien rasakan adalah
nyeri pada dada dan gangguan bernafas.
• Riwayat penyakit sekarang : Merupakan pengembangan diri dari keluhan
utama melalui metode PQRST.
• Riwayat penyakit dahulu
 Aktivitas / istirahat
Gejala : dipnea dengan aktivitas ataupun istirahat.
 Sirkulasi
Tanda : Takikardia ; disritmia ; irama jantunng gallops
 Integritas ego
Tanda : ketakutan atau gelisah.
 Makanan dan cairan
Tanda : adanya pemasangan IV vena sentral/infuse tekanan.
 Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala : nyeri uni lateral, timbul tiba-tiba selama batuk atau regangan, tajam
dan nyeri, menusuk-nusuk yang diperberat oleh napas dalam, kemungkinan menyebar
ke leher,bahudanabdomen.
Tanda : berhati-hati pada area yang sakit, perilaku distraksi, mengkerutkan wajah.
PEMERIKSAAN FISIK
1. Sistem Pernapasan
2. Sistem Kardiovaskuler
3. Sistem Persyarafan
4. Sistem Perkemihan
5. Sistem Pencernaan
6. Sistem Muskuloskeletal – Integumen
7. Sistem Endokrin
8. Sistem Sosial
9. Spiritual
DIAGNOSA KEPERAWATAN

 Nyeri berhubungan dengan trauma jaringan dan reflek spasme otot sekunder
 Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan peningkatan sekresi
sekret dan penurunan batuk sekunder akibat nyeri dan keletihan
 Ketidakefektifan pola pernapasan berhubungan dengan ekpansi paru yang tidak
maksimal karena trauma, hipoventilasi
 Resiko terjadinya syok Hipovolemia berhubungan dengan perdarahan
yang berlebihan, pindahnya cairan intravaskuler ke ekstravaskuler
 Ansietas atau ketakutan berhubungan dengan penyakit yang dideritanya.
INTERVENSI

 Dx 1 :
1. Observasi tingkat nyeri, dan respon motorik klien, 30 menit setelah pemberian obat analgetik untuk mengkaji
efektivitasnya. Serta setiap 1 - 2 jam setelah tindakan perawatan selama 1 - 2 hari
R/ : Pengkajian yang optimal akan memberikan perawat data yang obyektif untuk mencegah kemungkinan
komplikasi dan melakukan intervensi yang tepat
2. kolaborasi denmgan dokter, pemberian analgetik
R/ : Analgetik memblok lintasan nyeri, sehingga nyeri akan berkurang
 Dx 2 :
1. Ajarkan klien tentang metode yang tepat pengontrolan batuk
R/ : Batuk yang tidak terkontrol adalah melelahkan dan tidak efektif, menyebabkan frustasi
2. Auskultasi paru sebelum dan sesudah klien batuk
R/ : Pengkajian ini membantu mengevaluasi keefektifan upaya batuk klien
 Dx 3 :
1. Berikan posisi yang nyaman, biasanya dengan peninggian kepala tempat tidur. Balik ke sisi yang
sakit. Dorong klien untuk duduk sebanyak mungkin
R/:Meningkatkan inspirasi maksimal, meningkatkan ekspansi paru dan ventilasi pada sisi yang tidak
sakit
2. Observasi fungsi pernapasan, catat frekuensi pernapasan, dispnea atau perubahan tanda-tanda vital
R/:Distress pernapasan dan perubahan pada tanda vital dapat terjadi sebgai akibat stress fisiologi dan
nyeri atau dapat menunjukkan terjadinya syock sehubungan dengan hipoksia
 Dx 4 :
1. Observasi vital sign setiap 3 jam atau lebih
R/: Perawat perlu terus mengobaservasi vital sign untuk memastikan tidak terjadi presyok / syok
2. Jelaskan pada pasien dan keluarga tanda perdarahan, dan segera laporkan jika terjadi perdarahan
R/: Dengan melibatkan pasien dan keluarga maka tanda-tanda perdarahan dapat segera diketahui dan
tindakan yang cepat dan tepat dapat segera diberikan
 Dx 5 :
1. Libatkan dalam program pengembangan pribadi, lebih disukai dalam susunan kelompok.
Berikan informasi tentang penerapan yang tepat dalam berpakaian
R/:Belajar metode peningkatan diri dapat meningkatkan harga diri. Umpan balik dari orang
lain meningkatkanharga diri.
2. Gunakan pendekatan psikotherapy interpersonal, daripada therapy penafsiran
R/:Interaksi di antara orang-orang membantu pasien untuk menemukan perasaan dari dalam
diri sendiri
EVALUASI

Setelah dilakukan tindakan keperawatan pada klien dengan


trauma thorax, diharapkan :
 Nyeri terkontrol
 Bersihan jalan nafas efektif
 Pola nafas efektif
 Tidak terjadi syok hipovolemik
 Ansietas terkontrol
TERIMAKASIH...

Vous aimerez peut-être aussi